Articles
<![CDATA[CHUNG HUA SCHOOL SEBAGAI REPRESENTASI PENDIDIKAN ETNIS TIONGHOA DI JEMBER TAHUN 1911-1966 ]]>
<![CDATA[Goreti, Christian Maria]]>;
<![CDATA[Badriyanto, Bambang Samsu]]>;
<![CDATA[Widuatie, Ratna Endang]]>
<![CDATA[ Publika Budaya Vol 1, No 1 (2013) ]]>
Publisher : <![CDATA[Publika Budaya ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (150.544 KB)
<![CDATA[Artikel ini berisi uraian mengenai keberadaan sekolah berbasis etnis Tionghoa di Jember yang disebut Chung Hua School. Pendiriannya atas prakarsa Tiong Hoa Hwee Koan yaitu sebuah organisasi Tiong- hoa peranakan terbesar pada masa itu. Melalui pendekatan sosiologi pendidikan dan identitas ke-Tiong- hoaan, dalam skripsi ini dipaparkan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian sekolah tersebut, kelompok pencetus, tujuan didirikan, efek keberadaannya terhadap kelompok masyarakat ter- tentu, relevansi kondisi politik Indonesia dengan keberlangsungan sekolah tersebut, hingga faktor-faktor penyebab penutupannya. Bagi etnis Tionghoa pendidikan ideal ialah pendidikan yang sarat dengan iden- titas ke-Tionghoaan yang terwujud dalam ilmu pengetahuan mengenai budaya serta adat-istiadat Tiong- hoa. Melaluinya usaha transformasi budaya terhadap etnis Tionghoa (khususnya Tionghoa peranakan) di Hindia Belanda perlahan-lahan berusaha diwujudkan serta baru terealisasi pada awal abad ke-20 dengan berdirinya sekolah berbahasa pengantar bahasa Tionghoa yang modern dan terstruktur. Dinami- ka pendidikan berbasis etnis ini ternyata mengalami pasang surut seiring dengan kebijakan pemerintah yang berkuasa di Hindia Belanda hingga Indonesia merdeka. Keberlangsungan pendidikan berbasis et- nis Tionghoa ini harus terhenti pasca Gestapu tahun 1965 seiring meningkatnya sentimen negatif ter- hadap etnis Tionghoa di Indonesia. ]]>
<![CDATA[PERAN IKATAN WANITA PENGUSAHA INDONESIA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 1993-2016 ]]>
<![CDATA[Muhammad Bagus Sukarno]]>;
<![CDATA[Ratna Endang Widuatie]]>
<![CDATA[ ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 15, No 1 (2019): ISTORIA Edisi Maret 2019, Vol. 15, No.1 ]]>
Publisher : <![CDATA[Universitas Negeri Yogyakarta ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (429.403 KB)
|
DOI: 10.21831/istoria.v15i1.28008
<![CDATA[ABSTRAKPenelitianinimembahasperanIkatanWanitaPengusahaIndonesiadiKabupatenJemberpadatahun 1993-2016. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui latarbelakangiberdirinya IkatanWanitaPengusahaIndonesiadiKabupaten Jember. 2) mengetahui peranIkatan Wanita PengusahaIndonesiadi KabupatenJemberTahun1993-2016. 3)mengetahui pengaruhdandampak IkatanWanitaPengusahaIndonesiadiKabupatenJember. Hasilpenelitianmenunjukkanperkembangan zamanyangsemakin majumenuntutperansertaperempuandalampembangunan.IWAPIKabupaten Jember didirikanpada tahun 1993 yang diprakarsaiIbu Sugeng Pangestu dengan 7 pengusaha perempuan di Jember. Seiring berjalannya waktusebagai sebuah organisasimengalamipeningkatanjumlahanggota, dankegiatan.positifterhadapanggotasecarakhususdan wanita pengusaha di Jember secara umum. Dengan demikian peran IWAPI Jember dapat mempengaruhiperekonomianKabupatenJember.Katakunci:Peran Perempuan,IWAPIKabupatenJember,Ekonomi ABSTRACTThisthesisdiscussestheroleoftheIndonesianEntrepreneurAssociationinJemberin1993-2016. The purposeofthisthesisistofind outwhatlies behind theestablishmentofIWAPIJember,theroleof IWAPIJemberandtheimpactofIWAPIinJemberRegency.Thetheoryusedin this thesis isgender theorywhichreferstogenderequality betweenmenandwomen.Theresultsofthestudyshowthat the development of an increasingly advanced era demands the participation of women in development.IWAPIJemberRegencywasestablishedin1993whichwasinitiatedby Ms.Sugeng Pangestuwith7femaleentrepreneursinJember.Thenumberofprogramscarriedoutby IWAPIJemberhasapositivecorrelationwithmembersin particularandwomenentrepreneursin Jemberingeneral.ThustheroleofIWAPIJembercanaffect theeconomyof Jember Regency.Keywords: The Role of Women, IWAPI Jember Regency, Economy]]>
<![CDATA[CHUNG HUA SCHOOL SEBAGAI REPRESENTASI PENDIDIKAN ETNIS TIONGHOA DI JEMBER TAHUN 1911-1966 ]]>
<![CDATA[Christian Maria Goreti]]>;
<![CDATA[Bambang Samsu Badriyanto]]>;
<![CDATA[Ratna Endang Widuatie]]>
<![CDATA[ Publika Budaya Vol 1 No 1 (2013): November ]]>
Publisher : <![CDATA[Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
<![CDATA[Artikel ini berisi uraian mengenai keberadaan sekolah berbasis etnis Tionghoa di Jember yang disebut Chung Hua School. Pendiriannya atas prakarsa Tiong Hoa Hwee Koan yaitu sebuah organisasi Tiong- hoa peranakan terbesar pada masa itu. Melalui pendekatan sosiologi pendidikan dan identitas ke-Tiong- hoaan, dalam skripsi ini dipaparkan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian sekolah tersebut, kelompok pencetus, tujuan didirikan, efek keberadaannya terhadap kelompok masyarakat ter- tentu, relevansi kondisi politik Indonesia dengan keberlangsungan sekolah tersebut, hingga faktor-faktor penyebab penutupannya. Bagi etnis Tionghoa pendidikan ideal ialah pendidikan yang sarat dengan iden- titas ke-Tionghoaan yang terwujud dalam ilmu pengetahuan mengenai budaya serta adat-istiadat Tiong- hoa. Melaluinya usaha transformasi budaya terhadap etnis Tionghoa (khususnya Tionghoa peranakan) di Hindia Belanda perlahan-lahan berusaha diwujudkan serta baru terealisasi pada awal abad ke-20 dengan berdirinya sekolah berbahasa pengantar bahasa Tionghoa yang modern dan terstruktur. Dinami- ka pendidikan berbasis etnis ini ternyata mengalami pasang surut seiring dengan kebijakan pemerintah yang berkuasa di Hindia Belanda hingga Indonesia merdeka. Keberlangsungan pendidikan berbasis et- nis Tionghoa ini harus terhenti pasca Gestapu tahun 1965 seiring meningkatnya sentimen negatif ter- hadap etnis Tionghoa di Indonesia.]]>
<![CDATA[TRADISI LISAN SEBAGAI PENGUAT IDENTITAS KEBANGSAAN: STUDI TERHADAP TRADISI LISAN TERBENTUKNYA DESA DI KABUPATEN JEMBER ]]>
<![CDATA[Ratna Endang Widuatie]]>
<![CDATA[ UNEJ e-Proceeding 2020: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEKAN CHAIRIL ANWAR ]]>
Publisher : <![CDATA[UPT Penerbitan Universitas Jember ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
<![CDATA[Perkembangan daerah di Indonesia yang banyak dipengaruhi kegiatan ekonomi industri menghasilkan perubahan yang cepat dan meluas. Sebuah desa agraris pada dekade 1980-an adalah bagian dari kota dengan ciri masyarakat industri pada awal abad ke-21. Perubahan yang cepat dan menyeluruh pada suatu daerah sering menghilangkan kearifan lokal setempat, hal yang seringkali tidak atau belum sempat terdokumentasikan. Ketidakseimbangan dalam pola-pola hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi tidak terelakkan sebagai dampak dari pembangunan yang kurang memperhatikan aspek non-fisik. Semangat untuk menggali kembali sejarah dan kearifan lokal sering terbentur masalah minimnya dokumentasi atau literatur, hal ini salah satunya terjadi karena masyarakat agraris cenderung mewariskan pengetahuan melalui tradisi lisan dan praktik-praktik langsung ketimbang catatan. Pada kasus semacam ini, upaya untuk merekonstruksi masa lampau dapat dilakukan melalui analisis terhadap tradisi lisan dari penduduk setempat. Artikel ini mengajukan argumentasi bahwa masyarakat memelihara memori kolektif melalui berbagai ragam tradisi lisan kepada generasi yang lebih muda, dan dari sinilah data-data historis dapat dikumpulkan. Kata kunci: tradisi, lisan, sejarah, lokal, sosial]]>
<![CDATA[Kepemimpinan Bupati Abdul Hadi di Kabupaten Jember Tahun 1968-1979 ]]>
<![CDATA[Bhre Widyaloka Mertowijoyo]]>;
<![CDATA[Ratna Endang Widuatie]]>
<![CDATA[ Historia Vol 4 No 2 (2021): Historia : Jurnal Ilmu Sejarah ]]>
Publisher : <![CDATA[Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (261.681 KB)
|
DOI: 10.19184/jhist.v4i1.24620
<![CDATA[This study discusses the leadership of Regent Abdul Hadi in Jember Regency in 1968-1979. With the aim of knowing how Abdul Hadi's leadership was for two periods. This writing uses psychology to help provide an overview of the influence of individuals on the form and course of leadership. Leadership theory is used to analyze Abdul Hadi's form of leadership. This study employed a historical method consisting of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. Before becoming regent, he had a military background that influenced his leadership path. Abdul Hadi was elected Regent of Jember Regency by acclamation in 1968 when he served as Dandim 0824 Jember. The results showed that Abdul Hadi's paternalistic leadership style was used for two periods in regional development, this style was fatherly who always guided his subordinates. A friendly attitude and good communication between leaders and the community encouraged the development programs to be easier to implement. For example, in the construction of the Jami' Al Baitul Amien Mosque in Jember, the plan to build this mosque came from Abdul Hadi's desire to have a mosque that could accommodate the community for the next 5 years, but the funds at that time were insufficient. To overcome this, Abdul Hadi issued a policy to invite the whole community to work together in development, until in 1976 this development was completed. Another example of major development is the construction of the Gajah Mada to Kaliwates double way road. This development also involved the community in it, from joint discussions to the voluntary eviction of community houses. With the developments that have been carried out, Jember Regency has obtained facilities and better quality of life of the community]]>
<![CDATA[Perkembangan Perkebunan Partikelir di Jember (1850-an – 1930-an) ]]>
<![CDATA[Retno Winarni]]>;
<![CDATA[Ratna Endang Widuatie]]>;
<![CDATA[Tri Chandra Aprianto]]>;
<![CDATA[Nurhadi Sasmita]]>
<![CDATA[ Historia Vol 4 No 2 (2021): Historia : Jurnal Ilmu Sejarah ]]>
Publisher : <![CDATA[Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (301.181 KB)
|
DOI: 10.19184/jhist.v4i1.28427
<![CDATA[This study was aimed to track how the history of plantations in Jember from the 1850s-1930s. When did plantations arise in Jember? What types of plants were developed on Jember plantations? How was the development of the plantation quantitatively? And what was the impact of the existence of plantations on the development of Jember and its people. The method in this study is a historical method which includes heuristic, criticism, interpretation and historiography. The results of this study are that plantations in Jember developed along with the development of colonial power in the Belada Indies, precisely since the VOC era, but experienced rapid development starting from the implementation period culture stelsel, but reached its peak in liberal times, and plantations also experienced a period of ebb as colonial power receded as well. The conclusion is that there is a parrarel relationship between plantation development and the development of colonial power.]]>
<![CDATA[inggris ]]>
<![CDATA[Arief Hidayat Afendi]]>;
<![CDATA[Ratna Endang Widuatie]]>;
<![CDATA[Titih Nursugiharti]]>;
<![CDATA[Agus Yulianto]]>;
<![CDATA[Al-Amin Al-Amin]]>
<![CDATA[ At-Ta'dib Vol. 19 No. 1 (2024): Islamic Educational Institutions and Their Dynamics in Facing the Times. ]]>
Publisher : <![CDATA[Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21111/attadib.v19i1.12247
<![CDATA[KH Hasyim Asy'ari underlined the significance of instruction as a implies to construct devout and national mindfulness. He accepted that instruction ought to be able to deliver people who are not as it were learned people cleverly, but moreover have tall ethical and otherworldly astuteness. Joining conventional values within the innovative approach to instruction requires alterations to the educational programs and instructing strategies. Techno-Islamic Instructional method underlines the utilize of innovation to bolster student-centred learning, whereas keeping up Islamic values.Qualitative-literature study methodology is a research approach that emphasises in-depth analysis of relevant literature in a field of research. The results Adjusting KH Hasyim Asy'ari's bequest into Techno-Islamic Instructional method is an imperative step in progressing the quality of Islamic instruction within the present day time. By coordination technology and Islamic values, we will make an instruction framework that's not as it were scholastically compelling but too shapes the character of understudies with respectable character]]>
<![CDATA[PEMBERDAYAAN PEMUDA DESA PEKAUMAN MELALUI KELOMPOK SADAR WISATA DALAM PEMANFAATAN POTENSI DESA ]]>
<![CDATA[Susanti, Tria]]>;
<![CDATA[Nurcahyani, Febrian Indah Dwi]]>;
<![CDATA[Nadhifah, Nisrina]]>;
<![CDATA[Volasoohy, Mumtazah Hanun]]>;
<![CDATA[Widuatie, Ratna Endang]]>
<![CDATA[ Jurnal Pengabdian Masyarakat AbdiMas Vol 9, No 02 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Abdimas ]]>
Publisher : <![CDATA[Universitas Esa Unggul ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47007/abd.v9i02.5867
<![CDATA[Wisata sudah menjadi suatu kebutuhan bagi sebagaian besar lapisan masyarakat. Suatu desa dapat disebut sebagai desa wisata ketika desa tersebut memiliki potensi desa yang unik yang dapat dikelola sehingga dapat meningkatkan daya tarik pengunjung. Desa Pekauman memiliki potensi desa yang cukup unik sehingga apabila dikelola dengan maksimal diharapkan dapat menjadi suatu desa wisata. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah observasi dan wawancara kemudian dianalisis secara kualitatif mengenai permasalahan potensi desa dan solusi yang dapat dilakukan. Potensi yang dimiliki Desa Pekauman berupa Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso dimana merupakan kawasan cagar budaya yang harus dirawat dan dikelola dengan baik. Komunikasi antara pihak desa dengan pihak PIMB kurang baik sehingga pengelolaan PIMB sebagai potensi desa kurang maksimal. Pengelolaan potensi desa menjadi desa wisata wajib melibatkan masyarakat desa sehingga potensi desa tersebut dapat berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Program pemanfaatan dan pengelolaan potensi desa menjadi desa wisata dilakukan dengan pemberdayakan pemuda desa melalui pembentukan kelompok sadar wisata. Kelompok sadar wisata ini diharapkan mampu menjadi pengelola dan penghubung pihak desa dengan pihak PIMB yang didampingi secara langsung melalui sosialisasi dan pelatihan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso.]]>
<![CDATA[PERANAN BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL (BAKORSTANAS) DAERAH JAWA TIMUR TAHUN 1988-2000 ]]>
<![CDATA[Wulandari, Dela]]>;
<![CDATA[Sasmita, Nurhadi]]>;
<![CDATA[Widuatie, Ratna Endang]]>
<![CDATA[ Historia Vol 4 No 1 (2021): Historia : Jurnal Ilmu Sejarah ]]>
Publisher : <![CDATA[History Department, Faculty of Humanities, University of Jember ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (174.313 KB)
<![CDATA[This paper discusses the role of the National Stability Assistance Coordination Agency (Bakorstanas) of East Java in 1988-2000. The purposes of this study are to provide an overview of the background of the establishment of East Java Bakorstanasda, to examine the role of East Java Bakorstanasda, and to investigate the impact of the existence of East Java Bakorstanasda. The method used in this study was a historical method consisting of four stages, namely: heuristics, source criticisms, interpretation, and historiography. The approach used is political sociology with hegemony theory and democracy theory. The results of this study indicate that East Java's Bakorstanasda was an institution formed by Suharto as the controller of the New Order's authority in its social and political authoritarianism. Bakorstanada East Java had an important role in the Suharto government. During the Soeharto government, East Java's Bakorstanasda was used as a means of controlling Suharto's power at the regional level especially East Java. The existence of East Java Bakorstanasda also had a negative impact. The negative impact caused by the duty and authority of the police was limited, the East Java Bakorstanasda also obscured the negative sides of its members because it was reluctant to accept criticism from the public accompanied by acts of deprivation, interrogation, kidnapping, and repressive actions to civilians. Keywords: Bakorstanasda; East Java; social politics.]]>
<![CDATA[The Formation of Ethnically Distinct Villages in Jember during the Colonial Period (1870-1942) ]]>
<![CDATA[Widuatie, Ratna Endang]]>;
<![CDATA[Winarni, Retno]]>
<![CDATA[ Indonesian Historical Studies Vol 8, No 1 (2024) ]]>
Publisher : <![CDATA[Diponegoro University ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/ihis.v8i1.15926
<![CDATA[The development of the plantation economy in Jember at the end of the 19th century required a large workforce, something that could not be met by the local population. The colonial government responded by bringing in workers from western East Java, the Vorstenlanden, and Madura Island. These migrants eventually settled in Jember and became pioneers for subsequent waves of migration until the Second World War. The entry of Javanese and Madurese people into Jember shaped the physical characteristics of settlements that have survived to this day. The settlement arrangements made by the colonial government were based on ecological and cultural considerations of migrants, and plantation-oriented resulted in a unique pattern of segregation. After Indonesia's independence, villages in Jember became more fluid in terms of demographic composition, however, the physical and cultural characteristics that indicate a village has Javanese or Madurese cultural roots are still clearly visible. This article describes the process of the formation of villages in Jember with a comparison of “Javanese villages” and “Madurese villages” to find out how far the colonial government's intervention influenced the formation of villages, and how the villagers concerned maintain their cultural identity as migrant newcomers.]]>
