Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP SELAI RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) Wonggo, Djuhria
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 6, No 1 (2010)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.807 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.6.1.2010.118

Abstract

Seaweed jam can be made by dry seaweed or fresh seaweed.  Research result indicated that dry seaweed jam and fresh seaweed jam can be accepted by consumer.  In the tekstur and color perspective, dry seaweed jam and fresh seaweed jam in the good graces (point 4), whereas in smell perspective, both of the jam rather in the good graces (point 3).  Taste of the dry seaweed jam is in the good graces (point 4) whereas fresh seaweed jam rather in the good graces (point 3) by consumer.
Kadar Serat Buah Mangrove Sonneratia alba asal Pesisir Wori Kabupaten Minahasa Utara Janah, Suci Isbatul; Wonggo, Djuhria; Mongi, Eunike Louisje; Dotulong, Verly; Pongoh, Jenki; Makapedua, Daisy Monica; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.2.2020.28317

Abstract

Di Sulawesi Utara, tepatnya di Kabupaten Minahasa Utara masih memiliki hutan mangrove yang cukup luas , salah satunya di pesisir Wori yang menjadi lokasi penting penyebaran mangrove Sonneratia alba. Buah mangrove S . alba berpotensi sebagai sumber bahan pangan karena mengandung zat bioaktif yang baik untuk kesehatan. Selain sebagai Pangan Fungsional antioksidan, perlu juga digali potensi lain yang terkandung pada tepung buah mangrove S.alba seperti Kandungan Serat. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mempelajari dan membandingkan serat kasar dan serat pangan pada tepung buah mangrove S. alba muda (diameter buah <3cm) dan buah tua (diameter buah ≥ 3 cm) asal Pesisir Wori kabupaten Minahasa Utara. Metode yang digunakan untuk analisis serat kasar adalah metode Apriyantono (1989) dan untuk analisis serat pangan menggunakan metode AOAC (1995) .Hasil analisis menunjukkan bahwa tepung buah bakau S. alba muda berasal dari Pantai Wori, Kabupaten Minahasa Utara memiliki kandungan serat kasar lebih tinggi yaitu 31,66% jika dibandingkan dengan buah tua yaitu 28,66% dan hasil analisis serat pangan tepung mangrove S. alba muda juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan tepung buah tua, buah muda memiliki kandungan serat makanan 43,32% dengan kandungan serat tidak larut air sebesar 38,66% dan serat larut air sebesar 4,66%, sedangkan buah tua memiliki serat pangan 30, 66% dengan kandungan serat tidak larut air sebesar 25,33% dan serat larut air sebesar 5,33%.
Metabolit Sekunder Ekstrak Air Mendidih Daun Mangrove Sonneratia alba Dotulong, Alfani Rezky; Dotulong, Verly; Wonggo, Djuhria; Montolalu, Lita A.D.Y; Harikedua, Sivana Dinaintang; Mentang, Feny; Damongilala, Lena Jeane
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.2.2020.28437

Abstract

Daun mangrove Sonneratia alba  secara tradisional sudah digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit yang disebabkan karena radikal bebas, hal ini mengindikasikan bahwa daun mangrove ini mengandung komponen metabolit sekunder yang dapat menghilangkan radikal bebas tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menidentifikasi komponen metabolit sekunder pada ekstrak air mendidih daun mangrove Sonneratia alba. Metode yang digunakan dalm penelitian ini bersifat eksploratif yaitu mendapatkan data secara kualitatif yaitu  ada tidaknya senyawa fenolik, flavonoid, saponin, triterpenoid, tannin dan alkaloid didalam ekstrak air mendidih daun mangrove s.alba  yang dikeringkan dibawah sinar matahari (KSM) dan diangin-anginkan di dalam ruangan (KDR) selama 40,50, dan 60 menit. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Ekstrak air mendidih selama 40 menit baik untuk cara pengeringan KSM maupun KDR mengandung semua komponen metabolit sekunder yang diuji yaitu fenolik, flavonoid, tannin, saponin, triterpenoid dan alkaloid, sedangkan untuk ekstrak dengan  lama ekstraksi 50 dan 60 menit tidak mengandung flavonoid dan saponin.
Cemaran Mikrobiologi Pada Tepung Karagenan Salawati, Abraham Imanuel; Montolalu, Roike Iwan; Damongilala, Lena Jeane; Reo, Albert Royke; Wonggo, Djuhria; Makapedua, Daisy Monica; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.9.1.2021.29583

Abstract

The purpose of this study was to examine the microbiological contamination of carrageenan flour made by the steam method. In this study raw seaweed was used with 0.1%, 0.2%, 0.3% NaOH, and drying time. The results of this study obtained the highest yield at the concentration of NaOH 0.3% for 8 hours drying of the Sun that is equal to 19.48%. The lowest water content at the NaOH concentration of 0.3% increases in the drying time of the 12-hour drying cabinet which is 3.7%. Frequency pH stability 8.44 - 9.7. Research Results in The best total Plate Figures at a concentration of NaOH 0.3% for 8 hours of Sun Drying is 3000 colonies / g. The results of the study of Escherichia coli, Salmonella sp. Get negative results.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cemaran mikrobiologis pada tepung karagenan yang dibuat dengan metode uap. Pada penelitian ini digunakan perlakuan bahan baku rumput laut dengan dengan pelarut NaOH 0.1%, 0.2%, 0.3% dan lama pengeringan. Hasil penelitian ini diperoleh rendemen terbanyak pada konsentrasi NaOH 0.3% lama Pengeringan Matahari 8 jam yaitu sebesar 19.48%. Kadar air terendah pada konsentrasi NaOH 0.3% lama pengeringan Pengeringan Cabinet dryer 12 jam yaitu sebesar 3.7%. Stabilitas pH berkisar 8.44 – 9.7. Hasil Penelitian Angka Lempeng Total terbaik pada konsentrasi NaOH 0.3% dengan lama Pengeringan Matahari 8 jam yaitu sebesar 3000 koloni/g. Hasil penelitian Escherichia coli, Salmonella sp diperoleh hasil negatif.  
Proksimat pada Tepung Buah Mangrove Sonneratia alba Ardiansyah, Putri Rahayu; Wonggo, Djuhria; Dotulong, Verly; Damongilala, Lena Jeane; Harikedua, Silvana Dinaintang; Mentang, Feny; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.3.2020.27526

Abstract

This study aims to determine the proximate value of Sonneratia alba mangrove flour. The flour was made from young (d ≤ 3 cm) and old S. alba fruit. S. alba fruit were collected from Desa Wori, Kec.Wori, Kab. Minahasa Selatan, North Sulawesi. The measured parameters were moisture content by the oven method, the ash content by the dry ashing method, the protein content by the Kjeldahl method; fat content by the Soxhlet method and carbohydrate content were calculated by difference. The results showed that the proximate content of young S. alba fruit flour was 10.53% of moisture, 5.18% ash, 8.735 protein, 1.44% fat and 74.12% carbohydrate. The proximate content of old S. alba mangrove flour was moisture content 9.63%, ash 5.39%, protein 8.34%, fat 1.54% and carbohydrate 75.1%. Moiture and protein content of young S. alba mangrove flour is slightly higher compared to old S. alba mangrove flour. Meanwhile, ash, fat and carbohydrate content of old S. alba mangrove flour is slightly higher compared to young S. alba mangrove flour. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar proksimat pada tepung buah mangrove Sonneratia alba muda (d ≤ 3 cm) dan proksimat tepung buah mangrove S. alba tua (d ≥ 3cm) yang diambil di Desa Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Parameter yang dianalisa adalah kadar air dengan metode oven, kadar abu dengan metode pengabuan kering, kadar protein dengan metode kjeldahl meliputi tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi; kadar lemak dengan metode soxhlet dan kadar karbohidrat dihitung berdasarkan metode (by difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan proksimat pada tepung buah mangrove S. alba muda adalah kadar air 10,53%, abu 5,18%, protein 8,735, lemak 1,44% dan karbohidrat 74,12%. Kandungan proksimat pada tepung buah mangrove S. alba tua adalah kadar air 9,63%, abu 5,39%, protein 8,34%, lemak 1,54% dan karbohidrat 75,1%. Perbandingan kandungan proksimat tepung buah mangrove S. alba muda dan tua adalah sebagai berikut: kadar air dan protein pada tepung buah mangrove S. alba muda sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tepung buah mangrove S. alba tua. sedangkan kadar abu, lemak dan karbohidrat kandungan tepung buah mangrove S. alba tua sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tepung buah mangrove S. alba muda.
TINGKATKAN IMUNITAS TUBUH DIMASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU DENGAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN IKAN Wonggo, Djuhria; Reo, Albert Royke
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.9.1.2021.30959

Abstract

The purpose of community service is to strengthten immune system during the adaptation of “new normal”, through diversification of processed products to increase the amount of fish consumption and providing B2SA food in the online culinary business for PKK Jaga 6 women in Sea Village, Pineleng District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. The method used is counseling, training and mentoring and evaluation.To find out whether the product being offered was accepted by consumers, a hedonic test was conducted on 14 panelists.The diversified products offered are the manufacture of fish kakinaga, fish nuggets and fish Ilobulo. The hedonic test results showed that both the taste, texture, smell and appearance of the fish kakinaga products were between the likes and the most liked and also the most liked. For fish nuggets, consumer acceptance, in terms of taste, texture, smell and appearance, is between very, very fond. Meanwhile, consumer acceptance of Ilobulo fish starts from like to really like. This shows that the three products are very accepted by consumers, especially PKK Jaga 6 women in Sea Village, Pineleng District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. 
Fiber Content and Viscosity of Seaweed Extract Eucheuma spinosum using Subcritical Water Method Soda, Jenefer; Damongilala, Lena Jeane; Reo, Albert Royke; Montolalu, Roike Iwan; Wonggo, Djuhria; Pandey, Engel Victor
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 12 No. 2 (2023): EDISI MEY-AGUSTUS 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.v12i2.52645

Abstract

This study was conducted to analyze the fiber content and viscosity of the Eucheuma spinosum seaweed. Seaweed, used in dry form, is extracted using subcritical water at 115°C and 125°C with time of 15, 20, and 25 minutes respectively using Hirayama HVE-50. The results of analysis of E.spinosum's fiber content and extract viscosity were obtained in the treatment of each of the lowest crude fibre levels in the 15 minute treatment at 115°C at 1.175%, and the highest at the 25 minute treatment at 125°C at 2.1525%. The analysis of insoluble fiber levels is lowest at 20 minutes of treatment at 125°C at 9.4% and the highest 20 minutes of treatment at 115°C at 16.64%. The analysis of dissolved dietary fiber is lowest at 15 minutes of treatment at 115°C at 2.21% and 25 minutes of treatment at 115°C at 12.61%. Viscosity analysis is lowest at 20 minutes with a temperature of 115°C at 22.465 cP and the highest time treatment at 115°C at 91.455 cP. Keywords: Eucheuma spinosum, fiber content, viscosity, and subcritical water Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai kadar serat dan viskositas yang  terdapat pada rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut yang digunakan dalam bentuk kering, diekstraksi menggunakan air subkritis pada suhu 115°C dan 125°C dengan waktu masing-masing selama 15, 20, dan 25 menit menggunakan autoclave tipe Hirayama HVE-50. Hasil analisis kadar serat dan viskositas ekstrak rumput laut E.spinosum diperoleh masing-masing pada perlakuan yaitu kadar serat kasar terendah terdapat pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu115°C sebesar 1,175%, dan tertinggi pada perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 125°C sebesar 2,1525%. Analisis kadar serat pangan tak larut terendah pada perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 125°C sebesar 9,4% dan tertinggi perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 115°C sebesar 16,64%. Analisis serat pangan terlarut terendah pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu 115°C sebesar 2,21% dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 12,61%. Analisisviskositasterendah pada perlakuan 20 menitdengansuhu 115°C sebesar 22,465 cP dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 91,455cP. Kata Kunci: Eucheuma spinosum, kadar serat, viskositas, dan air subkritis
Mineral Content of Mangrove Sonneratia alba and Bruguiera gymnorrhiza Fruit Flour Launda, Pitry; Wonggo, Djuhria; Lohoo, Helen Jenny; Damongilala, Lena J.; Harikedua, Silvana D.; Mentang, Feny
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 12 No. 3 (2023): EDISI ESPTEMBER-DESEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.v12i3.53670

Abstract

Now the mangrove fruit is used and processed into flour to be used as raw materials as well as complementary ingredients with other flour mixtures in certain proportions in making food products. The nutritional content of mangrove processed products can provide information that in addition to being delicious for consumption, mangroves are good for health because they contain nutrients needed by the body. This study aims to analyze calcium, magnesium, potassium, iron and zinc in mangrove fruit flour Sonneratia alba and Bruguiera gymnorhiza. The method used in this study is quantitative. The results showed that mangrove fruit flour sonneratia alba contains levels of calcium 1938.6 mg/100g, magnesium 2136.6 mg/100g, potassium 14688.8 mg/100g, iron 60.7 mg/100g and zinc 1.3 mg / 100g. While mangrove fruit flour Bruguiera gymnorrhiza contains levels of calcium 676.5 mg/100g, magnesium 41.7 mg/100g, potassium 3033.8 mg/100g, iron 12.8 mg/100g and zinc 0.2 mg / 100g. The results showed that the mineral content in mangrove sonneratia alba fruit flour is higher than Bruguiera gymnorrhiza fruit flour. Keywords: Mangrove flour, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Mineral. Abstrak Sekarang ini buah mangrove dimanfaatkan dan diolah menjadi tepung untuk digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan komplementer dengan campuran tepung lain pada proporsi tertentu dalam membuat produk pangan. Kandungan gizi pada produk olahan mangrove dapat memberikan informasi bahwa selain nikmat untuk dikonsumsi, mangrove baik untuk kesehatan karena mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kalsium, magnesium, kalium, zat besi dan seng pada tepung buah mangrove Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorhiza. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung buah mangrove Sonneratia alba mengandung kadar kalsium 1938.6 mg/100g, magnesium 2136.6 mg/100g, kalium 14688.8 mg/100g, zat besi 60.7 mg/100g dan seng 1.3 mg/100g. Sedangkan tepung buah mangrove Bruguiera gymnorrhiza mengandung kadar kalsium 676.5 mg/100g, magnesium 41.7 mg/100g, kalium 3033.8 mg/100g, zat besi 12.8 mg/100g dan seng 0.2 mg/100g. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kandungan mineral pada tepung buah mangrove Sonneratia alba lebih tinggi dari tepung buah Bruguiera gymnorrhiza. Kata kunci: Tepung mangrove, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Mineral.
Total Plate Count (TLC) and Sensory Analysis of Tuna, Skipjack, and Mackerel (TCT) Landed at Tumumpa TPI Harikatan, Kristian; Salindeho, Netty; Wonggo, Djuhria; Lohoo, Helen Jenny; Pandey, Enggel V.; Damongilala, Lena Jeane
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 13 No. 1 (2024): EDISI JANUARI-APRIL 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.v13i1.57198

Abstract

High water content can cause fish to deteriorate quickly, if not handled properly, fish will rot in about 6-7 hours after death. This study aims to determine the freshness level of tuna, skipjack, and tuna landed at TPI Tumumpa based on Total Plate Numbers (ALT) and Sensory Analysis values. The method used in the research is the descriptive method by conducting the Total Plate Count (ALT) test Total Plate Count (TPC) test and Sensory Analysis. The results obtained were high Total Plate Count (ALT) values in tuna, CFU/g, cob CFU /g and low in skipjack <25 CFU /g. These results meet the requirements of microbial contamination (ALT) in fresh fish according to SNI 2729:2021 which is a maximum of 5.0× ; the value of Sensory Analysis on tuna, skipjack, and tuna on eyes, gills, body surface mucus, meat, odor, and texture obtained a high average value in skipjack 8.31 with, tuna 8.07 and Tuna (7.99). Based on these results, it can be concluded that tuna, skipjack, and tuna are classified as fresh according to SNI 2729: 2021, namely the minimum fresh fish organoleptic value of . Keywords: Sensory Analysis, Total Plate Count (ALT), Tuna, Skipjack Abstrak Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan ikan cepat mengalami kemunduruan mutu, jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, ikan akan membusuk dalam waktu sekitar 6-7 jam setelah kematiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol yang didaratkan di TPI Tumumpa berdasarkan nilai Angka Lempeng Total (ALT) dan nilai Analisis Sensori. Metode yang di gunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan melakukan Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) yaitu menggunakan uji Total Plate Count (TPC) dan Analisis Sensori. Hasil Penelitian yang diperoleh adalah nilai Angka Lempeng Total (ALT) tinggi pada ikan tuna yaitu CFU /g, ikan tongkol dan rendah pada ikan cakalang <25 CFU/g. Hasil tersebut memenuhi syarat cemaran mikroba (ALT) pada ikan segar menurut SNI 2729:2021 yaitu maksimal ; nilai Analisa Sensori pada ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol terhadap mata, insang, lendir permukaan badan, daging, bau dan tekstur diperoleh nilai rata-rata tinggi pada ikan cakalang 8.31 dengan, tongkol 8.07 dan Tuna (7.99). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol tergolong segar menurut SNI 2729:2021 yaitu nilai organoleptik ikan segar minimum . Kata kunci: Analisis Sensori, Angka Lempeng Total (ALT), Ikan Tuna, Ikan Cakalang, Ikan Tongkol
MUTU STICK IKAN BELUT (Monopterus albus) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KARAGENAN: The Quality of Eel (Monopterus albus) Fish Stick with Addition of Carrageenan Flour Hidayah, Nur; Taher, Nurmeilita; Montolalu, Lita; Wonggo, Djuhria; Reo, Albert; Lohoo, Helen
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 12 No. 2 (2024)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.12.2.2024.52241

Abstract

Indonesia is endowed with a plethora of diverse animal food sources, one of which is the eel fish (Monopterus albus). Eel is a fish that can be consumed as a functional food, exhibiting a higher nutritional content than ordinary foodstuffs and providing health benefits for the body. Eel is processed into a variety of products, including the eel fish sticks. It is anticipated that the production of eel fish sticks with the incorporation of carrageenan flour will enhance the cohesiveness and binding power of the product, thereby extending its shelf life. The objective of this study was to assess the quality of eel fish sticks (Monopterus albus) with the incorporation of carrageenan flour through organoleptic evaluations, fat content analyses, crude fiber assessments, and water content examinations. The results of the study indicated that the panelists preferred the 0% carrageenan flour treatment in terms of organoleptic characteristics, including taste, color, texture, and aroma, when compared to treatments with 5%, 10%, and 15% carrageenan flour. The water content value was found to be lower with the addition of 5% carrageenan (6.78) compared to the addition of 0% carrageenan (7.52). The fat content value with a 5% carrageenan addition (9.71) was found to be lower than that observed with a 0% carrageenan addition (11.03). The crude fiber content exhibited a higher value with the addition of 5% carrageenan (0.78) compared to the 0% carrageenan addition (0.48). Similarly, the dietary fiber content demonstrated a higher value with the addition of 5% carrageenan (0.60) compared to the 0% carrageenan addition (0.44). Kata kunci:  Carageenan, Eel, Monopterus albus, Stick   Indonesia memiliki kekayaan sumber pakan hewani yang beragam, salah satunya ikan belut (Monopterus albus). Belut adalah ikan yang dapat dikonsumsi sebagai pangan fungsional yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari pangan biasa dan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, belut tersebut diolah menjadi produk dengan cara diversifikasi. Sehingga dalam penelitian ini dilakakukan pembuatan stick ikan belut dengan penambahan tepung karagenan diharapkan dapat meningkatkan kekompakan dan daya ikat produk serta meningkatkan daya simpan pada stick ikan belut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui mutu stick ikan belut (Monopterus albus) dengan penambahan tepung karagenan melalui uji organoleptik uji kadar lemak, uji serat kasar, dan uji kadar air. Hasil Penelitian pada nilai organoleptik panellis lebih menyukai perlakuan tepung karagenan 0%, dari segi rasa, warna, tekstur, aroma, dibandingkan dengan penambahan karagenan sebanyak 5%, 10% dan 15%. Nilai kadar air dengan penambahan karagenan 5% (6,78) lebih rendah dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (7,52). Nilai kadar lemak dengan penambahan karegenan 5% (9,71) lebih rendah dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (11,03). Nilai kadar serat kasar dengan penambahan karegenan 5% (0,78) lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (0,48). Nilai kadar serat pangan dengan penambahan karagenan 5% (0,60) lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (0,44). Kata kunci:  Belut, Karagenan, Monopterus albu, Stick.