Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Inovasi Pengolahan Buah Nipah (Nypa fruticans) sebagai Strategi Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir Agustina, Raida; Dinaroe, Dinaroe; Yasar, Muhammad; Anwar, Khairul; Fitri , Alhusna; Sarni, Sarni; Maisarah, Maisarah
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 2 No 1 (2024): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 2 Nomor 1,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v2i1.51

Abstract

Diversifikasi pangan merupakan strategi penting dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Salah satu sumber pangan lokal yang berpotensi namun belum banyak dimanfaatkan adalah buah nipah (Nypa fruticans). Pengabdian ini dilakukan di Desa Naga Umbang, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, dimana buah nipah tumbuh melimpah. Selama ini masyarakat hanya memanfaatkan buah segar saja untuk dijadikan campuran dalam minuman, masyarakat belum mengetahui pemanfaatan buah nipah dalam bentuk produk yang lain. Program pengabdian masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan cara pengolahan buah nipah, mendorong masyarakat untuk memanfaatkan buah nipah sebagai alternatif sumber pangan, serta mengembangkan produk pangan sehat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini melibatkan pelatihan teori dan praktik langsung dalam pengolahan buah nipah menjadi produk diversifikasi pangan seperti manisan nipah, jus nipah, kerupuk nipah, puding nipah, serta kolak nipah. Metode yang digunakan adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), melibatkan kelompok tani dan mitra usaha setempat. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa program pengabdian masyarakat di Desa Naga Umbang berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, Kelompok Tani Umbang Berjaya, serta mitra usaha Warjakir Naga Umbang dalam mengolah buah nipah menjadi beragam produk diversifikasi pangan. Peserta sangat antusias dan mampu melakukan pengolahan secara mandiri, yang mendorong terciptanya ide usaha baru, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi pengangguran. Program ini juga berkontribusi pada pemanfaatan sumber daya alam lokal secara berkelanjutan, menciptakan harmoni sosial, ekonomi, dan ekologi. Program ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan gizi masyarakat, pengurangan ketergantungan pada beras, serta penciptaan peluang usaha baru
IDENTIFIKASI PENYEBAB KONVERSI LAHAN UNTUK REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI KABUPATEN ACEH SELATAN Yasar, Muhammad; Mustaqimah, Mustaqimah; Agustina, Raida; Nufus, Hayatun; Handayani, Sri
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 34 No 3 (2024): Jurnal Agroteksos Desember 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agroteksos.v34i3.1290

Abstract

Kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu komoditas unggulan di Indonesia yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian melalui ekspor dan industri pengolahan. Namun, produksi kakao mengalami penurunan akibat konversi lahan. Aceh Selatan, sebagai salah satu daerah penghasil kakao di Aceh, juga terdampak oleh konversi lahan serta masalah dalam pengelolaan tanaman kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan kakao di Kabupaten Aceh Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif, yang memungkinkan penelitian untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena konversi lahan dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan petani kakao, pengusaha perkebunan kelapa sawit, dan pihak pemerintah setempat untuk menyusun gambaran tentang faktor-faktor konversi lahan yang bersifat lokal dan subjektif. Sementara itu, metode kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada petani kakao di Aceh Selatan untuk mengukur pengaruh berbagai faktor dalam keputusan konversi lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan produksi kakao disebabkan oleh konversi lahan untuk sektor pertanian lain sebesar 83,5 % dan sisanya 16,5 % penggunaan lahan untuk keperluan non-pertanian. Penyebab utama konversi lahan dari sektor pertanian adalah ekspansi perkebunan kelapa sawit yang mencapai 73,3 %, sementara konversi non-pertanian lebih disebabkan oleh kebutuhan untuk pengembangan perumahan sebesar 55,7 %. Tingginya serangan hama dan penyakit menjadi faktor utama yang mendorong petani untuk mengkonversi lahan kakao mereka yaitu 44,3 %. Faktor yang dibutuhkan untuk pengembangan kakao adalah adanya jaminan harga/pasar yang menguntungkan (54,0 %) dan akses permodalan (24,4 %) untuk mendukung pembiayaan usaha petani. Kendala utama yang harus diatasi adalah penyediaan bibit unggul yang tahan terhadap perubahan iklim, hama, penyakit, serta memiliki produktivitas yang tinggi. Penelitian ini diharapkan memberikan pandangan yang berguna bagi pemerintah daerah dan petani dalam merumuskan kebijakan yang dapat mendukung revitalisasi dan pengelolaan kakao yang berkelanjutan.
Sosialisasi dan Adopsi Inovasi Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK)dan Pestisida Nabati Ramah Lingkungan untuk Optimalisasi Hasil Kakao Nurahmi, Erida; Syafruddin, Syafruddin; Safrida, Safrida; Yasar, Muhammad
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 2 No 2 (2025): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 2 Nomor 2,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v2i2.72

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan melibatkan lembaga mitra dan masyarakat. Program pengabdian ini di desain dan diarahkan untuk meningkatkan keterkaitan antara dunia akademik -teoritik dan dunia empirik-praktis. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masysrakat dalam pembuatan alat pengendali hama penggerak batang buah kakao Fero PBK dan pestisida nabati ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi tanaman kakao. Target lainnya untuk memasyarakatkan pertanian ramah lingkungan dan penguatan kelembagaan petani. Kegiatan Pengabdian ini digagas oleh lembaga mitra LPPM Universitas Syiah Kuala dan kelompok sasaran petani kakao di Desa Jruek Bak Kreh Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Kendala utama dalam peningkatan kakao di Desa Jruek Bak Kreh adalah minimnya inovasi dan adopsi teknologi pembuatan alat pengendali hama penggerek buah kakao dan pestisida nabati ramah lingkungan. Mahalnya harga pestisida buatan dan sulit tersedia bagi petani kakao menginspirasi kami untuk membantu petani dalam memperkenalkan dan mendemonstrasikan teknologi pembuatan alat pengendali hama penggerek buah kakao dan pestisida nabato ramah lingkungan. Alat yang dihasilkan tersebut adalah produk ramah lingkungan yang dapat diaplikasikan secara mudah oleh petani untuk peningkatan produksi kakao
Aplikasi Photovoltaic Light Trap (PLT) Dalam Pengendalian Insekta Pengganggu Untuk Meningkatkan Produktivitas Bawang Merah (Allium cepa L. var. aggregatum) Yasar, Muhammad; Hafsah, Siti; Juliaviani, Noratun; Agustina, Raida
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 1 No 1 (2023): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 1 Nomor 1,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v1i1.3

Abstract

Kebutuhan konsumsi bawang merah sehari-hari terus meningkat dari waktu ke waktu, sedangkan keberadaan dan perannya tidak dapat ditukar dengan jenis tanaman yang lain. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap bawang merah sangat tinggi apalagi ketersediaannya tidak seimbang dengan kebutuhan yang ada. Oleh sebab itu bawang merah termasuk jenis komoditas yang memerlukan perhatian ekstra baik oleh pemerintah maupun masyarakat tani. Kelompok tani mitra merupakan diantara kelompok masyarakat yang peduli terhadap pemenuhan kebutuhan bawang merah lokal. Meskipun tidak memiliki pengetahuan dan teknologi yang memadai, kelompok tani ini terus berjuang memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun seringnya tanaman yang dibudidayakan terserang oleh hama dan penyakit telah menyebabkan terjadinya penurunan semangat atau animo masyarakat dalam menggeluti tanaman bawang merah ini. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, Tim Pengabdi berupaya untuk melakukan pendampingan terhadap kelompok tani tersebut agar senantiasa konsisten dalam mengupayakan pembudidayaan tanaman bawang merah di lahan yang mereka miliki atau usahakan. Bentuk kegiatan pengabdian yang ditawarkan dan sekaligus menjadi solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat adalah melalui pengaplikasian inovasi teknologi mekanis Photovoltaic Light Trap (PLT). Inovasi ini tergolong sederhana dan mudah untuk digunakan, tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi, serta yang paling penting adalah bersifat ramah lingkungan (green energy). Aplikasi inovasi teknologi tepat guna ini diharapkan dapat mengatasi inang dari insekta perusak yang sering meninggalkan telur dan larvanya pada tanaman bawang merah. Melalui rangsangan sinar lampu yang dipancarkan dengan teknologi energi surya, insekta penggangu tersebut akan diperangkap sehingga tidak lagi mengganggu tanaman. Selanjutnya insekta yang terperangkap dapat dengan mudah dimusnahkan secara mekanis. Dengan demikian tanaman bawang merah dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Domestikasi Tumbuhan Bemban (Donax Canniformis) Untuk Keberlanjutan Usaha Kerajinan Bili Di Desa Lampanah Tunong, Aceh Besar Yasar, Muhammad; Hafsah, Siti; Juliaviani, Noratun
DCS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2024): DCS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, Volume 1 Nomor 2, Desember 2024
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/dcs.v1i2.26

Abstract

The bemban plant (Donax canniformis) has important meaning for the community in Lampanah Tunong Village, Indrapuri District, Aceh Besar Regency. Together with 4 (four) other villages around it, this village has become a center for woven bemban crafts with production products that are typical superior products for Aceh Besar Regency. Apart from supporting the development of the tourism sector and creative industry, this woven bemban craft product has been able to improve the economy and welfare of the local community. The lack of implementation of the concept of sustainable development (sustainable development) has resulted in vulnerability to the continuity of this highly prospective business. The provision of raw materials that completely relies on availability in nature has resulted in the increasingly extinct population of burden plants. The rate of handicraft production which is not commensurate with the ability of natural plant reproduction has caused the community to have to bring in raw materials from outside the village. This of course has an impact on increasing production costs and reducing opportunities for profits. Without systematic and strategic efforts, it is feared that availability from outside the village will also threaten its sustainability. To overcome this, the Service Team offers a concrete solution in the form of domestication efforts by transforming wild bemban plants into cultivated bemban plants through the introduction of cultivation techniques, nurseries and cultivation demonstration plots as well as improving and developing marketing techniques through product diversification and the use of digital marketing. The methods used include: counseling/tutorials and direct practice in the field with stages consisting of: preparation, coordination, implementation, coaching, and trials/evaluation. Through this service activity, it is hoped that the sustainability of the bemban woven craft business will be realized (SDGs 11), increase economic growth (SDGs 8), reduce poverty (SDGs 1) and improve the welfare (SDGs 3) of the community, especially partner craftsmen (SDGs 17).
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Mesin Kompos Kepada Petani di Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar Mustaqimah, Mustaqimah; Nurba, Diswandi; Yasar, Muhammad; Bulan, Ramayanty; Devianti, Devianti; Fachruddin, Fachruddin; Yusra, Andi
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 2 No 2 (2025): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 2 Nomor 2,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v2i2.77

Abstract

Pelatihan pemanfaatan teknologi mesin kompos dan pengolahan limbah organik telah sukses diselenggarakan di Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat tani melalui pendekatan edukatif dan praktis dalam bidang pertanian berkelanjutan. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petani dalam memproduksi pupuk organik secara mandiri dengan memanfaatkan limbah organik lokal, seperti sisa dapur, dedaunan, dan kotoran ternak. Dengan adanya pelatihan ini, para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis mengenai prinsip dasar pengomposan, tetapi juga keterampilan teknis dalam mengoperasikan mesin pencacah kompos dan memahami tahapan pengolahan hingga menghasilkan pupuk matang yang siap digunakan. Selain mendukung peningkatan produktivitas hasil pertanian, penggunaan pupuk kompos ini turut berkontribusi terhadap efisiensi biaya produksi, karena mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang mahal dan tidak ramah lingkungan. Dari sisi lingkungan, praktik pengomposan ini menjadi solusi dalam mengelola limbah organik agar tidak mencemari tanah dan air. Meskipun demikian, pelaksanaan pelatihan ini juga mengungkap sejumlah tantangan, seperti keterbatasan alat produksi dan perlunya pendampingan lanjutan. Artikel ini membahas capaian kegiatan pelatihan, kendala adopsi teknologi di lapangan, serta potensi keberlanjutan program pelatihan di tingkat komunitas secara jangka panjang.
Penerapan Teknologi Tepat Guna Dalam Pengolahan Janeng (Dioscorea hispida Dennst) Di Desa Riting Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Yasar, Muhammad; Mustaqimah, Mustaqimah; Agustina, Raida; Khairi, Khairi; Zulham, Zulham; Lina, Eka Chandra
DCS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2025): DCS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, Volume 2 Nomor 1, Juni 2025
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/dcs.v2i1.120

Abstract

Tumbuhan Janeng (Dioscorea hispida Dennst) memiliki arti penting bagi masyarakat Desa Riting, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, terutama sebagai sumber bahan pangan alternatif yang telah dikonsumsi sejak lama. Selama ini masyarakat setempat mengolah jenis umbi beracun ini dengan pengetahuan dan teknologi seadanya yang berbasis indigenous knowledge sehingga potensi alam yang besar ini belum mampu dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Indonesia (PMKI) ini bertujuan untuk membantu masyarakat setempat dalam memperbaiki teknologi pengolahan janeng melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) agar memiliki nilai ekonomi dan produksi yang tinggi. Pelaksanaan Program dilakukan melalui metode Tutorial/Penyuluhan dan Implementasi/Praktek Langsung di Lapangan. Tutorial/Penyuluhan dilakukan melalui pertemuan tatap muka antara tim pengabdi dengan mitra dan masyarakat penerima manfaat. Sedangkan Implementasi/praktek langsung di lapangan dilakukan melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang disampaikan pada saat tatap muka dengan cara pembuatan alat TTG di lahan/bangunan yang telah disediakan oleh Pemerintah Gampong/Desa. Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri-dari fase persiapan, fase koordinasi, fase pelaksanaan, fase pembinaan dan pendampingan, dan fase evaluasi kegiatan. Teknologi Tepat Guna (TTG) yang diterapkan terdiri-dari Alat TTG Pengupas Kulit Janeng, Alat TTG Perajang/Pengiris Umbi Janeng, Alat TTG Penghilang Racun Janeng, Alat TTG Pengering Janeng, dan Alat TTG Pembuat Tepung Janeng. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat mewujudkan desa industri pengolahan janeng yang berkelanjutan guna mendukung program ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Perbaikan Teknologi Pengupas dan Perajang Berbasis Teknologi Tepat Guna Untuk Produksi Janeng (Dioscorea hispida Dennst) Di Desa Riting Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Yasar, Muhammad; Mustaqimah, Mustaqimah; Agustina, Raida; Khairi, Khairi; Zulham, Zulham; Lina, Eka Chandra
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 2 No 2 (2025): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 2 Nomor 2,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v2i2.80

Abstract

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Indonesia (PMKI) ini bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Riting Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar dalam memperbaiki teknologi pengupas dan perajang janeng (Dioscorea hispida Dennst) melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) agar memiliki nilai ekonomi dan produksi yang lebih tinggi dibanding konvensional. Pelaksanaan Program dilakukan melalui metode Tutorial/Penyuluhan dan Implementasi/Praktek Langsung di Lapangan. Tutorial/Penyuluhan dilakukan melalui pertemuan tatap muka antara tim pengabdi dengan mitra dan masyarakat penerima manfaat. Sedangkan Implementasi/praktek langsung di lapangan dilakukan melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang disampaikan pada saat tatap muka dengan cara pembuatan alat TTG di lahan/bangunan yang telah disediakan oleh Pemerintah Gampong/Desa. Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri-dari fase persiapan, fase koordinasi, fase pelaksanaan, fase pembinaan dan pendampingan, dan fase evaluasi kegiatan. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat membantu proses pengupas dan perajang janeng masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitas hasil sehingga mewujudkan desa industri pengolahan janeng yang berkelanjutan guna mendukung program ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengolahan Manisan Belimbing Wuluh Sebagai Upaya Diversifikasi Pangan Sehat Agustina, Raida; Yasar, Muhammad; Ferijal, T; Hartuti, Sri; Zikri, Irfan
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 1 No 2 (2024): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 1 Nomor 2,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v1i2.21

Abstract

Pemanfaatan dan pengembangan buah belimbing wuluh belum dilakukan secara optimal, karena nilai jual buah yang masih rendah dan tidak diimbangi dengan potensi yang dimiliki buah belimbing wuluh. Beberapa cara pengolahan yang dapat memperpanjang masa simpan belimbing wuluh segar adalah manisan belimbing wuluh. Selama ini masyarakat di Gampong Cucum Kecamatan Kuta Baro hanya mengolah belimbing wuluh tersebut untuk dijadikan asam sunti saja. Oleh karena itu perlu dilakukan diseminasi mengenai produk olahan lain yang berbahan baku dari belimbing wuluh, jika tidak maka dapat dipastikan buah belimbing tersebut akan terbuang sia-sia. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi karena proses produksinya menggunakan teknologi yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat seperti mengatasi permasalahan pengolahan belimbing wuluh segar menjadi produk yang memiliki masa simpan relatif lama. Selain itu, meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat Gampong Cucum dalam memproduksi manisan belimbing wuluh yang bermutu dan mempunyai harga tinggi di pasaran yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di Gampong Cucum serta terrciptanya home industry berbahan baku belimbing wuluh. Strategi pengembangan yang dapat direkomendasikan antara lain: 1) melakukan diversifikasi, promosi, dan inovasi; 2) meningkatkan kapasitas SDM melalui pembinaan dan pelatihan berkelanjutan; 3) menjalin kerjasama antara tim pengabdi dengan mitra; 4) melakukan penguatan pasar lokal dan nasional
Pemanfaatan Tumbuhan Bemban Sebagai Bahan Kerajinan Di Desa Lampanah Tunong, Aceh Besar Yasar, Muhammad; Hafsah, Siti; Juliaviani, Noratun; Khalil, Munawar; Jayanti, Dewi Sri; Agustina, Raida; Anwar, Khairul
JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L) Vol 1 No 2 (2024): JURNAL PENGABDIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (JP3L): Volume 1 Nomor 2,
Publisher : LEMBAGA KAJIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN (LKPPL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62671/jp3l.v1i2.45

Abstract

Tumbuhan bemban (Donax canniformis) memiliki arti penting bagi masyarakat di Desa Lampanah Tunong, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Bersama 4 (empat) desa lain disekitarnya, desa ini telah menjadi sentra kerajinan anyaman bemban dengan hasil produksi yang menjadi produk unggulan khas bagi Kabupaten Aceh Besar. Selain mendukung pengembangan sektor pariwisata dan industri kreatif, produk kerajinan anyaman bemban ini telah mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat. Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini ditujukan untuk membantu dan membina masyarakat kelompok pengrajin dalam pemanfaatan tumbuhan bemban secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan menjamin kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini meliputi tahap persiapan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap persiapan dilakukan proses identifikasi dan inventarisasi masalah yang dihadapi pengrajin. Lalu permasalahan tersebut dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait untuk dicarikan solusinya dan diterapkan dalam tahap pelaksanaan. Untuk memastikan tingkat keberhasilan program, dilakukan proses evaluasi yang hasilnya dijadikan sebagai dasar perbaikan dan rekomendasi tindak lanjut. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukkan tingkat antusiasme masyarakat pengrajin dalam mengikuti program sangat tinggi. Para pengrajin mampu meningkatkan produksi dan produktivitasnya melalui diversifikasi produk kerajinan dengan baik. Diharapkan paska kegiatan, masyarakat dapat mengembangkan usahanya secara berkelanjutan.