Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PERAN PERFEKSIONISME TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA REMAJA DI DKI JAKARTA Debora Basaria; Zamralita Zamralita; Fransiska Xaveria Aryani
Psibernetika Vol 14, No 1 (2021): Psibernetika
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/psibernetika.v14i1.2365

Abstract

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak untuk memasuki masa dewasa. Remaja yang berusia antara 12-19 tahun diketahui sedang menempuh pendidikan formal pada jenjang sekolah atau universitas. Keberhasilan belajar remaja di institusi pendidikan tergantung pada perilaku belajar yang dilakukan siswa dan lingkungannya. Salah satu faktor yang bersumber dari dalam diri sendiri adalah perilaku belajar. Perilaku menunda-nunda pekerjaan atau mengulur waktu mengerjakan tugas disebut dengan istilah prokrastinasi. Salah satu faktor utama yang menyebabkan prokrastinasi adalah perasaan takut gagal (fear of failure) atau suatu kecenderungan individu yang akan merasa bersalah apabila tidak dapat mencapai tujuan atau gagal. Faktor takut gagal ini dapat berhubungan dengan salah satu jenis kepribadian neurotik yaitu perfeksionisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perfeksionisme terhadap prokrastinasi akademik pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini melibatkan 152 responden dari wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental. Teknik pemilihan partisipan yang digunakan yaitu teknik convenience sampling. Kriteria partisipan penelitian ini adalah individu yang berusia antara 12 sampai 19 tahun, berstatus sebagai pelajar. Alat ukur yang digunakan merupakan hasil adaptasi dari Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) dan Multidimensional Perfectionism Scale (MPS).Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfeksionisme berperan positif dan signifikan terhadap prokrastinasi pada remaja di DKI Jakarta. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat perfeksionisme individu maka akan semakin tinggi pula tingkat kemungkinan individu tersebut melakukan prokrastinasi, dan sebaliknya.  
HUBUNGAN ANTARA GRIT DAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA MAGANG DI JAKARTA Katarina Linalera Serpara; Dea Faustine; Anastasia Putri Leleng Wilis; Zamralita Zamralita; Venesia Venesia
PROSIDING SERINA Vol. 2 No. 1 (2022): PROSIDING SERINA IV 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.495 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v2i1.19781

Abstract

Tuntutan kualitas yang harus dimiliki karyawan di dunia kerja terus berkembang dan meningkat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di dunia kerja. Namun, perubahan tuntutan kualitas ini tidak diimbangi dengan kualitas calon karyawan. Mahasiswa yang sudah menyelesaikan pendidikannya kurang memiliki skill sesuai kebutuhan perusahaan, yang menyebabkan adanya pengangguran pada lulusan universitas di Jakarta. Salah satu upaya peningkatan skill pada mahasiswa adalah dengan melakukan kegiatan magang. Adanya peningkatan skill pada mahasiswa melalui kegiatan magang, dapat mendukung kesiapan mahasiswa dalam bekerja. Dengan kegiatan magang, mahasiswa dapat secara efektif menerapkan keterampilan secara profesional di tempat kerja. Selain itu, kegiatan magang juga dapat memberikan gambaran terhadap mahasiswa tentang lingkungan kerja sehingga mahasiswa lebih siap dalam bekerja. Salah satu hal yang juga turut mendukung kesiapan mahasiswa dalam bekerja adalah grit. Dalam aspek grit, minat dan ketekunan saling berkaitan satu sama lain dan merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara grit dan kesiapan kerja pada mahasiswa magang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan survei yang melibatkan 123 partisipan mahasiswa yang sedang magang di Jakarta. Penelitian ini menggunakan Grit Scale (Duckworth et al., 2007) dan Employability Appraisal Scale (Linares et al., 2008). Hasil dari penelitian ini adalah grit memiliki hubungan yang positif dengan kesiapan kerja pada mahasiswa yang memiliki pengalaman magang. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan grit yang tinggi, cenderung mempunyai kesiapan kerja yang tinggi juga.
PEMBUATAN RANCANGAN KEGIATAN SEBAGAI BENTUK EMPLOYER BRANDING DI PT X Evelina Florensia Rudy; Eunike Filia Christy; Dinda Augest Brilianti; Zamralita Zamralita; Venesia Venesia
PROSIDING SERINA Vol. 2 No. 1 (2022): PROSIDING SERINA IV 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1296.895 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v2i1.19962

Abstract

Memiliki citra perusahaan yang baik merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas sebuah perusahaan. Untuk mendapatkan citra yang baik, diperlukan strategi yang disebut employer branding. PT X sebagai salah satu perusahaan nasional pun melakukan employer branding melalui media sosial, advertising, event, dan program employee advocation lainnya. Tim pelaksana PKM akan membantu PT X dengan menyusun rancangan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan employer branding. Kegiatan yang dirancang berupa kegiatan webinar dengan target peserta masyarakat luas, dan khususnya calon karyawan untuk meningkatkan pengenalan/kesadaran mengenai PT X. Rancangan kegiatan ini dituangkan dalam bentuk modul pelatihan dengan topik lifelong learning for successful career, yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta mengenai peningkatan kualitas kinerja, metode praktis yang dapat digunakan untuk menjadi lifelong learners dalam pertumbuhan karir. Modul ini disusun dan dibagi ke dalam dua bagian. Bagian modul pertama menjelaskan mengenai masalah umum yang dialami karyawan selama bekerja, dan bagian modul kedua menjelaskan mengenai solusi yang dapat digunakan karyawan untuk pertumbuhan diri dan karirnya. Isi dari bagian modul pertama adalah materi dasar yang menjelaskan mengenai konsep kognitif dalam hubungannya dalam perkembangan karir. Lalu isi dari bagian modul kedua akan menjelaskan mengenai intentional learning yang terdiri dari penjelasan dan langkah-langkah dalam growth dan curiosity mindset. Evaluasi terhadap rancangan kegiatan ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online dengan Google Form yang memuat pertanyaan mengenai kesan dan pesan tentang rancangan kegiatan tersebut.
Pengaruh Modal Psikologis terhadap Kesejahteraan Subjektif Karyawan Sales Start-Up di PT. X Kornelius Rio; Zamralita Zamralita; Daniel Lie
PSIKODIMENSIA Vol 21, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v21i2.4649

Abstract

PT. X merupakan perusahaan start-up yang bergerak di bidang teknologi keuangan. Keberhasilan yang didapat tidak terlepas dari karyawan sales yang menjadi ujung tombak. Karyawan sales menunjukkan berbagai emosi mulai dari emosi positif sampai emosi yang Tidak sedikit pula yang puas atas kehidupannya dan bangga. Hal tersebut disebut sebagai kesejahteraan subjektif. Dalam mengerjakan tugasnya, karyawan sales memiliki keyakinan, mempunyai tujuan, dan merasa optimis akan hidupnya. Kondisi tersebut disebut sebagai modal psikologis. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh modal psikologis terhadap kesejahteraan subjektif pada 271 karyawan sales yang bekerja di PT. X. Hipotesis pada penelitian ini adalah modal psikologis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pada karyawan sales start-up di PT. X. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif adalah Satisfaction With Life Scale yang dikembangkan oleh Diener dkk. (1985) dan The Positive and Negative Affect Schedule yang dikembangkan oleh Watson dan Clark (1988). Sedangkan untuk modal psikologis menggunakan Psychological Capital Questionnaire dari Luthans dkk. (2007). Hasil regresi menunjukkan bahwa modal psikologis berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif (β=0.630, F=176.779, t=13.296, p0.05).
PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI PADA DOSEN TETAP DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERSONAL Zamralita Zamralita
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol. 9 No. 1 (2017): Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v9i1.533

Abstract

Lecturers are professional educators and scientists. Their main tasks are transforming, developing and disseminating knowledge, technology and arts through education, research and community service. Organizational commitment is an important factor that needs to be owned by the lecturers in order to retain in the organization as well as to perform their best work performance to the organization. Research of organizational commitment on full-time lecturers is important to be done because it may affect the lecturers’ work behavior in teaching and learning process and their work performance. The purpose of this study is to obtain an overview of the organizational commitment on full-time lecturers in terms of their personal characteristics. The theory used is organizational commitment proposed by Allen and Meyer (1990). Organizational commitment consists of three dimensions: affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. Quantitative method is used to analyze the data. The participants are 602 full-time lecturers from the best private universities in Indonesia. Data was collected by distributing the organizational commitment questionnaire which was adapted from Allen and Meyer’s version (1990). The results showed that the full-time lecturers have a high organizational commitment (M = 3.00). Each dimensions of organizational commitment are also high: affective commitment (M = 3.18); continuance commitment (M = 2.89); and normative commitment (M = 2.96). Furthermore, in terms of personal characteristics, there are significant differences on organizational commitment of full-time lecturers in gender, age, job tenure and functional position of lecturer, but there is no significant difference on organizational commitment in term of educational level.Keywords: organizational commitment, personal characteristic, full-time lecturer
GAMBARAN STRES PADA MAHASISWA MAGANG DI JABODETABEK Christine Elisabeth Widyachandra; Vivia Lee; Zamralita Zamralita; Venesia Venesia
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol. 16 No. 2 (2023): Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v16i2.26705

Abstract

The number of students who continue to increase causes students to have to better prepare themselves so that they are ready to find work after graduating from college. One of the efforts to prepare students is to carry out internship activities. Internship activities aim to improve abilities and competencies through direct practice in the field. Internship activities can also improve the work readiness of students. However, students who carry out internships have greater demands than students in general. Unmanageable demands can cause students to experience stress. This study aims to look at the description of stress on intern students in Jabodetabek. This research was conducted using a descriptive quantitative method involving 100 apprentice student participants in Jabodetabek. This study used the Perceived Stress Scale (PSS) developed by Cohen et al. (1983). The results of this study were 71% of participants experienced moderate stress. The results of different tests conducted on the demographic data of gender and duration of apprenticeship showed values of 0.288 and 0.632. This value is greater than 0.05 which indicates that there is no significant difference between stress based on the demographic data. The factor that most caused the participants to experience stress was the occupational factor of 54.6%.
PSIKOEDUKASI DALAM KEMAMPUAN MENGENALI KONSEP MINAT DAN BAKAT PADA SISWA SMP X II JAKARTA Debora Basaria; Zamralita Zamralita; Sonia Halimatu Sa’diyah
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 1 (2023): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v6i1.25218

Abstract

The quality of learning is dynamic and relevant to the needs of the community and graduate users, both in its academic culture, the commitment of institutions in effective learning management, and efficiency in access to information development. Therefore, quality learning will certainly produce quality graduates. To be able to take part in learning in high school well, students need to be able to recognize every potential they have. Therefore, the research of talents and interests can certainly be continuously carried out to be able to find out the development of individual interests and talents. Quite a lot of students still feel confused in determining the direction of interest they want to pursue in the future. This confusion can certainly cause some problems in the future such as learning difficulties, feelings of boredom, unmotivated, and feeling conflicts with parents to stress and will later hinder students in completing their studies. To prevent this kind of problems, we can provide comprehensive information about the interests and talents possessed by each student. The provision of comprehensive information can be done through assessment and psychoeducation. Therefore, in addition to assessment, psychoeducation needs to be carried out to be able to better convince students of how to recognize their talents and interests. Psychoeducation will be held on November 14, 2022 at SMP X II Jakarta. There were 147 psychoeducational participants, namely students who were in grades VII and IX at the junior high school. Psychoeducation is packaged in the form of seminars and talk shows. The result of this psychoeducation is that students of SMP X II Jakarta feel more confident in the level of education they will choose in the future, especially class IX students who will soon make major elections. ABSTRAK: Mutu pembelajaran merupakan sesuatu yang dinamis dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pengguna lulusan, baik dalam budaya akademiknya, komitmen lembaga dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif, serta efisiensi terhadap akses perkembangan informasi. Pemilihan jurusan di sekolah menengah atas adalah suatu langkah awal untuk menentukan bidang karir yang akan dipilih oleh setiap individu. Untuk dapat bisa mengikuti pembelajaran di SMA dengan baik, siswa perlu untuk dapat mengenali setiap potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, penelusuran bakat dan minat tentunya dapat terus dilakukan untuk dapat mengetahui perkembangan minat dan bakat individu. Cukup banyak siswa yang masih merasa bingung dalam menentukan arah minat yang ingin mereka tekuni kedepannya. Kebingungan tersebut tentu dapat memunculkan beberapa masalah kedepannya seperti kesulitan belajar, perasaan bosan, tidak termotivasi, dan merasa konflik dengan orang tua hingga stress dan nantinya akan menghambat siswa dalam penyelesaian studinya. Pencegahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi yang komprehensif mengenai minat dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa. Pemberian informasi yang komprehensif dapat dilakukan melalui asesmen dan psikoedukasi. Oleh karena itu, selain dilakukan asesmen perlu di lakukan juga psikoedukasi untuk dapat lebih meyakinkan siswa mengenai cara mengenali bakat dan minat yang dimilikinya. Psikoedukasi dilaksanakan pada tanggal 14 November 2022 di SMP X II Jakarta. Peserta psikoedukasi berjumlah 147 orang yaitu siswa yang duduk di bangku kelas VII dan IX di SMP tersebut. Psikoedukasi dikemas dalam bentuk seminar dan talkshow. Hasil dari psikoedukasi tersebut adalah siswa SMP X II Jakarta merasa lebih yakin dengan jenjang pendidikan yang akan mereka pilih kedepannya khususnya siswa kelas IX yang sebentar lagi akan melakukan pemilihan jurusan
JOB DEMANDS & TURNOVER INTENTION: CHANGES IN WORK SITUATION DURING THE COVID-19 PANDEMIC Cindy Jacop; Zamralita Zamralita; Tetty Rismiyati; Achmad Khalid Alfajar Ardjuna
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol 8, No 2 (2023): PSIKOISLAMEDIA:JURNAL PSIKOLOGI
Publisher : State Islamic University (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/psikoislamedia.v8i2.15730

Abstract

The prolonged pandemic caused Job Demands at Company X to increase due to the shift in working conditions to WFH which led to the emergence of Turnover Intention. Job Demands are the physical, psychological, social and organizational aspects of work that have an impact on physical or psychological aspects (Bakker and Demerouti, 2007), while Turnover Intention is the probability that someone will leave the organization in the near future (Jackson S. & Jackson L., 2019). This study uses the Stress Appraisal Theory by Richard Lazarus (Baumeister & Vohs, 2007), uses an explanatory quantitative approach with a survey method with 50 participants. The results showed that Job Demands had a significant effect on Turnover Intention (p=0.012), and only one dimension of Job Demands, namely Role Conflict, which shows a significant effect on Turnover Intention, which is equal to p=0,291. Referring to the questions and research objectives, the conclusion is that the increase in Job Demands had a significant effect on the Turnover Intention of Company X employees during the pandemic.
PERAN MODAL PSIKOLOGIS SEBAGAI MEDIATOR PADA HUBUNGAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL KARYAWAN Hilmma Hermawan; Zamralita Zamralita; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.10877.2022

Abstract

This study discusses about individual work performance of employees who have an above average IWP score, experienced organizational change. The purposes of this study was examined the mediating effect of psychological capital in relation of perceived organizational support and individual work performance. A total of 334 employees with a minimum one year experience of work participated in this study. The study was using adapted form of IWPQ-46, POSS-36, and PCQ-24 questionnaires. Measurement being done with Structural Equation Modeling (SEM) method and measurement model using Confirmatory Factor Analysis (CFA) with Lisrel 10.0. Structural model testing showed that perceived organizational support significantly correlated with individual work performance (SFL=+0,13, t-values = +3,43), and significant mediating effect of psychological capital was found. Only support from optimism mediated the perceived organizational support and individual work performance of employees (SFL=+0,76, t-values = +12,16), and neither support from sef-efficacy, hope and resiliency show any significant correlations as mediating variables. As conclusion, hypotheses was tested and confirmed. The findings shows perceived organizational support positively correlated with individual work performance, and support from optimism can help buffer the impact of less perceived organizational support condition on employees’ performance. The other dimensions of psychological capital show no significant correlations.
GAMBARAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TENAGA KEPENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI X PADA MASA PANDEMI COVID-19 Patrick Nugroho Nicktow; Zamralita Zamralita; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.15310.2022

Abstract

Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi pendidikan yang saat ini dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan industri dalam masa pandemi COVID-19. Khususnya di Indonesia banyak kebijakan baru terkait proses belajar mengajar selama masa pandemi. Kinerja perguruan tinggi dapat memiliki hasil yang baik dengan sumber daya yang mendukung. Salah satunya adalah tenaga kependidikan yang ikut membantu dalam proses administrasi kegiatan belajar mengajar dosen dan mahasiswa. Kualitas kehidupan kerja adalah salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap kinerja. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran kualitas kehidupan kerja dari para tenaga kependidikan. Kualitas Kehidupan Kerja mengacu pada perubahan yang meningkatkan pengalaman terkait pekerjaan seseorang atau menurunkan harga yang harus dibayar dalam bentuk psikologis atau sosial dalam menghasilkan barang dan jasa (Walton, 1980) Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020, menggunakan alat ukur kualitas kehidupan kerja dan pengolahan data statistik deskriptif. Wawancara dan observasi juga dilakukan untuk memperoleh data pendukung. Partisipan penelitian sebanyak 115 tenaga kependidikan PT X yang memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukan tenaga kependidikan memiliki kualitas kehidupan kerja yang tinggi >3.8 (skala 1 – 5). Seluruh dimensi kualitas kehidupan kerja juga memiliki skor yang tinggi, antara lain (tertinggi – terendah) coworker; work culture; work condition; supervisor; job characteristics; pay benefits; social relevance of employer; personal development; work life balance; dan promotion. Melalui dimensi-dimensi ini kondisi kualitas kehidupan kerja karyawan dapat dipertahankan dalam kondisi yang baik.