Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENGARUH TEKNOLOGI P3S (PEMANGKASAN, PEMUPUKAN, PANEN SERING DAN SANITASI) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KAKAO (STUDI KASUS DI KECAMATAN NITA KABUPATEN SIKKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR) Yasinta Roslinda Mero; M. Muslich Mustadjab; Nuhfil Hanani
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 15, No 1 (2015)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.139 KB)

Abstract

Fenomena di daerah penelitian pada tanaman tahunan khususnya pada tanaman kakao  sangat memberikan prospek yang baik untuk pengembangannya. Selama ini produksi dan pendapatan yang dihasilkan belum maksimal, sehingga diharapkan dengan penelitian ini dalam kaitan dengan penerapan teknologi P3S (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi) dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani kakao. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis pengaruh penerapan teknologi Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi (P3S) terhadap produksi usahatani kakao baik pengguna teknologi P3S dan non pengguna teknologi P3S; (2) menganalisis pengaruh penerapan teknologi Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi (P3S) terhadap pendapatan usahatani kakao baik pengguna teknologi P3S dan non pengguna teknologi P3S; serta (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao.Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji beda produksi dan pendapatan usahatani pengguna teknologi P3S berbeda nyata dengan produksi dan pendapatan usahatani non pengguna teknologi P3S. Teknologi P3S kakao dapat memicu produksi kakao petani karena dengan teknologi P3S, tingkat produksi usahatani kakao petani pengguna teknologi P3S lebih tinggi dibandingkan petani non pengguna teknologi P3S. Terdapat lima parameter yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu luas lahan (X1), jumlah produksi (X5), harga jual (X6), umur petani (X7), variabel dummy pengguna/non pengguna teknologi P3S (D8). Sedangkan variabel umur tanaman (X2), pengalaman bertani (X3), biaya produksi  (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani.
KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK Alia Fibrianingtyas; Nuhfil Hanani; Budi Setiawan
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 14, No 1 (2014)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.946 KB)

Abstract

Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010 hingga 2014 yang dalam proses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur yang diduga penganekaragaman penyediaan pangan (Pola Pangan Harapan) di beberapa kecamatannya masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis penganekaragaman penyediaan pangan masing-masing kecamatan di Kabupaten Trenggalek apabila dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH), 2) menganalisis potensi kecamatan berdasarkan ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek, 3) mengklasterkan (mengelompokkan) potensi kecamatan berdasarkan analisis ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek. Metode yang digunakan yaitu skor Pola Pangan Harapan, analisis ketahanan pangan dan analisis klaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Trenggalek tergolong rendah, dengan skor Pola Pangan Harapan tertinggi adalah Kecamatan Bendungan yaitu sebesar 61.18. Beberapa kecamatan di Kabupaten Trenggalek juga masih perlu ditingkatkan potensi ketahanan pangannya. Dari penelitian ini dapat dibentuk sebanyak empat klaster berdasarkan ketahanan pangan, antara lain Klaster I dengan nama Dominan Penyerapan Pangan, Klaster II dengan nama Dominan Akses Pangan, Klaster III dengan nama Dominan Status Gizi dan Klaster IV dengan nama Dominan Ketersediaan Pangan. Berdasarkan klaster yang terbentuk tersebut perlu dilakukan peningkatan potensi ketahanan pangannya pada setiap kecamatan.   Kata kunci: Pola Pangan Harapan, ketahanan pangan, klaster
PENERAPAN USAHATANI KONSERVASI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HULU (STUDI KASUS DI DESA SUMBER BRANTAS DAN DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU) Nailatul Khoiriyah C.; Abdul Wahib Muhaimin; Nuhfil Hanani
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 14, No 3 (2014)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.578 KB)

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun mempunyai implikasi terhadap kebutuhan sumber daya lahan terutama untuk pertanian. Hal tersebut menjadi salah salah satu alasan mengapa tidak sedikit petani mengusahakan lahan marginal di perbukitan untuk bercocok tanam. Potensi sumber daya lahan di DAS Brantas tepatnya di bagian hulu saat ini kritis. Hal ini disebabkan adanya alih fungsi lahan sehingga terjadi erosi yang cukup tinggi yang dapat berdampak pada pendapatan usahatani mereka. Adanya kondisi demikian menjadi faktor penyebab mengapa perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat penerapan yang telah dilakukan oleh beberapa petani terhadap sistem usahatani konservasi. Selain itu, dianalisis pula kelayakan finansial usahatani konservasi. Dengan menggunakan analisis skor dan kelayakan finansial usahatani diperoleh hasil bahwa semakin diterapkannya usahatani konservasi akan mampu meningkatkan pendapatan petani tanpa harus merusak kelestarian lingkungan.   Kata kunci: Usahatani Konservasi, Tingkat Penerapan, Kelayakan Finansial
Kinerja dan Ukuran Usahatani Tebu di Kabupaten Malang Jawa Timur Arief Joko Saputro; Nuhfil Hanani; Fahriyah Fahriyah
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 5, No 4 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2021.005.04.29

Abstract

Rendahnya produktivitas tebu di berbagai wilayah, khususnya di wilayah sentra produksi, menyebabkan produksi gula dalam negeri berfluktuasi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Hal tersebut diduga disebabkan penggunaan input yang tidak efisien oleh petani tebu, kurangnya akses modal dan informasi yang menyebabkan petani belum mampu mengadopsi teknologi budidaya tebu terbaru. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja usahatani tebu di Kabupaten Malang dengan mengukur efisiensi teknisnya menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey terhadap 50 petani tebu responden di Kabupaten Malang dengan metode multistage random sampling. Secara rata-rata efisiensi teknis total (TE CRS) petani tebu di Kabupaten Malang sebesar 0,766, rata-rata nilai efisiensi teknis murninya (TE VRS) menunjukkan secara sebesar 0,829, dan rata-rata skala efisiensinya sebesar 0,926. Petani yang sudah dalam kondisi yang efisien secara teknis dalam skala yang optimal (CRS) sebesar 18% dan 82% belum berada pada skala yang optimal. Petani yang tidak berada pada skala yang optimal, ada pada kondisi IRS 50% dan sisanya berada pada kondisi DRS sebanyak 32%. Analisis korelasi pada luas lahan sebagai variabel kontrol memberikan pengaruh signifikan terhadap hubungan antara efisiensi teknis dengan pendapatan yang menunjukkan korelasi yang kuat dan positif yaitu sebesar 0,415.
SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA Dwi Apriyanti Kumalasari; Nuhfil Hanani; Mangku Purnomo
HABITAT Vol. 24 No. 1 (2013)
Publisher : Department of Social Economy, Faculty of Agriculture , University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.779 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara agragaris penghasil komoditas pangan beras khususnya. Seiring dengan adanya pertumbuhan penduduk, maka permintaan pangan akan semakin meningkat. Peningkatan ini akan diikuti dengan peningkatan produksi beras dalam negeri. Namun yang terjadi pada beberapa tahun ini perberasan Indonesia hanya mengalami swasembada beras pada tahun 1969 hingga 1984. Setelah tahun tersebut Indonesia belum lagi bisa mencukupi kebutuhan beras dalam negeri, yang mana memaksa melakukan impor beras dalam jumlah cukup besar. Besar impor semakin lama semakin tinggi seiring dengan kurang mampunya negara dalam mencukupi kebutuhan pangan dalam domestik sendiri. Penelitian ini akan membahas mengenai kondisi perberasan Indonesia beserta mencari permodelan yang tepat dalam mencari kebijakan yang paling tepat untuk diterapkan dalam mencapai swasembada beras. Data penelitian ini bersifat data skunder mulai tahun 1980 hingga 2011. Analisis data yang dilakukan analisis persamaan simultan historis. Hasil penelitian didapatkan terdapat 3 blok dalam estimasi model perberasan Indonesia, yakni produksi, konsumsi, dan impor. Menurut hasil identifikasi model tergolong over identified. Hasil estimasi model diketahui seluruh model signifikan dan memiliki nilai yang baik melalui koefisien determinasi R2, uji f, dan uji t. Berdasarkan hasil validasi menunjukkan nilai yang baik, yakni kecilnya selisih nilai prediksi dan aktualnya. Hasil simulasi secara historical didapatkan bahwa luas lahan perlu ditingkatkan 5% atau harga pupuk diturunkan 15% atau juga meningkatkan kredit sebesar 5% untuk mencapai swasembada beras pada tahun tersebut. 
Mengkaji Risiko dan Perilaku Petani Terhadap Risiko Produksi Petani Tebu di Kabupaten Kediri Intan Mega Maharani; Nuhfil Hanani; Syafrial Syafrial
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 8, No 1 (2024)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2024.008.01.14

Abstract

Tebu di Indonesia umumnya digunakan sebagai bahan baku utama industri gula untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri. Meskipun demikian, isu fluktuasi produksi yang dihadapi petani tebu menunjukkan adanya risiko terhadap produksi usaha tani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh input produksi dalam produksi usaha tani tebu. Just and Pope model digunakan untuk menentukan pengaruh dari masing-masing input dalam risiko produksi, serta pendekatan Just and Pope digunakan untuk mengetahui bagaimana respon petani terhadap risiko. Penelitian dilakukan di Kecamatan Wates dan Kandat Kabupaten Kediri dan ditentukan secara purposive, dengan jumlah petani responden yang dipilih secara acak sebanyak 106 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input produksi pupuk urea, phonska dan organik serta pestisida dan tenaga kera berpengaruh menurunkan risiko produksi pada Kecamatan Kandat. Sedangkan pada Kecamatan Wates input produksi yang berperan dalam menurunkan risiko produksi yaitu, bibit, pupuk urea, ZA, dan tenaga kerja. Lebih lanjut, petani tebu di Kabupaten Kediri berperilaku sebagai risk seeker dalam menghadapi risiko. Oleh karena itu, disarankan untuk mendukung penyediaan fasilitas kemitraan antara petani dan peneliti dalam merancang dan mengembangkan teknologi dan praktik baru untuk meningkatkan produktivitas dan menerapkan program pelatihan yang sesuai dengan kapasitas dan keterbatasan petani untuk mendorong petani mengambil risiko. Hal ini akan membantu untuk lebih meningkatkan produktivitas tebu di Kabupaten Kediri.
Dampak Kebijakan Domestik Terhadap Produski Dan Harga Jagung Domestik Di Indonesia Ayu Fitriana; Nuhfil Hanani; Fahriyah Fahriyah
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 8, No 3 (2024)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2024.008.03.21

Abstract

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting selain gandum dan padi. Seiring berjalannya waktu permintaan jagung dalam negeri digunakan untuk memenuhi bahan baku industri. Guna meningkatkan produksi jagung nasional agar mencapai swasembada jagung  dan menjaga stabilitas harga jagung domestik maka pemerintah berupaya menerapkan kebijakan domestik seperti subsidi harga pupuk dan harga acuan pembelian pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan domestik terhadap produksi dan harga jagung domestik di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan estimasi model persamaan simultan perdagangan jagung Indonesia dengan menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS) dengan data time series dari tahun 1990 hingga 2021. Penelitian ini menunjukkan bahwa, kebijakan subsidi pupuk dapat meningkatkan produksi jagung nasional tetapi menurunkan harga jagung domestik baik tingkat petani, konsumen maupun pedagang besar. Di sisi lain, kebijakan HPP dapat meningkatkan harga jagung domestik dan produksi jagung nasional, sehingga menurunkan permintaan jagung nasional. Untuk mengantisipasi kelebihan pasokan jagung nasional, Pemerintah Indonesia sebaiknya melakukan intensifikasi penggunaan jagung lokal sebagai bahan baku industri pakan.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemuda Untuk Berusaha Di Sektor Pertanian Desa Prambatan Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Hardina, Tri; Tri Wahyu Nugroho; Hery Toiba; Nuhfil hanani; Suhartini
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol. 8 No. 4 (2024)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/

Abstract

This research aims to find out how young people are interested in starting a business in the agricultural sector and what factors influence young people's interest as well as formulating a strategy to increase young people's interest in starting a business in the agricultural sector in Prangkat Village, Balen District, Bojonegoro Regency. This research was conducted using qualitative and quantitative methods and data collection using interview methods, documentation and the help of questionnaires. The research sample consisted of 90 respondents and were young people with age criteria of 15-25 years, using random sampling techniques, and the analysis model used probit regression. The results of research on youth interest in starting a business in the agricultural sector in Prangkat Village, Balen District, Bojonegoro Regency are in the medium category. Interest in working in the agricultural sector is influenced by factors such as age, gender, marital status, education, parents' occupation, parents' income, land area, experience, and social media ownership. The driving factor for young people's interest in working in the agricultural sector is the experience they have in the agricultural sector.
analisis pupuk subsidi dan pengaruhnya terhadap produksi jagung di Desa Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro Aisa, Siti Nurul; Nuhfil Hanani; Sujarwo
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol. 8 No. 4 (2024)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/

Abstract

This study aims to analyze the effectiveness of fertilizer subsidies and their impact on maize production in Jono Village. The research utilizes a mixed-method approach, combining quantitative analysis of production data and qualitative examination of subsidy implementation. Quantitative analysis involves assessing maize production trends and the correlation between fertilizer subsidy utilization and yield. Qualitative methods include interviews with farmers and stakeholders to understand perceptions and challenges related to subsidy distribution and usage. The study's findings contribute to a comprehensive understanding of the role of fertilizer subsidies in maize production and provide insights for policymakers and agricultural practitioners. This study employs both quantitative and qualitative descriptive analysis methods to determine the effectiveness of fertilizer subsidies. The research findings indicate that the effectiveness of fertilizer subsidy policy is categorized as ineffective across four indicators: price, quantity, timing, and location. The subsidy has a positive and significant impact on maize production at a significance level of 5%.