Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : ABDIMAS KOSALA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DAMPAK ANEMIA PADA REMAJA SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Ditya Yankusuma Setiani; Budi Kristanto; Warsini Warsini
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2 No 1 (2023): Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v2i1.252

Abstract

Pada masa remaja mengalami perubahan baik biologis, sosial, psikologis dan kognitif. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan remaja. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa remaja membutuhkan energi dan zat gizi yang tinggi. Gizi yang baik pada remaja tidak hanya berpengaruh terhadap optimalisasi pertumbuhan saat remaja, akan tetapi dapat mencegah penyakit kronis khususnya penyakit anemia setelah dewasa dan dapat meningkatkan kualitas kehamilan dimasa yang akan datang. Siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo sebagian besar belum mengetahui tentang dampak anemia bagi remaja. Untuk itu perlu adanya sosialisasi tentang dampak anemia bagi remaja sehingga dapat mencegah komplikasi terutama pada saat kehamilan kelak. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo tentang dampak anemia bagi remaja melalui pemberian penyuluhan kesehatan. Kata kunci : Dampak anemia bagi remaja, penyuluhan kesehatan
SKRINING KESEHATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH Warsini Warsini; Sri Aminingsih; Tunjung Sri Yulianti
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2023): Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v2i2.285

Abstract

ABSTRAK. Anak yang sehat akan mendukung proses belajar mengajar. Skrining kesehatan sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan anak. Anak memiliki masalah kesehatan yang kompleks antara lain masalah pada kesehatan mulut yang masih didapatkan adanya caries dentis, gigi berlubang dan adanya gigi yang tumbuh secara tidak beraturan serta masalah pada kulit dan kuku seperti dermatitis dan kuku yang kotor. Karies gigi yang tidak segera dibersihkan dan ditambal akan menjalar ke lapisan di bawahnya hingga gigi berlubang dan sampai ke pulpa yang berisi pembuluh saraf, pembuluh darah sehingga menimbulkan rasa sakit. Kebersihan kulit dan kuku yang tidak terjaga juga dapat menimbulkan masalah kesehatan sehingga akan mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui adanya gangguan pada gigi dan mulut serta kulit dan kuku pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Bulu. Strategi yang dapat dilakukan untuk memantau kesehatan anak usia sekolah adalah melalui skrining kesehatan. Hasil yang diperoleh yaitu terdapat 18,13% anak yang mengalami karies gigi, 7,44% anak mengalami gigi berlubang, sebanyak 3,45% anak yang mengalami gigi tidak beraturan. 0,12% anak mengalami dermatitis serta 3,77% anak dengan kuku kotor. Kata kunci : gigi, kesehatan, kuku, kulit, mulut, skrining ABSTRACT. Healthy children will support the teaching and learning process. Health screening is very necessary to maintain the health of children. Children have complex health problems, including problems with oral health which are still found to have dental caries, cavities and irregularly growing teeth as well as skin and nail problems such as dermatitis and dirty nails. If dental caries is not cleaned and filled immediately, it will spread to the layers beneath it to the cavities and reach the pulp, which contains nerves and blood vessels, causing pain. Cleanliness of the skin and nails that are not maintained can also cause health problems that will affect the teaching and learning process in schools. This community service aims to find out if there are disorders of the teeth and mouth as well as skin and nails in school-age children in the working area of ??the Bulu Health Center. The strategy that can be implemented to monitor the health of school-age children is through health screening. The results obtained were that 18.13% of children had dental caries, 7.44% of children had cavities, and 3.45% of children had irregular teeth. 0.12% of children had dermatitis and 3.77% of children with dirty nails. Keywords: health, mouth, nails, screening, skin, teeth
EDUKASI BUDAYA 5S (SENYUM, SAPA, SALAM, SOPAN, SANTUN) DALAM MENINGKATKAN KARAKTER ANAK USIA SEKOLAH Warsini Warsini; Budi Kristanto; Sri Aminingsih; Tunjung Sri Yulianti
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3 No 1 (2024): ABDIMAS KOSALA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v3i1.319

Abstract

Persoalan karakter merupakan suatu persoalan yang mendasar dan penting. Secara eksplisit pendidikan karakter merupakan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Permasalahan yang ada adalah banyak pihak yang menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal berdasarkan fenomena sosial yang muncul yaitu kenakalan remaja dalam masyarakat. Tujuan program meningkatkan karakter anak sehingga lebih baik melalui pembudayaan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) sehingga diharapkan sejak kecil anak-anak sudah tertanam karakter yang baik. Solusi yang ditawarkan meliputi edukasi tentang 5S dan penerapan budaya 5S selama jam sekolah berlangsung. Hasil kegiatan yang didapatkan adalah peningkatan pemahaman para siswa tentang budaya 5S. Luaran yang diharapkan adalah publikasi pada jurnal pengabdian kepada masyarakat nasional ber-ISSN.   Kata kunci: anak sekolah, budaya, karakter, pendidikan, sikap   The issue of character is a fundamental and important issue. Character education is explicitly mandated by Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System which emphasizes that national education functions to develop abilities and shape the character and civilization of a dignified nation in order to educate the life of the nation and to develop the potential of students to become human beings who believe and are devoted to God. God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, capable, creative, independent and a democratic and responsible citizen. The problem that exists is that many parties are demanding an increase in the intensity and quality of the implementation of character education in formal education institutions based on emerging social phenomena, namely juvenile delinquency in society. The aim of the program is to improve children's character so that it is better through cultivating 5S (Smile, Greet, Greeting, Polite, Courteous) so that it is hoped that from childhood children will have good character instilled. The solutions offered include education about 5S and the implementation of 5S culture during school hours. The results of the activities obtained were an increase in students' understanding of 5S culture. The expected output is publication in an ISSN community service journal.   Keywords: attitude, character, culture, education, children
EDUKASI BUDAYA 5S (SENYUM, SAPA, SALAM, SOPAN, SANTUN) DALAM MENINGKATKAN KARAKTER ANAK USIA SEKOLAH Warsini, Warsini; Kristanto, Budi; Aminingsih, Sri; Sri Yulianti, Tunjung
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3 No 1 (2024): ABDIMAS KOSALA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v3i1.319

Abstract

Persoalan karakter merupakan suatu persoalan yang mendasar dan penting. Secara eksplisit pendidikan karakter merupakan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Permasalahan yang ada adalah banyak pihak yang menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal berdasarkan fenomena sosial yang muncul yaitu kenakalan remaja dalam masyarakat. Tujuan program meningkatkan karakter anak sehingga lebih baik melalui pembudayaan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) sehingga diharapkan sejak kecil anak-anak sudah tertanam karakter yang baik. Solusi yang ditawarkan meliputi edukasi tentang 5S dan penerapan budaya 5S selama jam sekolah berlangsung. Hasil kegiatan yang didapatkan adalah peningkatan pemahaman para siswa tentang budaya 5S. Luaran yang diharapkan adalah publikasi pada jurnal pengabdian kepada masyarakat nasional ber-ISSN.   Kata kunci: anak sekolah, budaya, karakter, pendidikan, sikap   The issue of character is a fundamental and important issue. Character education is explicitly mandated by Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System which emphasizes that national education functions to develop abilities and shape the character and civilization of a dignified nation in order to educate the life of the nation and to develop the potential of students to become human beings who believe and are devoted to God. God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, capable, creative, independent and a democratic and responsible citizen. The problem that exists is that many parties are demanding an increase in the intensity and quality of the implementation of character education in formal education institutions based on emerging social phenomena, namely juvenile delinquency in society. The aim of the program is to improve children's character so that it is better through cultivating 5S (Smile, Greet, Greeting, Polite, Courteous) so that it is hoped that from childhood children will have good character instilled. The solutions offered include education about 5S and the implementation of 5S culture during school hours. The results of the activities obtained were an increase in students' understanding of 5S culture. The expected output is publication in an ISSN community service journal.   Keywords: attitude, character, culture, education, children
EDUKASI PENTINGNYA PEMERIKSAAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL RESIKO TINGGI Ditya Yankusuma Setiani; Warsini, Warsini; Indriati, Ratna; Sri Yulianti, Tunjung
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3 No 2 (2024): ABDIMAS KOSALA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v3i2.340

Abstract

Kehamilan risiko tinggi merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan sangat penting guna mencegah komplikasi selama kehamilan. Kehamilan risiko tinggi tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan atau yang disebut dengan antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilan guna mendeteksi kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik atau tidak. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil risiko tinggi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin di wilayah kerja Puskesmas Jayengan. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat adalah ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil risiko tinggi. Metode tanya jawab bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta edukasi jika masih terdapat hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang disampaikan. Hasil dari pengabdian masyarakat ini sangat efektif meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil risiko tinggi dibuktikan dengan hasil paired t-test terdapat perbedaan tingkat pengetahuan awal peserta sebesar 53,33 dan tingkat pengetahuan akhir sebesar 70,83 setelah dilakukan penyuluhandan dampaknya serta meningkatnya pengetahuan peserta tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan yang rutin pada ibu hamil risiko tinggi.   Kata kunci: edukasi, kehamilan, komplikasi kehamilan, pemeriksaan kehamilan, risiko tinggi kehamilan   High risk pregnancy is a condition that can affect the optimization of the mother and fetus in the pregnancy at hand. Pregnant women's knowledge about pregnancy checks is very important to prevent complications during pregnancy. High risk pregnancies do not occur suddenly because the pregnancy and its effects on the body's organs occur gradually and gradually. Early detection of symptoms and danger signs during pregnancy is the best effort to prevent serious disruption to pregnancy or the safety of pregnant women. Pregnancy examination or what is called antenatal care (ANC) is a health service provided to pregnant women during pregnancy to detect whether the mother and fetus are in good condition or not. This community service aims to increase the knowledge of high-risk pregnant women about the importance of routine pregnancy checks in the Jayengan Community Health Center working area. The methods used in community service activities are lectures and questions and answers. The lecture method aims to provide knowledge about the importance of pregnancy checks for high-risk pregnant women. The question and answer method aims to provide opportunities for educational participants if there are still things they do not understand about the material presented. The results of this community service are very effective in increasing pregnant women's knowledge about the importance of pregnancy checks for high-risk pregnant women as evidenced by the results of the paired t-test, there is a difference in the initial level of knowledge of participants of 53.33 and the final level of knowledge of 70.83 after counseling and its impact and increasing participants' knowledge about the importance of routine pregnancy checks for high-risk pregnant women.   Keywords: education, high risk pregnancy, pregnancy checks, pregnancy complications, pregnancy
PELATIHAN SENAM OTAK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Budi Kristanto; Warsini, Warsini; Aminingsih, Sri; Diyono, Diyono; Sri Yulianti, Tunjung
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4 No 1 (2025): ABDIMAS KOSALA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v4i1.384

Abstract

Hipertensi mencapai 30% dari seluruh populasi penduduk dewasa di Propinsi Jawa Tengah. Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama pada lansia yang dapat meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan komplikasi. Untuk mengelola hipertensi secara non-farmakologis, senam otak menjadi salah satu intervensi yang efektif. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Kelurahan Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, oleh tim dari STIKES Panti Kosala. Tujuan kegiatan adalah meningkatkan pemahaman lansia mengenai tatalaksana hipertensi dan melatih pelaksanaan senam otak. Kegiatan diawali dengan pembukaan, penjelasan teori tentang hipertensi, pengukuran tekanan darah, dan praktik senam otak. Dari 25 peserta, seluruhnya mampu memahami materi dan melaksanakan senam otak dengan baik. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mengelola hipertensi melalui aktivitas fisik. Faktor pendorong meliputi antusiasme peserta, dukungan tenaga kesehatan, dan fasilitas yang memadai. Faktor penghambat adalah keterbatasan fisik beberapa peserta dan waktu pelaksanaan yang terbatas. Kegiatan ini membawa perubahan positif, termasuk peningkatan kesadaran peserta terhadap pentingnya gaya hidup sehat, pengurangan kecemasan, dan peningkatan kemandirian dalam menjaga kesehatan. Kegiatan serupa diharapkan dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Kata kunci: hipertensi; lansia; pengelolaan non-farmakologis; pengabdian masyarakat; senam otak Hypertension reaches 30% of the entire adult population in Central Java Province. Hypertension is a major health problem in the elderly which can increase the risk of cardiovascular complications so it must be managed well to avoid complications. To manage hypertension non-pharmacologically, brain exercises are an effective intervention. This community service activity was carried out in Jeruksawit Village, Gondangrejo District, Karanganyar Regency, by a team from STIKES Panti Kosala. The aim of the activity is to increase the elderly's understanding of hypertension management and train them in brain exercises. The activity began with an opening, explaining the theory of hypertension, measuring blood pressure, and practicing brain exercises. Of the 25 participants, all were able to understand the material and carry out brain exercises well. The results showed an increase in participants' knowledge and skills in managing hypertension through physical activity. Driving factors include participant enthusiasm, support from health workers, and adequate facilities. The inhibiting factors were the physical limitations of some participants and limited implementation time. This activity brings positive changes, including increasing participants' awareness of the importance of a healthy lifestyle, reducing anxiety, and increasing independence in maintaining health. It is hoped that similar activities can be carried out on an ongoing basis to improve the quality of life of the elderly. Keywords: brain exercise, community service, elderly, hypertension, non-pharmacological management
Improving Young Women's Knowledge about Menstrual Pain Management through William's Flexion Exercise Education Ditya Yankusuma Setiani; Indriati, Ratna; Warsini, Warsini
Abdimas Kosala : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4 No 2 (2025): ABDIMAS KOSALA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMI KESEHATAN PANTI KOSALA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/akj.v4i2.419

Abstract

Dismenore adalah nyeri atau kram pada bagian perut bawah yang muncul menjelang atau saat menstruasi dan biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari. Sejumlah studi epidemiologis di berbagai negara juga mengungkapkan tingginya angka dismenore, seperti di Mesir yang mencapai 71,6% dan di India sebesar 73,83%. Secara keseluruhan, lebih dari setengah populasi wanita mengalami kondisi ini. Di Indonesia, prevalensi dismenore tercatat sebesar 72,89%, dengan sekitar 54% kasus terjadi pada remaja perempuan. Wanita usia muda, khususnya kelompok umur 17–24 tahun, memiliki risiko lebih tinggi, dengan prevalensi mencapai 67–90%. Di Desa Sobayan Karanganyar, sejumlah 13 remaja putri ketika nyeri haid selalu minum obat pereda nyeri seperti ibuprofen, dan Paracetamol dan belum ada remaja putri yang menggunakan teknik nonfarmakologi seperti latihan fisik William Flexion untuk mengurangi nyeri haidnya. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa edukasi terapi fisik William flexion sangatlah diperlukan karena remaja putri rentan sekali mengalami nyeri disminhorea Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah dan demonstrasi yang melibatkan 13 responden dari kalangan remaja putri. Sebelum dan sesudah memberikan ceramah, tim pengabdi dari STIKES Panti Kosala memberikan 15 pertanyaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan ini. Hasil analisis data menggunakan uji paired sample t-test menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam tingkat pengetahuan remaja setelah mengikuti kegiatan ini. Rata-rata skor pre-test responden adalah 68,31 meningkat menjadi 82,15. Peningkatan ini menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang penatalaksanaan nyeri haid melalui edukasi William Flexion Exercise. Kata kunci: disminorhea, remaja putri, william flexion Dysmenorrhea is pain or cramps in the lower abdomen that occurs before or during menstruation and usually lasts for 2 to 3 days. Several epidemiological studies in various countries have also revealed high rates of dysmenorrhea, such as in Egypt, where it reached 71.6% and in India, at 73.83%. Overall, more than half of the female population experiences this condition. In Indonesia, the prevalence of dysmenorrhea is recorded at 72.89%, with approximately 54% of cases occurring in adolescent girls. Young women, particularly those aged 17–24, are at higher risk, with a prevalence of 67–90%. In Sobayan Village, Karanganyar, 13 adolescent girls consistently took painkillers such as ibuprofen and paracetamol when experiencing menstrual pain. None of the adolescent girls used non-pharmacological techniques such as William Flexion exercises to reduce their menstrual pain. Based on the data above, it can be seen that education about William Flexion physical therapy is crucial because adolescent girls are highly susceptible to dysmenorrhea. The method used in this activity was a lecture and demonstration involving 13 adolescent girls. Before and after the lecture, the community service team from Panti Kosala Health College (STIKES) administered 15 questions to determine the effectiveness of this activity. Data analysis using a paired sample t-test showed a significant increase in adolescents' knowledge after participating in this activity. The average pre-test score for respondents increased from 68.31 to 82.15. This improvement indicates that the intervention was effective in improving adolescents' knowledge about menstrual pain management through William Flexion Exercise education. Keywords: adolescent girls, dysmenorrhea, william flexion