Ichlas Wahid, Ichlas
Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISA STRUKTUR MIKRO TERHADAP PADUAN AL-CU HYPOEUTEKTIK Wahid, Ichlas; Rohman Sayuti, Abdur
MEKANIKA: Jurnal Teknik Mesin Vol 3 No 01 (2017): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.521 KB)

Abstract

This study analyzes the temperature of casting and mold temperature which must have aneffect on the existing structure of the material. The hypoutectic Al-Cu is an aluminum andcopper alloy with an eutectic phase which has the advantage of melting and pouring(especially around the eutectic region) at a temperature of 548 ° C. Aluminum is one of thereactive metal which is easily oxidized with oxygen to form a layer of aluminum oxide,alumina (Al2O3) which can make it good corrosion resistant. However, if the levels of Fe, Cuand Ni are added can reduce the corrosion-resistant properties because the alumina contentdecreases. Copper can form the correct eutectic with aluminum at levels of 33%. Copperalloys (Al / Cu) containing 10-20% Al indicate exceptional strength, for hardness and wear,adjusting of some steel alloys. By using gravity casting method permanent mold will be easilydismantled pairs. The material composition is 3.375 gram aluminum and 1,125 gram ofcopper. The pouring temperature used was 600 ° C, 650 ° C, and 700 ° C while the moldtemperature used was room temperature, 100 ° C, and 200 ° C. The specimen is divided intoA ', B, and A' codes at the time of cutting using lathe and freis. Pouring temperature andmold temperature will affect the microstructure formed. The higher the pouring temperature,the clearer the structure will be, visible at the pouring temperature of 700 ° C. And thesmaller the mold temperature the rougher the shape of the structure, the outward appearanceis apparent, and it can be said that a dendrite structure is formed. Codefication B is the coreor midpoint of the mold is the farthest point of the cooling rate process, the structure formedin the B-code is clear, thick and coincident.
KAJI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING DAN WAKTU AGING PADA PROSES PERLAKUAN PANAS ALUMINIUM 2024 TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Wahid, Ichlas; Fatoni, Risqi; Fahrudin, Amirul Angga
MEKANIKA: Jurnal Teknik Mesin Vol 5 No 02 (2019): December
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1185.44 KB)

Abstract

Pada penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur aging 1300 C,1600C,1900C dengan waktu aging 40 menit,80 menit,120 menit.Setelah proses perlakuan panas dilakukan  pengujian sifat mekanis meliputi uji kekerasan,uji tarik , dan struktur mikro .Dalam penelitian ini penulis menggunakan material aluminium 2024.Dari hasil penelitian didapatkan hasil uji kekerasan tertinggi terletak pada aluminium 2024 tanpa perlakuan panas sebesar 82,4 HRB dan untuk hasil uji kekerasan terendah terletak pada aluminium 2024 setelah diberi perlakuan panas dengan temperatur aging 190° C dan waktu tahan aging 120 menit sebesar 67,8 HRB.Untuk nilai  tarik tertinggi terletak pada aluminium 2024 tanpa perlakuan panas sebesar 59,68 Kg/mm2 dan nilai tarik terendah terletak pada aluminium 2024 setelah diberi perlakuan panas dengan temperatur aging 1900C dan waktu tahan aging 120 menit sebesar 40,56 Kg/mm2.Ukuran butir struktur mikro paling besar terletak pada aluminium 2024  setelah perlakuan panas dengan temperatur aging 1900C dengan waktu tahan 120 menit ukuran butir rata-rata sebesar 60,47 µm dan ukuran butir paling kecil terletak pada aluminium 2024 tanpa perlakuan panas ukuran butir rata-rata sebesar 42,2 µm.Hasil penilitian menunjukkan bahwa aluminium 2024 dengan diberi proses perlakuan dengan variasi temperatur dan waktu aging dapat menurunkan sifat mekanis dan dapat merubah ukuran butir struktur mikro menjadi lebih besar pada aluminium 2024.Kata kunci:Perlakuan panas, sifat mekanis, struktur mikro,aluminium 2024
Analisis Pengaruh Variasi Waktu dan Tegangan Listrik Proses Electroplating Warna Silver terhadap Ketebalan Pelapisan dan Kekerasan pada Baja Karbon wahid, ichlas; Nafi, Maula
MEKANIKA: Jurnal Teknik Mesin Vol 6 No 1 (2020): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.946 KB)

Abstract

Elektroplating adalah suatu proses pelapisan yang banyak digunakan dalam berbagai masalah, dengan cara melapisi suatu bendaakerja, metodeaini digunakan untuk perlindungan terhadap korosi, meningkatkananilai estetika, dan metode elektroplating ini dapat melapisi benda kerja yang bersifat mekanis. Penelitian iniAbertujuan untuk mengetahuiapengaruh variasiategangan listrik danavariasi waktuapelapisan sebesar 3 V ( 8 menit, 16 menit, 24 menit ), 3,5 V ( 8 menit, 16 menit, 24 menit ), dan 4 V ( 8 menit, 16 menit, 24 menit ) pada baja karbon rendah menggunakan larutan elektrolit warna silver nickel (Ni) terhadap ketebalan dan kekerasan lapisan. Metode yangaadigunakan dalam penelitian iniiiadalah pelapisan elektroplating, dalam metode ini objek direndam dalam beckerglas yang sudah terisi larutan elektrolit dengan waktu dan tegangan yang diatur pada mesin rectifier. Pengujian ketebalan menggunakan teori hukum  faraday dan pengujian kekerasan menggunakan alat uji Akhasi tipe MVK-H10 Herness Testing Machine untuk mengetahui tingkat kekerasan pelapisan. Hasil penelitian dan pengujian pada variasi tegangan 4 V dan waktu 24 menit menunjukan hasil pelapisan tebal dan merata dan warna yang dihasilkan solid. Ketbalan pelapisan bertambah seiring bertambahnya tegangan listrik dan waktu secara teoritis. Hasil ketebalan tertinggi didapatkan pada tegangan 4 V dan waktu 24 menit dalam perhihitungan didapatkan sebesar 51,7 µm, dan hasil nilai kekerasan tertinggi didapatkan pada pada 4 V dan waktu 24 menit dalam perhihitungan didapatkan sebesar 168,08 HV lebih besar 55,5% lebih besar dari spesimen uji normal tanpa pelapisan.Kata kunci : Electroplating, Baja Karbon, Tegangan, Ketebalan, Mikro Vicker,   
Analisa Pengaruh Variasi Putaran Dan Coolant Terhadap Performa Mesin Diesel Isuzu 4JB1 mufti, mohammad; Wahid, Ichlas
MEKANIKA: Jurnal Teknik Mesin Vol 6 No 2 (2020): December
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1727.685 KB)

Abstract

Sistem pendinginan pada mesin diesel berfungsi untuk menurunkan temperatur pada mesin yang terjadi dari proses pembakaran. Proses pembakaran selanjutnya akan menghasilkan tenaga mekanis yang kemudian akan menggerakkan mesin. Akibat lain dari proses pembakaran adalah adanya panas yang apabila tidak didinginkan akan merusak komponen dari mesin itu sendiri. Sistem  pendinginan (cooling system) adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya over heating pada mesin agar tetap bekerja secara optimal. hasil pembakaran pada motor bakar yang menjadi tenaga mekanis hanya sekitar 23% sebagian panas keluar menjadi gas bekas dan sebagian lagi hilang melalui proses pendingin Kata kunci: sistem pendingin, diesel, performa mesin, analisa, coolant, radiator
Pengaruh Variasi Waktu Inhibisi dan Media Asam Terhadap Laju Korosi dan Sifat Mekanik Baja ST-41 dengan Inhibitor Ekstrak Kacang Kedelai Nafi, Maula; Wahid, Ichlas; Sulistyono, M.T., Ir. Djoko
MEKANIKA: Jurnal Teknik Mesin Vol 7 No 1 (2021): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.706 KB)

Abstract

Korosi dapat mengakibatkan kerusakan pada material baja yang menyebabkan baja cepat lelah dan mudah rusak. Baja ST-41 merupakan baja karbon sedang dengan komposisi kimia karbon 0,10% : mangan 0,6% : silikon 0,25%. Baja ST-41 memiliki arti tensile strength atau tegangan tarik dengan 40 kg/mm2. Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada penelitian ini menggunakan spesimen materia lBaja ST-41  dengan melakukan perlakuan pada medium korosif atau media asam HCl, asam sulfat dan asam nitrit, sehingga material terkorosif. Dalam kondisi terkorosif material spesimen medapatkan perlakuan pada medium inhibitor ekstrak kacang kedelai Penguji menggunakan dua sample material, sample tanpa perlakuan inhibitor dan dengan perlakuan inhibitor. sehingga pengujian ini dapat mengetahui pengaruh inhibisi terhadap laju korosi. Diuji dengan menggunkan pengujian weight loss atau pengujian dengan menghitung berat awal material spesimen dengan menghitung berat akhir spesimen setelah terkorosif. Kemudian material spesimen diuji dengan pengujian kekerasan atau pengujian hardness dan pengujian strukturmikro. Dari hasil penelitian didapatkan laju korosi material baja ST-41 tertinggi terdapat pada spesimen tanpa perlakuan inhibitor dengan media asam sulfat, pengaruh inhibitor pada laju korosi terdapat pada spesimen dengan variasi perendaman inhibisi 2 hari pada media asam nitrat dengan laju korosi terendah. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada spesimen dengan media asam HCl tanpa perlakuan perendaman inhibisi dan lama waktu perendaman inhibsi pengaruh terhadap nilai kekerasan spesimen yang semakin meningkat. Pada strukturmikro Spesimen didominasi perlit terdapat pada spesimen dengan media HCl dan asam nitrat tanpa perlakuan waktu perendaman inhibisi, semakin berkurangnya waktu perendaman inhibisi mempengaruhi berkurangnya ferit terhadap spesimen.Kata kunci : laju korosi, ST-41, baja karbon, inhibitor organik, asam, asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, uji kekerasan, uji mikrostruktur.
Analisis Pengaruh Preheating terhadap Hasil Pengelasan SMAW pada ASTM A53 dengan Variasi Temperature dan Waktu dengan Pengujian Kekerasan dan Struktur Mikro Nafi, Maula; Sulistyono, Djoko; Wahid, Ichlas; Prayoga, Indrajid; Albab, Adib Ulil
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 7 No 2 (2021): December
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.311 KB)

Abstract

Dalam dunia industri, baja merupakan material yang sangat banyak dijumpai dari Sebagian bahan bahan baja yang dijumpai sebagai bahan dalam pembuatan mesin, ada banyak beberapa baja yang kita jumpai salah satunya adalah ASTM A53, penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas merupakan atau bisa disebut dengan pengelasan merupakan hal yang sering kita temui atau dilakukan salah satu pengelasan yang sering kita temui itu adalah pengelasan SMAW (shield metal arc welding) pemanasan yang berlebihan atau tidak merata dapat mengakibatkan tegangan sisa, distorsi, atau perubahan metalurgi yang tidak diinginkan pada logam induk, Adapun cara untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan preheating atau bisa disebut dengan pemanasan awal sebelum dilakukan pengelasan, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetauhi pengaruh preheating terhadpa kekerasan untuk hasil pengelasan material baja ASTM A53 (2) mengetauhi dampak dari variasi temperature dan waktu untuk struktur mikro, pada hasil pengelasan baja ASTM A53 (3) mengetauhi efek dari temperature dan waktu pada kekerasan pada hasil pengelasan baja ASTM A53. Proses preheating digunakan variasi temperature 160℃,210℃,260℃ dengan waktu tunggu 7menit,15menit,20menit. Setelah pengelasan SMAW selesai, dilakukan pengujian kekerasan dan mikrostruktur baja ASTM A53 untuk mengetahui besarnya kekerasan dan struktur mikro baja, yang disebut sebagai pengelasan. Pengelasan SMAW (shield metal arc welding) adalah jenis pengelasan yang sering kita jumpai atau lakukan. Panas yang diterapkan terlalu cepat atau tidak merata dapat menyebabkan regangan sisa, deformasi, atau perubahan metalurgi yang tidak diinginkan pada logam dasar jika prosesnya tidak dilakukan dengan benar. Adapun cara untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan preheating atau pemanasan awal sebelum dilakukan pengelasan, adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu (1) mengetauhi pengaruh preheating terhadpa kekerasan untuk hasil pengelasan material baja ASTM A53 (2) mengetauhi pengaruh pada variasi temperature dan waktu terhadap struktur mikro untuk hasil pengelasan baja ASTM A53 (3) mengetauhi pengaruh temperature dan waktu pada kekerasan untuk hasil pengelasan baja ASTM A53. Proses preheating digunakan variasi temperature 160℃,210℃,260℃ dengan waktu tunggu 7menit,15menit,20menit. Setelah itu dilakukan pengelasan SMAW dengan memutar dan dilanjutkan melakukan Baja ASTM A53 menjalani pengujian kekerasan dan struktur mikro untuk menentukan kekerasan dan struktur mikronya. Kata kunci: Preheating, Pengelasan SMAW, Rockwell, Metalografi, Struktur Mikro, ASTM A53, Baja karbon menengah
Pengaruh Kuat Arus dan Diameter Elektroda Jenis Rb-26 pada Pengelasan SMAW Baja ST 42 terhadap Sifat Mekanis Wahid, Ichlas; Ismail, Ismail; Zainun, Zainun; Yulianto, Adam Eko; Sarwanto, Sarwanto; Andrian, Galih Rizka
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 8 No 1 (2022): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.589 KB)

Abstract

Perkembangan teknologi las tidak dapat dipisahkan dari industri logam. Pengelasan ini identik dengan penyambungan dua buah logam. Penyambungan dengan cara mengelas merupakan salah satu metode penyambungan yang luas penggunaannya pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Metode penyambungan lain yang digunakan pada sambungan logam adalah baut dan keling. Teknologi pengelasan, selain dapat dipakai untuk menyambung dan memotong logam, juga dapat dipakai merubah sifat mekanis pada material yaitu dapat meningkatkan nilai kekerasan material dan kekuatan tarik material. Pengelasan pada penelitian ini menggunakan material baja ST 42. Dengan adanya penelitian ini didapatkan nilai kekerasan terbeesar pada sambungan dengan kuat arus 70A dan diameter elektroda 3.2 mm dengan nilai 53,41 HRC. Sedangkan uji tarik terbesar didapatkan pada sambungan dengan kuat arus 90A dengan diameter elektroda 3.2 mm dengan nilai tegangan maksimum 46,29 kg.f/mm². Kata kunci: Pengelasan SMAW, Sifat mekanis, Baja ST 42, Elektroda RB-26
ANALISIS PENGARUH VARIASI KECEPATAN DAN ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL LAS Mufti, Mohammad; Ismail, Ismail; Wahid, Ichlas; Soenaryo, Soenaryo; Faridzil, Achmad; Nugraha, Bintang Tries Nanda
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 10 No 1 (2024): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/jm.v10i1.11674

Abstract

ABSTRAK Prosedur pengelasan memainkan peranan penting dalam sektor teknologi manufaktur, dan prosedur pendinginan selanjutnya digunakan pada material yang dihasilkan dari pengelasan baja ST-42, menggunakan oli SAE-10W-30 sebagai bahan pendingin. Prosedur ini, yang meliputi peleburan logam dan Perlakuan Termal selanjutnya dengan pendinginan yang dipercepat untuk mencapai proses pengerasan, dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik material yang sesuai. Nilai tegangan tarik tertinggi diperoleh selama prosedur pendinginan, yang bervariasi tergantung pada laju dan arus pengelasan. Mesin las Gas Metal Arc Welding (GMAW) digunakan dengan fluktuasi arus sebesar 120 A, 130 A, dan 140 A. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh fluktuasi kecepatan pengelasan dan arus listrik terhadap karakteristik mekanik mesin las. pengelasan dan tentukan kombinasi kecepatan dan arus pengelasan yang paling menguntungkan di antara tiga opsi—55 mm/s, 52 mm/s, dan 49 mm/s untuk kecepatan pengelasan, dan 120 A, 130 A, dan 140 A untuk arus pengelasan —dalam hasil pengelasan GMAW. Pada pengujian pada plat induk baja karbon rendah yaitu “ST42” yang dilakukan dengan pengujian tegangan tarik maksimum dan uji kekerasan brinell. Tegangan tarik maksimum terbesar berada pada, Hasil Pengujian Tarik dengan variasi kecepatan 55mm/s, 52mm/s, dan 49mm/s dan variasi arus 120A, 130A, Dan 140A. Dan media pendingin OLI SAE 10W-30 kekuatan tarik maksimum terbesar berada di pengelasan, arus 140A dengan kode spesimen G2 dengan kekuatan tarik maksimum sebesar 43,58 kg/mm2. Dan tegangan tarik maksimum terendah yaitu berada pada kode spesimen A2 di arus 120 A sebesar 33,14 kg/mm2. Dan kecepatan pengelasan 52mm/s. pada media pendingin oli yang didapatkan yaitu semakin besar arus makan semakin tinggi tegangan tarik maksimumnya, sedangkan untuk pengujian kekerasan Brinell, Pengujian Kekerasan Brinell dengan pengambilan sampel titik pada daerah Weld Metal, HAZ, Base Metal. Dan nilai tertinggi kekerasan HBN berada pada arus 130 A dengan kode spesimen D, dan kecepatan Pengelasan 55mm/s sehingga nilai kekerasan yang di dapat sebesar 175,3 HBN Pada daerah weld metal , dan pada daerah HAZ nilai tertinggi berada pada arus 120A pada kode spesimen A dengan kecepatan pengelasan 55mm/s sebesar 164 HBN. Dan pada daerah base metal yang tertinggi yaitu pada arus 130 A pada kode spesimen E, dengan kecepatan pengelasan 52mm/s sebesar 159 HBN.
Analysis of T5 Heat Treatment Parameters on the Hardness and Microstructure of Aluminum-Silicon Alloy Nafi, Maula; Hartanti, Lusia Permata Sari; Aziz, Moh. Nor Ali; Wahid, Ichlas; Setiawan, Agung
Widya Teknik Vol. 24 No. 2 (2025): November
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v24i2.6108

Abstract

In alignment with the United Nations Sustainable Development Goal (SDG) 9 on Industry, Innovation, and Infrastructure, this study investigates methods to enhance the durability and sustainability of aluminum alloys in automotive applications, thereby reducing material waste and extending component life. Aluminum is widely used in automotive parts like engine pistons due to its beneficial properties, including lightweight, high formability, and excellent corrosion resistance. A key material in these applications is the Aluminum-Silicon (AlSi) alloy, which is known for its mechanical strength but also prone to gradual performance degradation under operational stress. Addressing this challenge, T5 heat treatment is applied to explore its impact on the alloy's microstructure and hardness, with the aim of enhancing resilience and extending the functional lifespan of automotive parts. The T5 heat treatment process involves three main stages: initial heating, sustained heating, and cooling. By exposing the AlSi alloy to varied temperatures of 240°C, 260°C, and 280°C, with a holding time of 30 minutes, this study evaluates how these temperature conditions influence the alloy's mechanical properties. The findings from Rockwell hardness testing reveal that at 240°C in SAE 40 oil at 750°C, the alloy reaches a hardness of 64.6 HRB. Similarly, at 260°C in air at room temperature, the hardness remains at 64.6 HRB, while at 280°C in water with a pH of 8 at 750°C, the hardness slightly decreases to 62.1 HRB. These results suggest that higher heating temperatures improve mechanical strength and significantly alter the microstructure of the AlSi alloy, with minor variations in hardness observed depending on cooling mediums. This study demonstrates that optimizing heat treatment can enhance both the mechanical properties and durability of AlSi alloys, contributing to the production of more resilient and sustainable automotive components in line with SDG 9 objectives.
Pengaruh Perlakuan Serat Dan Fraksi Serat Sisal (Agave Sisalana) Terhadap Kekuatan Tarik Pada Komposit Epoxy/ Serat Sisal Zainun, Zainun; Mufti, Moh; Wahid, Ichlas; Nafi, Maula
MEKANIKA: Jurnal Teknik Mesin Vol. 11 No. 1 (2025): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/jm.v11i1.132394

Abstract

Industri penguatan struktur menghadapi tantangan yang besar yang berkaitan dengan penerapan konsep bangunan ramah lingkungan. Bangunan ramah lingkungan adalah bangunan yang aspek konstruksi, desain, dan operasinya didasarkan pada keamanan lingkungan dan alam sebagai tujuan utama. Sisal adalah salah satu serat alami yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat struktur. Serat ini berasal dari serat kelopak daun tanaman sisal yang telah melalui proses pemisahan. Sisal termasuk dalam kategori serat alami yang dapat digunakan sebagai penguat dalam komposit. Kekuatan dan kekakuan serat alami dipengaruhi oleh kandungan selulosanya. Perlakuan dengan NaOH dapat meningkatkan kandungan selulosa pada serat dengan cara menghilangkan hemiselulosa dan lignin. Proses ini secara tidak langsung berdampak pada kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit serat alami. Pengujian tarik dilakukan pada spesimen untuk mengukur kekuatan mekanik komposit serat sisal sesuai dengan standar ASTM D-638. Metode VARI (Vacuum Assisted Resin Infusion) digunakan untuk mengurangi void atau cetakan yang terperangkap saat resin epoxy mengalir ke dalam spesimen atau cetakan. Metode VARI bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variasi antara proses alkali NaOH 5% dan air PDAM dengan lama perendaman 1, 2 jam dan fraksi volume serat 15, 20%. Uji tarikan menunjukkan bahwa kekuatan tarik terbesar ditemukan pada komposit yang telah menjalani proses pengolahan serat perendaman alkali NaOH selama 2 jam, dan nilai tersebut adalah sekitar 45,2 MPa. Pengujian porositas dilakukan untuk mengetahui perbandingan volume pori dengan volume total suatu material. Nilai porositas yang tinggi menyebabkan ruang kosong dalam material tersebut akan semakin banyak sehingga terjadi penurunan kuat tekanan. Hasil uji porositas tertinggi pada variasi selama 2 jam dengan perendaman alkali-20% memiliki nilai tertinggi yaitu 15,11% dan terendah pada variasi selama 2 jam dengan perendaman air PDAM-15% memiliki nilai terendah yaitu 8,21%. Pengujian SEM (Scanning Electron Microscope) dilakukan sebagai penunjang bahwa variasi perendaman selama 2 jam dengan air PDAM-15% yang memiliki nilai terendah yaitu 34,8 Mpa dan variasi selama 2 jam dengan perendaman alkali-20% memiliki nilai tertinggi yaitu 45,2 Mpa. Kata kunci: Epoxy, Fraksi Volume, Lama perendaman, Perlakuan alkali, Serat sisal, uji Tarik, uji Porositas, uji SEM.