Qisthi Faradina Ilma Mahanani
UIN Raden Mas Said Surakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN HISTORIS TAREKAT QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH AL-MANDHURIYAH TEMANGGUNG: Eksistensi dan Pengaruh Sosial Keagamaannya Muhammad Husna Rosyadi; Moh. Ashif Fuadi; Latif Kusairi; Martina Safitry; Qisthi Faradina Ilma Mahanani
Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities Vol. 4 No. 1 (2023): Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/isnad.v4i1.7428

Abstract

Abstrak Penelitian ini menjelaskan tentang dinamika tarekat qodiriyah wa naqsyabandiyah di Temanggung yang disebarkan oleh K.H. Mandhur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yakni pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan penulisan sejarah. Penulis menitikberatkan pada sumber primer berupa peninggalan catatan-catatan K.H. Mandhur, dan wawancara terhadap keturunan K.H. Mandhur serta data pendukung penelitian terdahulu dari sumber buku, artikel, atau berita online. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa: K.H. Mandhur merupakan seorang kiai yang berpengaruh di Temanggung, sehingga pesatnya perkembangan tarekat qodiriah wa naqsyabandiyah di Temanggung tak lain adalah karena perannya dalam menyebarkan tarekat tersebut. Adapun sanad tarekat K.H. Mandhur berasal dari Kiai Umar Payaman yang juga merupakan murid Syekh Zarkasi Berjan murid Syekh Abdul Karim al-Bantani. K.H. Mandhur mulai mengenalkan tarekat sebelum Indonesia merdeka yakni sekitar tahun 1920 di daerah Ngebel dan mulai berpindah tahun 1950 mengajarkan tarekat tersebut di pusat Kota Temanggung sampai wafatnya pada tahun 1980. Sepeninggal K.H. Mandhur, kepemimpinan tarekat diteruskan oleh putranya yaitu K.H. Ahmad Bandnudji sampai sekarang. Eksistensi TQN al-Mandhuriyah terbukti membawa dampak sosial-keagamaan dengan adanya interaksi sosial antar jamaah dari berbagai daerah dengan saling bersilaturahmi dan kegiatan para jamaah seperti manakiban, sewelasan, tawajjuhan, peringatan haul K.H. Mandhur, khalwat, selapanan badal. Kata Kunci: Tarekat, TQN al-Mandhuriyyah, K.H. Mandhur, Temanggung.
Menyoal Ketimpangan Relasi Kuasa dan Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren: Sebuah Tinjauan Kritis Moh Ashif Fuadi; Mega Alif Marintan; Qisthi Faradina Ilma Mahanani; Muhammad Aslambik
Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 22 No. 2 (2023)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.2023.222.148-160

Abstract

Fenomena kekerasan seksual yang terjadi di kalangan pesantren menjadi perhatian  banyak pihak, karena sejatinya pesantren merupakan lembaga yang dianggap aman untuk belajar para santri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor ketimpangan relasi kuasa dan persepsi santri terhadap pencegahan kekerasan seksual di pesantren. Penelitian ini menggunakan mix method dengan pendekatan kuantitatif dalam pengambilan data survei dan pendekatan kualitatif dalam menganalisis data dari responden melalui observasi, wawancara dan studi pustaka dari berbagai sumber tertulis dan media online. Hasilnya yaitu, pertama, perilaku kekerasan seksual khususnya di pesantren merupakan dampak dari ketimpangan relasi kuasa. Kedua, upaya pencegahan kekerasan seksual di pesantren dilakukan dengan monitoring dari pesantren, mau’idzoh atau nasehat kyai, aturan resmi tentang batasan antara laki-laki dengan perempuan, dan kajian kitab kuning tentang pendidikan seksual dan pemahaman gender melalui kitab ‘Uqūdu al-Lujain, Qurratul ‘Uyūn, Fathul Izār, dan fikih wanita. Ketiga, kasus kekerasan seksual yang dilakukan oknum pesantren melalui doktrinnya, dapat menurunkan tingkat kepercayaan sehingga perlu tindakan pencegahan dengan kerjasama yang terintegrasi dan penegakan hukum yang seimbang. [ The phenomenon of sexual violence in Islamic boarding schools (pesantren) has become everybody’s concern lately. This institution should be considered safe place  for santri to live and learn.This study aims to determine the influence of inequality factors on power relations in sexual violence and to know students' perceptions of the prevention of sexual violence in pesantren. This study uses a mixed-method with a quantitative approach in taking survey data and a qualitative approach in analyzing data from respondents through observation, interviews and literature studies from various written sources and online media. The results are, first, sexual violence in pesantren predominantly stems from disparities in power relation. Second, Prevention strategies within pesantren encompass close monitoring, mau'idzoh (advice) guidance from kyai, establishment of clear boundaries between genders, and incorporating sex education and gender awareness through Kitab Kuning texts through the book of 'Uqū du al-Lujain, Qurratul 'Uyūn, Fathul Izār, and fikih women. Third, cases of sexual violence committed by pesantren through their doctrines can reduce trust so that preventive measures  are needed with integral cooperation and balanced law enforcement.]