Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

SCOURING-RUSH HORSETAIL’S (Equisetum hyemale) CAPABILITY TO REDUCE DETERGENT, COD AND PHOSPHAT (PO4) LEVELS OF LAUNDRY WASTEWATERIN PURWOKERTO IN 2016 Wardono, Hari Rudijanto Indro; Abdullah, Sugeng; Budiono, Zaeni
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No 1 (2017)
Publisher : Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.868 KB)

Abstract

Background: There will be an increasing demand for goods and services as a result of rapid economic growth and development, increasing activities in the society, and also with the establishment of universities. This has caused the emergence of some laundry business that aims to alleviate the burden on society. The emergence of the laundry business may cause environmental pollution, especially in the levels of detergent, if the waste generated is not treated before it is discharged. Therefore, it is necessary to find a method to treat waste efficiently. One of the ways is to employ phytoremediation using scouring-rush horsetail (Equisetum hyemale). Aims: The purpose of this study is to analyze the scouring-rush horsetail media’s ability in decreasing the levels of detergent, Phosphate (PO4), and COD of laundry waste. Methods: This type of research is called true experiment with design randomized control group pretest-posttest. The data is analyzed using Analysis of Covariance (ANCOVA) statistical test. Results: The results of the analysis showed that there are influences from the residence time, the scouring-rush horsetail’s (Equisetum hyemale) ability and the continuous process by reducing the levels of detergent (88.9%), COD (99.5%), and PO 4 (63.4%). Scouring-rush horsetail media has an average efficiency of COD reduction (90%), PO 4 (51%), and Detergents (86%). The value of Detergents, COD, and PO4 level in laundry wastewater after treatment by using scouring-rush horsetail (Equisetum hyemale) with a residence time (0 day, 1 day, 3 days and 7 days) based on Government Regulation No. 82 of 2001 on the Management of Water Quality and Water Pollution Control has been under NAB. Conclusion: It is necessary to make additional acclimatization time in the study using a scouring- rush horsetail to reduce the levels of COD, phosphate and detergent. It is advisable to plant the scouring-rush horsetail in the tub as high as 30 cm, thus the water can be pooled. 
Pendampingan Pengelolaan Sampah Serbaguna Akan Kehidupan (LAMPAH SAE) Marsum, Marsum; Ma'ruf, Fauzan; Abdullah, Sugeng; Hilal, Nur
Jurnal LINK Vol 21, No 1 (2025): MEI 2025
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/link.v21i1.12686

Abstract

Pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap pengurangan dan pengolahan sampah sehingga timbulan sampah yang dihasilkan belum dapat dikurangi. Dengan program 3R pengelolaan sampah melalui program LAMPAH SAE yang dilakukan lebih difokuskan pada tahap pengurangan dan pengolahan sampah, sehingga pengelolaan sampah secara terpadu dapat diwujudkan dengan menitik beratkan penanganan sampah dari rumah tangga. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Banyumas. Metode: pengabmas ini dilakukan melalui sosialisasi dan pendampingan kepada perwakilan masyarakat. Kegiatan dengan melakukan praktik-stimulan komposting. Kegiatan pengabmas telah memberikan perubahan terhadap pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah melalui pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti membuat kompos dengan menggunakan metode komposting, masyarakat dibekali bahan stimulus dengan plenter bag. Stimulan ini diharapkan menjadi tindaklanjut kegiatan pengabmas. Akhir proses pendampingan pengabmas dilakukan dengan monitoring pemanfaatan dan pemanenan kompos pada planter bag. Adanya pendampingan tentang sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos ini, telah menunjukkan bahwa kegiatan komposting ini telah mengurangi volume sampah rumah tangga yang sekarang ini. Dan sebagai saran bahwa kegiatan pemanfaatan ini dapat diterapkan secara maksimal seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Sosial Demografi, Lingkungan, dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Case Fatality Rate COVID-19:Analisis Ekologi di Jawa Tengah Ardiansyah, Iqbal; Subagiyo, Agus; Widyanto, Arif; Rifqi Maulana, Muhammad; Susiyanti; Abdullah, Sugeng; Ihwani Tantia Nova, Rusyda
Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/bjkl.v5i1.4119

Abstract

Latar Belakang: Jawa Tengah, salah satu provinsi utama Indonesia, menghadapi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2021, naik dari 4,4% menjadi 6,2%, menempatkannya di antara tiga provinsi teratas dengan CFR tertinggi di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis faktor sosial demografi, lingkungan, dan layanan kesehatan terhadap CFR COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah. Metode: Desain penelitian ini adalah studi ekologi exploratory. Data dihimpun dari 29 kabupaten dan 6 kota di Jawa Tengah selama periode 2020-2023. Variabel dependen adalah Tingkat Kematian Kasus COVID-19 (CFR), sedangkan variabel independen meliputi faktor sosio-demografis (kepadatan penduduk, Indeks Pembangunan Manusia/IPM, kunjungan wisatawan), cakupan layanan kesehatan (jumlah seluruh tenaga kesehatan, tenaga kesehatan komunitas, tenaga sanitasi lingkungan), dan faktor lingkungan (akses sanitasi yang layak, akses air minum bersih, curah hujan, dan jumlah hari hujan). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan regresi linier sederhana. Hasil: Korelasi positif yang signifikan antara jumlah tenaga kesehatan per luas wilayah dengan CFR (r = 0,43, p = 0,009) dan antara rasio populasi terhadap tenaga kesehatan dengan CFR (r = 0,43, p = 0,010) pada 2021-2022. Selain itu, akses rumah tangga ke air minum bersih menunjukkan korelasi yang signifikan dengan CFR (r = 0,40, p = 0,018). Namun, faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, HDI, dan curah hujan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan CFR. Kesimpulan: distribusi tenaga kesehatan dan akses air minum bersih memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian COVID-19, Studi ini memberikan wawasan berharga untuk pembuatan kebijakan dalam upaya mitigasi pandemi, terutama di daerah dengan karakteristik demografis dan lingkungan yang serupa.
Analisis Spasial Faktor Sosial, Pelayanan Kesehatan, dan Lingkungan terhadap Kasus COVID-19 di Jawa Tengah Ardiansyah, Iqbal; Maulana, Muhammad Rifqi; Susiyanti, Susiyanti; Abdullah, Sugeng; Subagiyo, Agus; Widyanto, Arif; Nova, Rusyda Ihwani Tantia
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 24, No 3 (2025): Oktober 2025
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.76257

Abstract

Latar belakang: Tahun 2022, tingkat positif di Jawa Tengah 40,9% melampaui ambang batas WHO (< 5%). COVID-19 menunjukkan pola yang kompleks oleh berbagai variabel seperti, sosial pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara faktor sosial, pelayanan kesehatan, dan lingkungan terhadap distribusi spasial tingkat kerentanan kasus COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah.Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain ekologi eksploratori. Unit analisis 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Data agregat tahun 2022 dengan variabel dependen jumlah kumulatif kasus COVID-19. Variabel independen faktor sosial (jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan penduduk usia >15 tahun, indeks pembangunan manusia (IPM), jumlah turis domestik, Jumlah turis mancanegara), faktor pelayanan kesehatan (jumlah tenaga kesehatan, jumlah tenaga sanitasi lingkungan, akses terhadap sanitasi layak, dan akses terhadap air minum layak). faktor lingkungan (curah hujan rata-rata, kelembapan udara, suhu rata-rata, serta kecepatan angin luas wilayah, serta elevasi rata-rata wilayah). Data diperoleh dari instansi nasional (BPS dan Dinkes Provinsi Jawa Tengah) dan internasional (NASA). Dianalisis menggunakan pemodelan regresi Ordinary Least Squares dengan teknik stepwise backward elimination serta validasi uji asumsi klasik dan autokorelasi spasial. Hasil Pemodelan visualisasikan dengan bentuk peta distribusi tingkat kerentanan berbasis kuartil.Hasil: Variabel yang berasosiasi dengan kasus COVID-19 adalah jumlah penduduk (B = 0,0164), jumlah penduduk miskin (B = -0,0951), jumlah wisatawan domestik (B = 0,0047), jumlah tenaga kesehatan (B = 3,3453), dan suhu rata-rata (B = -2638,61) dengan kekuatan prediktif model (R² = 0,9266), Distribusi spasial menunjukan wilayah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi seperti Kota dan Kabupaten Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara.Simpulan: Faktor sosial (jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, wisatawan domestik), Faktor Pelayanan Kesehatan (jumlah tenaga kesehatan), dan Lingkungan (suhu rata-rata) merupakan determinan signifikan dengan kasus COVID-19 Jawa Tengah. Distribusi spasial menunjukan 6 wilayah di jawa tengah memiliki tingkat kerentanan Sangat tinggi. ABSTRACT Title: Spatial Analysis of Social, Health Service, and Environmental Factors Associated with COVID-19 Cases in Central JavaBackground: In 2022, the positivity rate in Central Java reached 40.9%, surpassing the WHO threshold (<5%). COVID-19 displays a complex pattern driven by various variables, including social conditions, healthcare services, and environmental factors. This study aims to analyze the association of social conditions, healthcare services, and environmental factors with the spatial distribution of COVID-19 vulnerability in Central Java Province.Method: This quantitative study employed an exploratory ecological design. The analytical units comprised the 35 regencies and cities of Central Java. The study used aggregated 2022 data and set the cumulative number of COVID-19 cases as the dependent variable. Independent variables included social factors (total population, number of people in poverty, unemployment rate, education level of the population aged over 15 years, Human Development Index (HDI), number of domestic tourists, and number of international tourists); healthcare service factors (number of healthcare workers, number of environmental sanitation personnel, access to adequate sanitation, and access to safe drinking water); and environmental factors (mean rainfall, humidity, average temperature, wind speed, territorial area, and mean elevation). The study obtained data from national agencies (Statistics Indonesia (BPS) and Provincial Health Office of Central Java ) and international sources (NASA). The study analyzed the data using Ordinary Least Squares (OLS) regression with backward stepwise elimination and validated the classical OLS assumptions and spatial autocorrelation. The study visualized the modeling results as quartile-based maps showing the spatial distribution of vulnerability.Result: Variables associated with COVID-19 cases were total population (B = 0.0164), number of people living in poverty (B = -0.0951), number of domestic tourists (B = 0.0047), number of healthcare workers (B = 3.3453), and mean temperature (B = -2638.61). The model exhibited strong predictive power (R² = 0.9266). Spatial distribution showed areas with very high vulnerability, including Semarang City and Semarang Regency, Surakarta City, Magelang Regency, Klaten Regency, Banyumas Regency, and Banjarnegara Regency.Conclusion: Social factors (total population, number of people living in poverty, and number of domestic tourists), the healthcare service factor (number of healthcare workers), and the environmental factor (mean temperature) were significant determinants of COVID-19 cases in Central Java. Spatial analysis identified six areas in Central Java with very high vulnerability.
Kombinasi Koagulan Tawas dan Poly Aluminium Chloride (PAC) untuk Penurunan Warna pada Air Limbah Batik Zaimaturahmi, Nasyi’a; Abdullah, Sugeng; Marsum, Marsum; Ma'ruf, Fauzan
Buletin Keslingmas Vol. 42 No. 4 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.4 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i4.10847

Abstract

Industri batik menghasilkan limbah cair salah satunya berasal dari bahan pewarna yang dapat menyebabkan pencemaran apabila dibuang langsung ke badan air. Dampak buangan limbah batik berupa zat warna perlu dilakukan proses pengolahan sebelum limbah dibunag ke perairan salah satunya dengan metode kimia yaitu koagulasi flokulasi. Jenis penelitian Quacy eksperiment dengan metode pretest-posttest control dengan 1 kelompok kontrol dan 5 variasi dosis kombinasi koagulan tawas dan PAC dilakukan 5 kali replikasi. Analisis data menggunakan One Way ANOVA dan analisis tabel. Uji One Way ANOVA sig 0,000 < 0,05 terdapat perbedaan pada kelompok kontrol dan setiap variasi dosis untuk menurunkan warna air limbah batik. Hasil analisis tabel dosis optimum kombinasi koagulan tawas dan Poly Aluminium Chloride (PAC) untuk menurunkan warna air limbah batik yaitu dosis 3 dengan dosis kombinasi koagulan PAC 50 mg/L dan tawas 150 mg/L. Terdapat perbedaan yang signifikan kelompok kontrol dan semua variasi dosis untuk menurunkan warna air limbah batik dan dosis optimum pada penelitian yaitu dosis 3 dengan kosentrasi PAC 50 mg/L dan tawas 150 mg/L. Saran dilakukan pengolahan sebelum air limbah batik dibuang ke badan air dengan kombinasi koagulan tawas dan Poly Aluminium Chloride (PAC).
Efektivitas Lotion Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Sebagai Antiseptik Kuman Pada Tangan Pedagang Makanan Az-Zahra, Rosella Thesar; Yulianto, Yulianto; Abdullah, Sugeng
Buletin Keslingmas Vol. 43 No. 2 (2024): BULETIN KESLINGMAS VOL. 43 NO. 2 TAHUN 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v43i2.11440

Abstract

Penggunaan produk antibakteri menjadi salah satu upaya untuk menjaga personal hygiene atau kebersihan diri. Salah satu tumbuhan yang mengandung sifat antibakteri yaitu kemangi. Kemangi memiliki senyawa fenolik seperti flavonoid, saponin, glikosida, alkaloid, tanin, dan minyak atsiri. Inovasi lotion sebagai antiseptik dengan campuran ekstrak alami belum pernah dilakukan dilakukan penelitian. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektivitas lotion ekstrak daun kemangi sebagai antiseptik dalam menurunkan angka kuman pada tangan pedagang makanan di Lingkungan Gedung Sasana Krida Kusuma Kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-experiment dengan rancangan penelitian static group comparison. Sampel yang digunakan untuk menghitung angka kuman pada 15 responden dengan diberi perlakuan basis lotion, lotion dengan ekstrak daun kemangi (Ocimum Sanctum L.) konsentrasi 5% dan 10%. Analisis statistic menggunakan uji non parametrik yaitu uji Kruskall-Wallis dan uji Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan efektivitas angka kuman sesudah diberi perlakuan basis lotion tanpa ekstrak daun kemangi, lotion ekstrak daun kemangi konsentrasi 5% dan 10% terhadap penurunan angka kuman pada tangan pedagang makanan di Lingkungan Gedung Sasana Krida Kusuma Kota Surakarta. Simpulan yang dapat diambil yaitu tidak terdapat perbedaan angka kuman tangan setelah diberi perlakuan basis lotion tanpa ekstrak daun kemangi konsentrasi 0% dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 0% dan 10% serta konsetrasi 5% dan 10%. Saran  untuk penelitian selanjutnya dapat mengganti lotion menjadi bahan pembawa lain seperti basis krim, basis salep dan basis gel agar lebih mengoptimalkan manfaat ekstrak daun kemangi sebagai antiseptik.
Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Permukiman Desa Kutasari dan Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Cahyono, Tri; Utomo, Budi; Abdullah, Sugeng
Buletin Keslingmas Vol. 43 No. 3 (2024): BULETIN KESLINGMAS VOL. 43 NO.3 TAHUN 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v43i3.11968

Abstract

Environmental Health Risk Assesment (EHRA) merupakan survey untuk mengetahui risiko fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat skala rumah tangga terhadap kesehatan. Risiko kesehatan lingkungan permukiman Desa Kutasari berada di perbatasan dan Rempoah ibukota kecamatan tentunya berbeda. Tujuan penelitian mengetahui risiko kesehatan lingkungan permukiman Desa Kutasari dan Rempoah. Metode, jenis penelitian observasional, populasi seluruh rumah desa, sampling incidental didapatkan di Desa Kutasari 672 rumah dan Desa Rempoah 830 rumah, pengumpulan data dengan wawancara dan observasional, analisis menggunakan Kruskal Wallis dan U Mann Whitney. Hasil, K.IRKL komponen fisik rumah Desa Kutasari 14,64 dan Desa Rempoah 19,01, perberbedaan tidak signifikan (p=0,462). K.IRKL sarana sanitasi Desa Kutasari 49,59 dan Desa Rempoah 47,35, perberbedaan tidak signifikan (p=1,000). K.IRKL perilaku penghuni rumah Desa Kutasari 11,86 dan Desa Rempoah 16,65, perberbedaan tidak signifikan (p=0,347). Perbedaan K.IRKL komponen fisik rumah dan sarana sanitasi di Desa Kutasari signifikan (p=0,007), di Desa Rempoah signifikan (0,007). Perbedaan K.IRKL komponen fisik rumah dan perilaku penghuni rumah di Desa Kutasari tidak signifikan (p=0,464), di Desa Rempoah tidak signifikan (0,462). Perbedaan K.IRKL sarana sanitasi dan perilaku penghuni rumah di Desa Kutasari signifikan (p=0,464), di Desa Rempoah signifikan (0,014).  Simpulan rata-rata K.IRKL secara keseluruhan komponen fisik rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni rumah di Desa Kutasari 25,36, di Desa Rempoah 27,67, perbedaan tidak signifikan (p=0,520). Saran, masyarakat hendaknya melakukan pemenuhan lubang asap dapur, ventilasi, sarana pembuangan air limbah dan membuka jendela agar tidak menjadi factor risiko bagi kesehatan.
Pendampingan Pengelolaan Sampah Serbaguna Akan Kehidupan (LAMPAH SAE) Marsum, Marsum; Ma'ruf, Fauzan; Abdullah, Sugeng; Hilal, Nur
Jurnal LINK Vol 21 No 1 (2025): MEI 2025
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/link.v21i1.12686

Abstract

Pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap pengurangan dan pengolahan sampah sehingga timbulan sampah yang dihasilkan belum dapat dikurangi. Dengan program 3R pengelolaan sampah melalui program LAMPAH SAE yang dilakukan lebih difokuskan pada tahap pengurangan dan pengolahan sampah, sehingga pengelolaan sampah secara terpadu dapat diwujudkan dengan menitik beratkan penanganan sampah dari rumah tangga. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Banyumas. Metode: pengabmas ini dilakukan melalui sosialisasi dan pendampingan kepada perwakilan masyarakat. Kegiatan dengan melakukan praktik-stimulan komposting. Kegiatan pengabmas telah memberikan perubahan terhadap pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah melalui pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti membuat kompos dengan menggunakan metode komposting, masyarakat dibekali bahan stimulus dengan plenter bag. Stimulan ini diharapkan menjadi tindaklanjut kegiatan pengabmas. Akhir proses pendampingan pengabmas dilakukan dengan monitoring pemanfaatan dan pemanenan kompos pada planter bag. Adanya pendampingan tentang sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos ini, telah menunjukkan bahwa kegiatan komposting ini telah mengurangi volume sampah rumah tangga yang sekarang ini. Dan sebagai saran bahwa kegiatan pemanfaatan ini dapat diterapkan secara maksimal seiring bertambahnya jumlah penduduk.
EFISIENSI BIOFILTER AEROB MENGGUNAKAN MEDIA BOTOL SUSU FERMENTASI DALAM MENURUNKAN KADAR COD EFFLUENT BIODIGESTER INDUSTRI TAHU Hidayah, Tria Rafika; Triyantoro, Budi; Abdullah, Sugeng
Buletin Keslingmas Vol. 38 No. 4 (2019): BULETIN KESLINGMAS VOL 38 NO 4 TAHUN 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v38i4.5499

Abstract

Biodigester unit 3 merupakan salah satu instalasi pengolahan air limbah tahu menjadi biogas di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok. Air limbah yang telah diolah menjadi biogas akan menghasilkan air buangan (effluent), kemudian dibuang ke irigasi yang disalurkan ke sungai Krukut. Sungai tersebut sering dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci pakaian. Effluent biodigester unit 3 masih memiliki kadar COD sebesar 1.048 mg/l, sehingga diperlukan proses pengolahan lanjutan dengan proses aerob menggunakan biofilter media botol susu fermentasi.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efisiensi biofilter aerob menggunakan media botol susu fermentasi sebagai pengolahan lanjut dalam menurunkan kadar COD effluent biodigester unit 3.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre experiment dengan metode pre and post test. Hasil rerata suhu influent biofilter aerob yaitu 26,16OC, hasil rerata suhu effluent biofilter yaitu 28,16OC. Hasil rerata pH influent biofilter yaitu 6,53, kemudian rerata pH effluent biofilter yaitu 7,5. Hasil rerata pemeriksaan COD influent biofilter aerob yaitu 97,667 mg/l, hasil rerata pemeriksaan COD effluent biofilter yaitu 30,667 mg/l. Kadar COD effluent biofilter aerob tidak melebihi kadar maksimal pada baku mutu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, sehingga kadar COD effluent biofilter telah memenuhi syarat. Rerata efisiensi penurunan kadar COD pada biofilter aerob yaitu 66,846%. Hasil analisis statistik kadar COD diperoleh nilai signifikan (P value) sebesar 0,07 yang menunjukkan bahwa sig (P value) > α (0,05), sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan COD influent dan effluent biofilter aerob. Kesimpulan dari penelitian ini adalah biofilter aerob dengan media botol susu fermentasi belum efisien dalam menurunkan kadar COD dengan stabil. Saran pada penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjut dengan menambah luas spesifik media biofilter, perlu dilakukan proses aklimatisasi, perlu dilakukan penelitian lanjut dengan pemeriksaan parameter kinerja biofilter aerob.
Pelatihan Kader Jumantik dalam Pengendalian Vektor DBD Desa Pandak Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Firdaust, Mela; Widyanto, Arif; Budiono, Zaeni; Abdullah, Sugeng; Santjaka, Aris; Tata Gunawan, Asep; Yulianto
Jurnal Pengabdian Masyarakat - PIMAS Vol. 4 No. 4 (2025): November (on process)
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35960/pimas.v4i4.1947

Abstract

The government conducts a program to reduce dengue cases by focusing on preventive. However, the PSN movement launched by the Regent of Banyumas was not optimal. This activity aims to increase the knowledge of jumantik cadres to control of dengue vectors. Pandak Village is a dengue-endemic village. The number of cadres in Pandak Village is 25 peoples, each RT has one jumantik cadre. The implementation of PSN 3M Plus has gone well, but it is not optimal. In its implementation, cadres have not fully understood the larval monitoring instruments that must be filled and how to control them. After the implementation of jumantik cadres training, knowledge of dengue vector control methods increased to 88% which has a very good value category. Cadres have been able to mention breeding places and resting places for dengue vectors. In addition, cadres were also able to mention how to control dengue vectors both physically, biologically and chemically. Each jumantik cadre has understood his duties, namely responsible for monitoring the larval indices together with the household jumantik and recapitulating data per week, and reporting per month to the jumantik coordinator. Periodic reporting of the tiered larval index will ensure the validity of the ABJ data presented in each Health Center. The data is used as a risk assessment of dengue transmission in the work area of the local health center.