Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Variasi Warna Pipet pada Stik Perangkap Lalat terhadap Jumlah Lalat yang Tertangkap Iqbal Ardiansyah; Bambang Wispriyono; Indah Werdiningsih; Rizki Amalia
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 15 No. 2: JUNI 2019
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.645 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v15i2.6297

Abstract

Flies are vectors of disease. In the section of chicken slaughter, Pasar Gedebage has a high fly density of21 tails / block grill hence it is necessary to control one of them fly sticky trap. The purpose of the study was todetermine the effect of straw color variations on the number of flies caught in fly trap sticks with the type of quasi-experimental research and post-test only design. This research was conducted at HS Pasar Gedebage Bandungchicken slaughterhouse on 25 to 30 December 2017 with research subjects all flies were in the study location. Thematerial in this study is white, yellow, red and blue straw. 3/4 straw surface smeared with durian flavored fly glue.The method in this study is quantitative research, analyzed descriptively and statistically tested. The statisticaltest begins with the normality test of Shaphiro Wilk, then tests on one way ANOVA and Post hoct LSD test. Theresults of the study were that the number of flies trapped in the white straw was 32,6 on average, the average yellowstraw was 24, the red straw was on average 18 and the blue straw was 16 on average. Statistical test resultsp-value 0.0005 shows the difference between each color straw with the number of flies caught, the white straw isthe color of the straw that traps the most flies. The conclusion research white color of straw is the best color strawfor making fly sticky trap.
Hubungan Sumber Air Minum dengan Kandungan Total Coliform dalam Air Minum Rumah Tangga Lia Arsyina; Bambang Wispriyono; Iqbal Ardiansyah; Laura Dwi Pratiwi
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 14. No. 2. Tahun 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.54 KB) | DOI: 10.26714/jkmi.14.2.2019.18-23

Abstract

Latar Belakang: Air minum dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia, sehingga harus terjamin kualitasnya. Di Indonesia, air minum harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan pada Permenkes No. 492/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pada peraturan tersebut disebutkan bahwa tidak boleh ditemukan total coliform dalam air minum karena keberadaannya menandakan telah terjadi kontaminasi, sehingga tidak aman untuk diminum. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan sumber air minum dengan kandungan total coliform dalam air minum rumah tangga. Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan di Kecamatan Bojongsari pada bulan Agustus 2019. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 110 rumah tangga. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara menggunakan kuesioner dan uji laboratorium sampel air minum dengan teknik Total Plate Count (TPC). Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 92,7% dari seluruh sampel air minum rumah tangga yang diuji positif mengandung total coliform dengan kisaran 1-300 CFU/100 mL. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi kandungan total coliform pada sumber air minum yang berasal dari air sumur dan air isi ulang/kemasan (p = 0,720) dengan nilai OR = 1,541 [CI 95%: 0,350-6,790]. Kesimpulan: Hampir seluruh air minum rumah tangga yang menjadi sampel tidak memenuhi syarat mikrobiologis dan tidak dapat dinyatakan air minum yang berasal dari sumur atau air minum yang berasal dari DAMIU/kemasan lebih baik kualitasnya
Implementasi Pasar Tradisional Sehat di Kabupaten Banyumas dan Bagaimana Dampak dari Pandemi Covid 19 Budi Utomo; Sugeng Abdullah; Iqbal Ardiansyah
Buletin Keslingmas Vol 42, No 2 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.2 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i2.9594

Abstract

Pasar tradisional atau pasar basah merupakan bagian penting bagi kehidupan masyarakat. Selain dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Pasar tradisional juga dapat menjadi tempat penularan penyakit salah satu yang sedang ramai saat ini adalah Covid 19. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berlandaskan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan pedoman wawancara melalui indepth Interview . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa implementasi atau upaya yang dilakukan oleh para stake holder yang bertugas untuk melakukan pengelolaan pasar khususnya penyehatan pasar di Kabupaten Banyumas. Hasil dari penelitian ini adalah Secara struktur organisa, regulasi, anggaran belum ada khusus untuk menangani pasar sehat. Namun ada bidang atau penanggung jawab pasar secara umum. Adanya Permasalahan terkait dengan anggaran karena tumpang tindih tugas dan wewenang, Kurangnya kordinasi baik secara horizontal maupun vertikal, kurangnya ketegasan dalam menegakan aturan dan adanya perubahan pandangan stakeholder dalam melakukan penanganan pasar sehat yang dikarenakan pandemi Covid 19.
Kombinasi Ovitrap Berbahan Plastik dan Atraktan terhadap Telur Aedes Aegypti yang Terperangkap Ferly Tiraningtyas Nusa Dewi; Nur Utomo; Iqbal Ardiansyah; Aris Santjaka; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 42, No 3 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.3 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i3.10432

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan penular vektor nyamuk Aedes aeypti. Kasus DBD pada tahun 2021 terdapat 73.518 kasus dengan jumlah kematian mencapai 705 kasus. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas ovitrap berbahan plastik dengan jenis atraktan terhadap jumlah telur Aedes aegypti yang terperangkap. Penelitian ini dengan jenis eksperimen dengan desain Quacy Experiment dengan Posttest only design with nonequivalent groups sebagai rancangan penelitian. Jenis bahan plastik yang digunakan yaitu PET (Polyethylene Terephthalate), HDPE (High Density Polyenthylene), dan PP (Polypropylene) dan atraktan yang digunakan yaitu air rendaman sabut kelapa konsentrasi 25% dan air rendaman jerami konsentrasi 25%. Analisis Faktorial Anova menunjukkan bahwa jenis atraktan mendapatkan hasil p ≤ 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat perbedaan signifikan berbagai jenis atraktan. Adapun jenis atraktan yang paling efektif yaitu air rendaman jerami konsentrasi 25%. Simpulan jumlah telur Aedes aegypti yang terperangkap dipengaruhi oleh jenis atraktan dan tidak dipengaruhi oleh jenis bahan plastik yang digunakan.
Hubungan Intensitas Suara dengan Kelelahan Mental Pekerja Pemotong Batu Alam Home Industry Tahun 2024 Andin Nahdah; Zaeni Budiono; Iqbal Ardiansyah
Buletin Keslingmas Vol 44, No 1 (2025): BULETIN KESLINGMAS VOL. 44 NO. 1 TAHUN 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v44i1.12411

Abstract

Penerapan tindakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) penting untuk mengurangi insiden kecelakaan di lingkungan kerja. Kebisingan merupakan salah satu risiko fisik yang terkait erat dengan operasi industri. Hasil survei pendahuluan di lokasi penelitian menggambarkan pekerja harus berteriak atau berbicara keras agar pekerja lain dapat mendengarnya. Hasil pengukuran kebisingan pada survei pendahuluan sebesar 84,72 dBA pada titik 1, 90,3 dBA pada titik 2 dan 89,6 dBA pada titik 3, serta ditemukan dua pekerja mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas suara dengan kelelahan mental pekerja pemotong batu alam Home Industry tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan desain cross sectional dengan variabel bebas intensitas suara dan variabel terikat kelelahan mental. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pekerja yang berjumlah 80 pekerja dengan sampel berjumlah 35 pekerja yang berinteraksi langsung dengan mesin pemotongan di bagian pemotongan. Analisis data dilakukan secara bivariat (uji chi-square dengan α. = 0.05). Hasil uji statistik intensitas suara rata-rata 107.731 dBA dengan standar deviasi 3.1740 dBA. Intensitas suara terendah 102.7 dBA dan intensitas suara tertinggi 114.3 dBA. Dua belas pekerja mengalami kelelahan mental dan dua puluh tiga pekerja tidak mengalami kelelahan mental. Tidak ada hubungan intensitas suara dengan kelelahan mental. Pertimbangkan rotasi pekerjaan agar pekerja tidak terpapar kebisingan secara terus-menerus.
Pola Kejadian Stunting Berdasarkan Air Bersih, Sumber Air Minum, Sanitasi Dan Kebersihan Rumah Bintoro, Nanda Fridiani; Ardiansyah, Iqbal
Jurnal Sanitasi Lingkungan Vol 5 No 1 (2025): Jurnal Sanitasi Lingkungan
Publisher : Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jsl.v5i1.2740

Abstract

Latar Belakang : Stunting masih menjadi masalah kesehatan pada 1000 hari pertama kehidupan dengan faktor langsung dan tidak langsung. Kelurahan Pasarbatang memiliki prevalensi stunting tertinggi kedua di wilayah kerja Puskesmas Brebes dengan 48 kasus pada tahun 2024. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kejadian stunting berdasarkan penyediaan air bersih, sumber air minum, sarana pembuangan tinja dan kebersihan lingkungan. Metode : Penelitian deskriptif menggunakan 22 sampel penderita stunting usia 0-2 tahun yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara, kemudian dianlisis menggunakan tabulasi, deskripsi, dan identifikasi pola berdasarkan faktor dominan. Variabel yang dianalisis mencakup faktor sanitasi, perilaku, dan riwayat penyakit. Hasil : Mayoritas keluarga memilki pendapatan di bawah UMK (59%) dan balita memiliki riwayat diare (77%). Faktor sanitasi meliputi jarak sumber air bersih dan pencemar yang tidak memenuhi syarat (64%), penggunaan PDAM/PAM untuk air minum (55%), kebiasaan membuang tinja baduta tidak tepat (68%) dan praktik CTPS yang kurang baik (55%). Faktor dominan adalah jarak sumber air bersih dengan pencemar yang tidak memenuhi syarat dan kebiasaan membuang tinja baduta tidak tepat. Kesimpulan: Peningkatan sanitasi diperlukan dengan fokus pada jarak sumber air bersih dan pencemar, pengolahan air bersih, serta edukasi CTPS pada keluarga baduta penderita stunting di Kelurahan Pasarbatang.
Sosial Demografi, Lingkungan, dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Case Fatality Rate COVID-19:Analisis Ekologi di Jawa Tengah Ardiansyah, Iqbal; Subagiyo, Agus; Widyanto, Arif; Rifqi Maulana, Muhammad; Susiyanti; Abdullah, Sugeng; Ihwani Tantia Nova, Rusyda
Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/bjkl.v5i1.4119

Abstract

Latar Belakang: Jawa Tengah, salah satu provinsi utama Indonesia, menghadapi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2021, naik dari 4,4% menjadi 6,2%, menempatkannya di antara tiga provinsi teratas dengan CFR tertinggi di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis faktor sosial demografi, lingkungan, dan layanan kesehatan terhadap CFR COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah. Metode: Desain penelitian ini adalah studi ekologi exploratory. Data dihimpun dari 29 kabupaten dan 6 kota di Jawa Tengah selama periode 2020-2023. Variabel dependen adalah Tingkat Kematian Kasus COVID-19 (CFR), sedangkan variabel independen meliputi faktor sosio-demografis (kepadatan penduduk, Indeks Pembangunan Manusia/IPM, kunjungan wisatawan), cakupan layanan kesehatan (jumlah seluruh tenaga kesehatan, tenaga kesehatan komunitas, tenaga sanitasi lingkungan), dan faktor lingkungan (akses sanitasi yang layak, akses air minum bersih, curah hujan, dan jumlah hari hujan). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan regresi linier sederhana. Hasil: Korelasi positif yang signifikan antara jumlah tenaga kesehatan per luas wilayah dengan CFR (r = 0,43, p = 0,009) dan antara rasio populasi terhadap tenaga kesehatan dengan CFR (r = 0,43, p = 0,010) pada 2021-2022. Selain itu, akses rumah tangga ke air minum bersih menunjukkan korelasi yang signifikan dengan CFR (r = 0,40, p = 0,018). Namun, faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, HDI, dan curah hujan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan CFR. Kesimpulan: distribusi tenaga kesehatan dan akses air minum bersih memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian COVID-19, Studi ini memberikan wawasan berharga untuk pembuatan kebijakan dalam upaya mitigasi pandemi, terutama di daerah dengan karakteristik demografis dan lingkungan yang serupa.
Retraksi: Pola Kejadian Stunting Berdasarkan Air Bersih, Sumber Air Minum, Sanitasi Dan Kebersihan Rumah Bintoro, Nanda Fridiani; Ardiansyah, Iqbal
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 20 No 1 (2025): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v20i1.2730

Abstract

Artikel ini ditarik sesuai permintaan author karena sudah dipublish di Jurnal Sanitasi Poltekkes Palembang pada tanggal 02 Mei 2025. Adapun link artikel yang sudah dipublish: Pola Kejadian Stunting Berdasarkan Air Bersih, Sumber Air Minum, Sanitasi Dan Kebersihan Rumah | Jurnal Sanitasi Lingkungan
Kelembaban dan Kecepatan Angin sebagai Masalah Utama Kesehatan Lingkungan Kerja Hotel Wardono, Hari Rudijanto Indro; Putri, Kalasta Ayunda; Budiono, Zaeni; Ardiansyah, Iqbal
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 16, No 3 (2025): Juli-September 2025
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf16305

Abstract

In companies, including hotels, good working conditions not only impact productivity but are also directly related to employee health and well-being. The purpose of this study was to evaluate the working environment conditions in the hotel industry, including temperature, humidity, lighting, dust content, wind speed, floor area, and ventilation area. The study used a descriptive survey method. Data were collected through direct observation and physical measurements in various hotel rooms. Data were analyzed using descriptive statistics and then compared to quality standards. The analysis showed that the average for each indicator was temperature = 25.9°C (in accordance with quality standards), humidity = 78.8% (not in accordance with quality standards), lighting = 1,167.7 lux (in accordance with quality standards), dust levels = 0.09 µg/m³ (in accordance with quality standards), and wind speed = 1.33 m/s (not in accordance with quality standards). Meanwhile, floor area and ventilation area were in accordance with quality standards. Furthermore, it was concluded that humidity and wind speed, or air circulation, were the main environmental health problems in the hotel.Keywords: hotel; environmental health; humidity; air circulation ABSTRAK Dalam perusahaan, termasuk hotel, kondisi lingkungan kerja yang baik tidak hanya berdampak pada produktivitas perusahaan, tetapi juga secara langsung terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi lingkungan kerja industri perhotelan, yang mencakup suhu, kelembaban, pencahayaan, kadar debu, kecepatan angin, luas lantai dan luas ventilasi. Penelitian dilakukan dengan metode survei deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi langsung dan pengukuran fisik pada berbagai ruangan hotel. Analisis data dilakukan dengan metode statistika deskriptif lalu dibandingkan dengan baku mutu. Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata untuk masing-masing indikator adalah suhu = 25,9°C (sesuai baku mutu), kelembaban = 78,8% (tidak sesuai baku mutu), pencahayaan = 1.167,7 lux (sesuai baku mutu), kadar debu = 0,09 µg/m³ (sesuai baku mutu), dan kecepatan angin = 1,33 m/s (tidak sesuai baku mutu). Sementara itu, luas lantai dan luas ventilasi telah sesuai dengan baku mutu. Selanjutnya disimpulkan bahwa kelembaban dan kecepatan angin atau sirkulasi udara merupakan masalah utama kesehatan lingkungan di hotel terkait.Kata kunci: hotel; kesehatan lingkungan; kelembaban; sirkulasi udara
Analisis Spasial Faktor Sosial, Pelayanan Kesehatan, dan Lingkungan terhadap Kasus COVID-19 di Jawa Tengah Ardiansyah, Iqbal; Maulana, Muhammad Rifqi; Susiyanti, Susiyanti; Abdullah, Sugeng; Subagiyo, Agus; Widyanto, Arif; Nova, Rusyda Ihwani Tantia
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 24, No 3 (2025): Oktober 2025
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.76257

Abstract

Latar belakang: Tahun 2022, tingkat positif di Jawa Tengah 40,9% melampaui ambang batas WHO (< 5%). COVID-19 menunjukkan pola yang kompleks oleh berbagai variabel seperti, sosial pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara faktor sosial, pelayanan kesehatan, dan lingkungan terhadap distribusi spasial tingkat kerentanan kasus COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah.Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain ekologi eksploratori. Unit analisis 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Data agregat tahun 2022 dengan variabel dependen jumlah kumulatif kasus COVID-19. Variabel independen faktor sosial (jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan penduduk usia >15 tahun, indeks pembangunan manusia (IPM), jumlah turis domestik, Jumlah turis mancanegara), faktor pelayanan kesehatan (jumlah tenaga kesehatan, jumlah tenaga sanitasi lingkungan, akses terhadap sanitasi layak, dan akses terhadap air minum layak). faktor lingkungan (curah hujan rata-rata, kelembapan udara, suhu rata-rata, serta kecepatan angin luas wilayah, serta elevasi rata-rata wilayah). Data diperoleh dari instansi nasional (BPS dan Dinkes Provinsi Jawa Tengah) dan internasional (NASA). Dianalisis menggunakan pemodelan regresi Ordinary Least Squares dengan teknik stepwise backward elimination serta validasi uji asumsi klasik dan autokorelasi spasial. Hasil Pemodelan visualisasikan dengan bentuk peta distribusi tingkat kerentanan berbasis kuartil.Hasil: Variabel yang berasosiasi dengan kasus COVID-19 adalah jumlah penduduk (B = 0,0164), jumlah penduduk miskin (B = -0,0951), jumlah wisatawan domestik (B = 0,0047), jumlah tenaga kesehatan (B = 3,3453), dan suhu rata-rata (B = -2638,61) dengan kekuatan prediktif model (R² = 0,9266), Distribusi spasial menunjukan wilayah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi seperti Kota dan Kabupaten Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara.Simpulan: Faktor sosial (jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, wisatawan domestik), Faktor Pelayanan Kesehatan (jumlah tenaga kesehatan), dan Lingkungan (suhu rata-rata) merupakan determinan signifikan dengan kasus COVID-19 Jawa Tengah. Distribusi spasial menunjukan 6 wilayah di jawa tengah memiliki tingkat kerentanan Sangat tinggi. ABSTRACT Title: Spatial Analysis of Social, Health Service, and Environmental Factors Associated with COVID-19 Cases in Central JavaBackground: In 2022, the positivity rate in Central Java reached 40.9%, surpassing the WHO threshold (<5%). COVID-19 displays a complex pattern driven by various variables, including social conditions, healthcare services, and environmental factors. This study aims to analyze the association of social conditions, healthcare services, and environmental factors with the spatial distribution of COVID-19 vulnerability in Central Java Province.Method: This quantitative study employed an exploratory ecological design. The analytical units comprised the 35 regencies and cities of Central Java. The study used aggregated 2022 data and set the cumulative number of COVID-19 cases as the dependent variable. Independent variables included social factors (total population, number of people in poverty, unemployment rate, education level of the population aged over 15 years, Human Development Index (HDI), number of domestic tourists, and number of international tourists); healthcare service factors (number of healthcare workers, number of environmental sanitation personnel, access to adequate sanitation, and access to safe drinking water); and environmental factors (mean rainfall, humidity, average temperature, wind speed, territorial area, and mean elevation). The study obtained data from national agencies (Statistics Indonesia (BPS) and Provincial Health Office of Central Java ) and international sources (NASA). The study analyzed the data using Ordinary Least Squares (OLS) regression with backward stepwise elimination and validated the classical OLS assumptions and spatial autocorrelation. The study visualized the modeling results as quartile-based maps showing the spatial distribution of vulnerability.Result: Variables associated with COVID-19 cases were total population (B = 0.0164), number of people living in poverty (B = -0.0951), number of domestic tourists (B = 0.0047), number of healthcare workers (B = 3.3453), and mean temperature (B = -2638.61). The model exhibited strong predictive power (R² = 0.9266). Spatial distribution showed areas with very high vulnerability, including Semarang City and Semarang Regency, Surakarta City, Magelang Regency, Klaten Regency, Banyumas Regency, and Banjarnegara Regency.Conclusion: Social factors (total population, number of people living in poverty, and number of domestic tourists), the healthcare service factor (number of healthcare workers), and the environmental factor (mean temperature) were significant determinants of COVID-19 cases in Central Java. Spatial analysis identified six areas in Central Java with very high vulnerability.