Sugeng Abdullah, Sugeng
Environmental Health Department, Polytechnic Health Ministry of Semarang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SCOURING-RUSH HORSETAIL’S (Equisetum hyemale) CAPABILITY TO REDUCE DETERGENT, COD AND PHOSPHAT (PO4) LEVELS OF LAUNDRY WASTEWATERIN PURWOKERTO IN 2016 Wardono, Hari Rudijanto Indro; Abdullah, Sugeng; Budiono, Zaeni
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No 1 (2017)
Publisher : Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.868 KB)

Abstract

Background: There will be an increasing demand for goods and services as a result of rapid economic growth and development, increasing activities in the society, and also with the establishment of universities. This has caused the emergence of some laundry business that aims to alleviate the burden on society. The emergence of the laundry business may cause environmental pollution, especially in the levels of detergent, if the waste generated is not treated before it is discharged. Therefore, it is necessary to find a method to treat waste efficiently. One of the ways is to employ phytoremediation using scouring-rush horsetail (Equisetum hyemale). Aims: The purpose of this study is to analyze the scouring-rush horsetail media’s ability in decreasing the levels of detergent, Phosphate (PO4), and COD of laundry waste. Methods: This type of research is called true experiment with design randomized control group pretest-posttest. The data is analyzed using Analysis of Covariance (ANCOVA) statistical test. Results: The results of the analysis showed that there are influences from the residence time, the scouring-rush horsetail’s (Equisetum hyemale) ability and the continuous process by reducing the levels of detergent (88.9%), COD (99.5%), and PO 4 (63.4%). Scouring-rush horsetail media has an average efficiency of COD reduction (90%), PO 4 (51%), and Detergents (86%). The value of Detergents, COD, and PO4 level in laundry wastewater after treatment by using scouring-rush horsetail (Equisetum hyemale) with a residence time (0 day, 1 day, 3 days and 7 days) based on Government Regulation No. 82 of 2001 on the Management of Water Quality and Water Pollution Control has been under NAB. Conclusion: It is necessary to make additional acclimatization time in the study using a scouring- rush horsetail to reduce the levels of COD, phosphate and detergent. It is advisable to plant the scouring-rush horsetail in the tub as high as 30 cm, thus the water can be pooled. 
Pendampingan Pengelolaan Sampah Serbaguna Akan Kehidupan (LAMPAH SAE) Marsum, Marsum; Ma'ruf, Fauzan; Abdullah, Sugeng; Hilal, Nur
Jurnal LINK Vol 21, No 1 (2025): MEI 2025
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/link.v21i1.12686

Abstract

Pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap pengurangan dan pengolahan sampah sehingga timbulan sampah yang dihasilkan belum dapat dikurangi. Dengan program 3R pengelolaan sampah melalui program LAMPAH SAE yang dilakukan lebih difokuskan pada tahap pengurangan dan pengolahan sampah, sehingga pengelolaan sampah secara terpadu dapat diwujudkan dengan menitik beratkan penanganan sampah dari rumah tangga. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Banyumas. Metode: pengabmas ini dilakukan melalui sosialisasi dan pendampingan kepada perwakilan masyarakat. Kegiatan dengan melakukan praktik-stimulan komposting. Kegiatan pengabmas telah memberikan perubahan terhadap pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah melalui pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti membuat kompos dengan menggunakan metode komposting, masyarakat dibekali bahan stimulus dengan plenter bag. Stimulan ini diharapkan menjadi tindaklanjut kegiatan pengabmas. Akhir proses pendampingan pengabmas dilakukan dengan monitoring pemanfaatan dan pemanenan kompos pada planter bag. Adanya pendampingan tentang sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos ini, telah menunjukkan bahwa kegiatan komposting ini telah mengurangi volume sampah rumah tangga yang sekarang ini. Dan sebagai saran bahwa kegiatan pemanfaatan ini dapat diterapkan secara maksimal seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Sosial Demografi, Lingkungan, dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Case Fatality Rate COVID-19:Analisis Ekologi di Jawa Tengah Ardiansyah, Iqbal; Subagiyo, Agus; Widyanto, Arif; Rifqi Maulana, Muhammad; Susiyanti; Abdullah, Sugeng; Ihwani Tantia Nova, Rusyda
Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/bjkl.v5i1.4119

Abstract

Latar Belakang: Jawa Tengah, salah satu provinsi utama Indonesia, menghadapi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2021, naik dari 4,4% menjadi 6,2%, menempatkannya di antara tiga provinsi teratas dengan CFR tertinggi di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis faktor sosial demografi, lingkungan, dan layanan kesehatan terhadap CFR COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah. Metode: Desain penelitian ini adalah studi ekologi exploratory. Data dihimpun dari 29 kabupaten dan 6 kota di Jawa Tengah selama periode 2020-2023. Variabel dependen adalah Tingkat Kematian Kasus COVID-19 (CFR), sedangkan variabel independen meliputi faktor sosio-demografis (kepadatan penduduk, Indeks Pembangunan Manusia/IPM, kunjungan wisatawan), cakupan layanan kesehatan (jumlah seluruh tenaga kesehatan, tenaga kesehatan komunitas, tenaga sanitasi lingkungan), dan faktor lingkungan (akses sanitasi yang layak, akses air minum bersih, curah hujan, dan jumlah hari hujan). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan regresi linier sederhana. Hasil: Korelasi positif yang signifikan antara jumlah tenaga kesehatan per luas wilayah dengan CFR (r = 0,43, p = 0,009) dan antara rasio populasi terhadap tenaga kesehatan dengan CFR (r = 0,43, p = 0,010) pada 2021-2022. Selain itu, akses rumah tangga ke air minum bersih menunjukkan korelasi yang signifikan dengan CFR (r = 0,40, p = 0,018). Namun, faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, HDI, dan curah hujan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan CFR. Kesimpulan: distribusi tenaga kesehatan dan akses air minum bersih memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian COVID-19, Studi ini memberikan wawasan berharga untuk pembuatan kebijakan dalam upaya mitigasi pandemi, terutama di daerah dengan karakteristik demografis dan lingkungan yang serupa.
Analisis Spasial Faktor Sosial, Pelayanan Kesehatan, dan Lingkungan terhadap Kasus COVID-19 di Jawa Tengah Ardiansyah, Iqbal; Maulana, Muhammad Rifqi; Susiyanti, Susiyanti; Abdullah, Sugeng; Subagiyo, Agus; Widyanto, Arif; Nova, Rusyda Ihwani Tantia
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 24, No 3 (2025): Oktober 2025
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.76257

Abstract

Latar belakang: Tahun 2022, tingkat positif di Jawa Tengah 40,9% melampaui ambang batas WHO (< 5%). COVID-19 menunjukkan pola yang kompleks oleh berbagai variabel seperti, sosial pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara faktor sosial, pelayanan kesehatan, dan lingkungan terhadap distribusi spasial tingkat kerentanan kasus COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah.Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain ekologi eksploratori. Unit analisis 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Data agregat tahun 2022 dengan variabel dependen jumlah kumulatif kasus COVID-19. Variabel independen faktor sosial (jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan penduduk usia >15 tahun, indeks pembangunan manusia (IPM), jumlah turis domestik, Jumlah turis mancanegara), faktor pelayanan kesehatan (jumlah tenaga kesehatan, jumlah tenaga sanitasi lingkungan, akses terhadap sanitasi layak, dan akses terhadap air minum layak). faktor lingkungan (curah hujan rata-rata, kelembapan udara, suhu rata-rata, serta kecepatan angin luas wilayah, serta elevasi rata-rata wilayah). Data diperoleh dari instansi nasional (BPS dan Dinkes Provinsi Jawa Tengah) dan internasional (NASA). Dianalisis menggunakan pemodelan regresi Ordinary Least Squares dengan teknik stepwise backward elimination serta validasi uji asumsi klasik dan autokorelasi spasial. Hasil Pemodelan visualisasikan dengan bentuk peta distribusi tingkat kerentanan berbasis kuartil.Hasil: Variabel yang berasosiasi dengan kasus COVID-19 adalah jumlah penduduk (B = 0,0164), jumlah penduduk miskin (B = -0,0951), jumlah wisatawan domestik (B = 0,0047), jumlah tenaga kesehatan (B = 3,3453), dan suhu rata-rata (B = -2638,61) dengan kekuatan prediktif model (R² = 0,9266), Distribusi spasial menunjukan wilayah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi seperti Kota dan Kabupaten Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara.Simpulan: Faktor sosial (jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, wisatawan domestik), Faktor Pelayanan Kesehatan (jumlah tenaga kesehatan), dan Lingkungan (suhu rata-rata) merupakan determinan signifikan dengan kasus COVID-19 Jawa Tengah. Distribusi spasial menunjukan 6 wilayah di jawa tengah memiliki tingkat kerentanan Sangat tinggi. ABSTRACT Title: Spatial Analysis of Social, Health Service, and Environmental Factors Associated with COVID-19 Cases in Central JavaBackground: In 2022, the positivity rate in Central Java reached 40.9%, surpassing the WHO threshold (<5%). COVID-19 displays a complex pattern driven by various variables, including social conditions, healthcare services, and environmental factors. This study aims to analyze the association of social conditions, healthcare services, and environmental factors with the spatial distribution of COVID-19 vulnerability in Central Java Province.Method: This quantitative study employed an exploratory ecological design. The analytical units comprised the 35 regencies and cities of Central Java. The study used aggregated 2022 data and set the cumulative number of COVID-19 cases as the dependent variable. Independent variables included social factors (total population, number of people in poverty, unemployment rate, education level of the population aged over 15 years, Human Development Index (HDI), number of domestic tourists, and number of international tourists); healthcare service factors (number of healthcare workers, number of environmental sanitation personnel, access to adequate sanitation, and access to safe drinking water); and environmental factors (mean rainfall, humidity, average temperature, wind speed, territorial area, and mean elevation). The study obtained data from national agencies (Statistics Indonesia (BPS) and Provincial Health Office of Central Java ) and international sources (NASA). The study analyzed the data using Ordinary Least Squares (OLS) regression with backward stepwise elimination and validated the classical OLS assumptions and spatial autocorrelation. The study visualized the modeling results as quartile-based maps showing the spatial distribution of vulnerability.Result: Variables associated with COVID-19 cases were total population (B = 0.0164), number of people living in poverty (B = -0.0951), number of domestic tourists (B = 0.0047), number of healthcare workers (B = 3.3453), and mean temperature (B = -2638.61). The model exhibited strong predictive power (R² = 0.9266). Spatial distribution showed areas with very high vulnerability, including Semarang City and Semarang Regency, Surakarta City, Magelang Regency, Klaten Regency, Banyumas Regency, and Banjarnegara Regency.Conclusion: Social factors (total population, number of people living in poverty, and number of domestic tourists), the healthcare service factor (number of healthcare workers), and the environmental factor (mean temperature) were significant determinants of COVID-19 cases in Central Java. Spatial analysis identified six areas in Central Java with very high vulnerability.