Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN LOGAM FE(II) TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN FITOPLANKTON CHLORELLA VULGARIS DAN PORPHYRIDIUM CRUENTUM Rizky, Yusi Anda; Suharja, Jaya; Dirga, Ayusti; Ilham, Ilham
Program Kreativitas Mahasiswa - Penelitian PKM-P 2013
Publisher : Ditlitabmas, Ditjen DIKTI, Kemdikbud RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.254 KB)

Abstract

Research about the Effect of Fe(II) Addition Toward Growth rate of Phytoplankton Chlorella vulgaris and Porphyridium cruentum have been done.  It used sea water that was added by Conway medium and vitamin as culture media on the second species of phytoplankton test. Exposure of Fe (II) was conducted in culture media whose concentration were 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,5; and 2,0 ppm in order to increase the growth rate of phytoplankton. The result indicated that phytoplankton C. vulgaris is the higher cell density 3.060 x 104 cell/mL.  Maximum tolerance concentration of Fe (II) by phytoplankton C. vulgaris is   0,6 ppm and density cell is 9.612 x 104 cell/mL. Keywords: Chlorella vulgaris, Fe(II), Growth rate, Phytoplankton, Porphyridium cruentum
Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) dalam Menghambat Pertumbuhan Serratia marcescens Indas Wari Rahman; Risky Nurul Fadlilah RN; Ka'bah; Hasti Nova Kristiana; Ayusti Dirga
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2022): Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jal.v13i1.20452

Abstract

Serratia marcescens merupakan flora normal atau mikrobiota pada usus tetapi akan menjadi patogen oportunistik ketika terjadi infeksi secara bakterimia. Bakteri ini juga dapat menjadi penyebab infeksi nosokomial dan infeksi sekunder pada penyakit yang terjadi di saluran cerna, seperti demam tifoid. Pengobatan yang disebabkan oleh infeksi bakteri dikendalikan dengan antibiotik, namun terapi antibiotik yang tidak terkendali akan menyebabkan resistensi antibiotik terhadap bakteri, sehingga perlu pengobatan alternatif seperti pemanfaatan tanaman obat sebagai pengganti antibiotik. Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen adalah jambu biji (Psidium guajava). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui zona hambat ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dalam menghambat pertumbuhan Serratia marcescens. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan pengujian beberapa konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan metode difusi sumuran, menggunakan bakteri uji yang diisolasi dari sampel darah pasien demam tifoid. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) pada konsentrasi 5% dan 10% tidak terdapat zona bening, sedangkan konsentrasi 15% dan 25% didapatkan nilai rata-rata zona hambat 7.38 mm dan 8.47 mm. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Serratia marcescens pada konsentrasi minimum 15%.
Uji Daya Hambat Daun Ketepeng Cina terhadap Pertumbuhan Malassezia furfur Penyebab Tinea versicolor Ayusti Dirga; Indas Wari Rahman; Muh. Yunasdy
J-HEST Journal of Health Education Economics Science and Technology Vol. 3 No. 2 (2021): Journal of Health, Education, Economics, Science, and Technology
Publisher : Polewali: Dewan Pengurus Daerah Sulawesi Barat Forum Dosen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.04 KB) | DOI: 10.36339/jhest.v3i2.55

Abstract

Tinea versicolor merupakan infeksi jamur yang terdapat pada permukaan kulit, penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezzia furfur. Penyakit merupakan infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan munculnya makula di permukaan kulit, skuama halus, dan disertai rasa gatal pada kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui zona hambat dan menentukan konsentrasi KHM ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata. L) dalam menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur. Penelitian ini termasuk penelitian eksprimen bersifat deskriftif .Metode yang digunakan yaitu metode Kirby Bauer. Kemudian data yang dianalisis dan disimpulkan. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata. L) pada kosentrasi 20%, 40%, dan 60% menunjukkan adanya zona hambat didapatkan nilai rata-rata zona hambat kosentrasi 4.6 mm, 8,2 mm 10,23 mm. Kesimpulan dari 3 kosentasi 20%, 40%, dan 60% dengan nilai rata-rata zona hambat 4.6 mm, 8,2 mm, 10,23 mm dan kontrol positif 13,9 mm sedangkan zona hambat KHM adalah 20%
Deteksi Dini Obesitas Berdasarkan Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Siswa SMA Wahyu Kota Makassar Dirga, Ayusti; Risky Nurul Fadlila R.N; Andi Maya Kesrianti
MULTIPLE: Journal of Global and Multidisciplinary Vol. 2 No. 8 (2024): Agustus
Publisher : Institute of Educational, Research, and Community Service

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka kejadian obesitas pada remaja mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh usia, berat badan, aktivitas tubuh, jenis kelamin, genetik, distribusi lemak tubuh, asupan makanan, pengetahuan gizi dan pola hidup seseorang. Obesitas dapat diketahui dengan pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) menggunakan data berat badan dan tinggi badan. Tujuan Kegiatan ini yaitu mendeteksi secara dini obesitas dengan pemeriksaan IMT pada siswa Kelas XI SMA Wahyu Kota Makassar serta memberikan pemahaman kepada siswa dan guru tentang bahaya obesitas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode purposive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi. Pengambilan data dilakukan dengan mendata jenis kelamin, mengukur berat badan dan tinggi badan masing-masing anak, kemudian dihitung IMT-nya dengan rumus. Hasil pemeriksaan IMT pada siswa kelas XI SMA Wahyu  menunjukkan terdapat 4 orang anak (8,70%) obesitas, 6 orang (13,04%) overweight, 14 orng (30,43%) underweight dan 22 orang (47,83%) normal. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian obesitas masih rendah, namun tetap harus diberi edukasi agar tidak terjadi peningkatan.
Deteksi Gen blaTEM Salmonella typhi sebagai Penanda Resistensi Ampisilin Pada Sampel Darah Pasien Demam Tipoid Nurfitri Arfani; Indas Wari Rahman; A. Meryam Susanti; Andi Maya Kesrianti; Hilda Suku; Risky Nurul Fadlila RN; Ayusti Dirga
MULTIPLE: Journal of Global and Multidisciplinary Vol. 2 No. 8 (2024): Agustus
Publisher : Institute of Educational, Research, and Community Service

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Deman tifoid adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi, dengan penularan melalui jalur fekal oral pada makanan dan minuman yang terkontaminasi kemudian masuk ke tubuh. Penanganan demam tifoid biasanya menggunakan jenis antibiotik ampisilin, penisilin, amoksisilin, namun penggunaan antibiotik ini sudah banyak yang mengalami resistensi antibiotik. Salah satu antibiotik yang sering mengalami resistensi adalah ampisilin yang dikode oleh gen blaTEM (ꞵ-Lactamase Temoneira) pada Salmonella typhi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi gen blaTEM Salmonella typhi sebagai penanda resistensi ampisilin pada penderita demam tipoid. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross sectional study menggunakan sampel darah untuk mendeteksi spesies bakteri dan gen pengkode resistensi dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil penelitian menunjukkan dari 20 sampel yang dideteksi Salmonella typhi, ditemukan satu sampel yang positif berdasarkan hasil visualisasi elektroforesis yaitu pada target pita 401 bp, kemudian sampel yang positif tersebut dilanjutkan deteksi gen dan ditemukan gen blaTEM pada target pita 717 bp. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdeteksi satu sampel (5%) gen blaTEM Salmonella typhi dari sampel darah penderita demam tifoid dengan metode PCR
Uji Daya Hambat Ekstrak Jahe Merah (Zinger officinale var. Rubrum) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Penyebab Diare Ayusti Dirga; Indas Wari Rahman; Desyani Ariza; Sebastiana Elsye Teniwut
MULTIPLE: Journal of Global and Multidisciplinary Vol. 2 No. 9 (2024): September
Publisher : Institute of Educational, Research, and Community Service

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Escherichia coli merupakan flora normal pada usus manusia maupun hewan yang dapat menjadi patogen apabila jumlahnya meningkat di dalam usus, sehingga bisa menyebabkan diare. Meluasnya resistensi bakteri terhadap obat-obatan mendorong pentingnya upaya untuk menemukan langkah alternatif dengan pemberian obat-obatan pencegah infeksi dari bahan alam. Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghambat bakteri Escherichia coli yaitu jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui zona hambat ekstrak jahe merah dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium dengan menggunakan metode difusi Kirby-Bauer (paper disk). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah pada konsentrasi 25% tidak terdapat zona bening (tidak dapat menghambat), sedangkan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% didapatkan rata-rata 4 mm, 5 mm, dan 7 mm. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak jahe merah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi hambat minimum 50%.
Gambaran Kadar Interleukin-10 (IL-10) pada Pasien Hepatitis B dengan Metode ELISA Susanti, A. Meryam; Rahman, Indas Wari; Dirga, Ayusti; RN, Risky Nurul Fadlila; Kesrianti, Andi Maya; Yulianti
Jurnal Riset Sains dan Kesehatan Indonesia Vol. 2 No. 1 (2025): Jan-Feb
Publisher : CV. Science Tech Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69930/jrski.v2i1.308

Abstract

Hepatitis B adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), dapat menimbulkan komplikasi serius seperti sirosis dan kanker hati dengan penularan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, air liur, cairan vagina, dan sperma. Pada saat terjadi inflamasi, sitokin yang ada dalam tubuh akan merespon atau mengenali jenis patogen virus yang masuk ke dalam tubuh. Interleukin-10 (IL-10) adalah sitokin dengan sifat anti-inflamasi kuat yang memainkan peran sentral dalam membatasi respon imun inang terhadap patogen. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kadar Interleukin 10 (IL-10) pada pasien Hepatitis B. Metode yang digunakan dalam mengukur kadar IL-10 adalah ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), dengan menggunakan spesimen serum pasien hepatitis B yang menjalani perawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar IL-10 pada semua pasien hepatitis B meningkat dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan adanya peradangan dan respon imun yang kuat pada pasien hepatitis B
Analisis Kadar Vitamin D Pada Diabetes Mellitus Tipe 2 Ariza, Desyani; Aspul, Ayudia Asmarani; Dirga, Ayusti; Wahid, Rifky Saldi A.
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol. 7 No. 2 (2025): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v7i2.9352

Abstract

Vitamin D diyakini membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap hormon insulin yang bertanggung jawab dalam mengatur kadar gula darah sehingga dapat mengurangi resiko resistensi insulin yang seringkali menjadi awal dari Diabetse Mellitus (DM) tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar vitamin D pada pasien DM tipe 2. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 yang diperiksa menggunakan Metode ELISA. Nilai normal kadar vitamin D 30-100 ng/mL. Hasil analisis kadar vitamin D pada pasien DM tipe 2 yaitu pasien dengan kadar vitamin D rendah sebanyak 7 pasien (23,3%), kadar vitamin D normal sebanyak 18 pasien (60%) dan kadar vitamin D tinggi sebanyak 5 pasien (16,6%). Kesimpulan pasien dengan kadar vitamin D normal lebih banyak dibandingkan dengan kadar vitamin D rendah dan kadar vitamin D tinggi.