Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Bandung Conference Series: Mining Engineering

Simulasi Potensi Gerakan Tanah Lereng Alami Akibat Perubahan Pola Hujan Wilayah Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Rakhman Yuda Prawira; Yunus Ashari; Dono Guntoro
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.149 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.1093

Abstract

Abstract. Landslide is one of the natural disasters that often occur in Indonesia. Lately, landslides have become more frequent and have resulted in fatalities. The landslide disaster itself is one of the geological aspects of the disaster which if it occurs it will be difficult to predict where and when the location of the landslide disaster will be. Cimenyan is one of the sub-districts that has relief units from topography with gentle slopes to steep mountains incised with slope percent ranging from 3% to 140%. The sub-district also has a rainfall of 1500 to 2500 mm per year, with this condition. In the calculation of the safety factor in case 5, it is found that areas that have the potential for ground motion are in cell (M,10) with an FK value of 1,235, cell (P,4) with an FK value of 1,199, cell (P,5) with an FK value of 1 .07, cell (Q,4) with FK value 1.223, and in cell (Q,5) with FK value 1.245. This value is then overlaid on the Cimenyan 2020 land cover map, but only in cells (M,10) Abstrak. Bencana tanah longsor/gerakan tanah merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Cimenyan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki unit relief dari topografi dengan lereng landai hingga bergunung curam tertoreh dengan persen kemiringan lereng berkisar 3% s/d 140 %. Kecamatan tersebut juga memiliki curah 1500 s/d 2500 mm per tahun, dengan keadaan tersebut tidak menutup kemungkinan Kecamatan Cimenyan akan mengalami kondisi pergerakan tanah. Pada hasil perhitungan faktor keamanan pada case 5 didapatkan daerah yang memiliki potensi terjadinya gerakan tanah yakni pada cell (M,10) dengan nilai FK 1,235, cell (P,4) dengan nilai FK 1,199, cell (P,5) dengan nilai FK 1,07, cell (Q,4) dengan nilai FK 1,223, dan pada cell (Q,5) dengan nilai FK 1,245. Nilai tersebut kemudian dilakukan overlay pada peta tutupan lahan Kecamatan Cimenyan 2020, namun hanya pada cell (M,10)
Penentuan Daerah Luahan (Discharge Area) di Utara Sesar Baribis Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat Tifana Amalya; Yunus Ashari; Noor Fauzi Isniarno
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (886.826 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.1414

Abstract

Abstract. The use of clean water to meet human needs is increasing along with the rise of population and technological developments. The fulfillment of the needs of clean water can be obtained from surface water or groundwater. Areas that utilize groundwater with a fairly large number are industrial areas such as Subang regency which is defined as the area of the potential industry according to the Ministry of Industry. The industrial area is located in the Northern part of the Fault Baribis Subang suspected of being in the recharge zone of the Subang groundwater basin. Therefore the groundwater conservation efforts are needed with the determination of the discharge areas to regulate the industrial zone so they did not take on the land recharge function. This research is intended to identify the emergence of the Spring and the quality of groundwater (Total Dissolved Solid and Electrical conductivity) as well as the Groundwater level in the determination of aquifer systems and the delineation of discharges zone. The springs are scattered with the discharge 0.1 – 18 l/sec are found in the form of a lake that still retain water during the long dry season. The emergence of the springs is controlled by the activity of the baribis fault and the presence of a layer of groundwater level is truncated by topography and the porous rocks that overlap the impermeable rocks layer. Based on the flownet dug wells and boreholes obtained the groundwater flow direction leads from the Ciater groundwater basin to Subang groundwater basin pass Non-groundwater basin (South to North). Based on the research it can be concluded that the Northern part of the Baribis Fault has 2 (two) system aquifer, which is an unconfined aquifer located in the Southern part with evidenced by the head of the groundwater level dug wells and bore wells are relatively the same and the confined aquifer in the industrial areas is evidenced by the head of the groundwater level wells being relatively higher. So the area of discharges can be described based on the information of the confined aquifer and the emergence of the springs in the study area. Abstrak. Pemanfaatan air bersih untuk memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk dan perkembangan teknologi. Pemenuhan kebutuhan air bersih dapat diperoleh dari air permukaan maupun airtanah. Daerah yang memanfaatkan airtanah dengan jumlah yang cukup besar adalah kawasan industri seperti Kabupaten Subang yang ditetapkan sebagai daerah potensi industri menurut Kementerian Perindustrian. Kawasan industri tersebut berlokasi di bagian Utara Sesar Baribis Kabupaten Subang yang diduga berada pada zona resapan CAT Subang. Maka dari itu, diperlukan upaya konservasi airtanah dengan penentuan zona luahan (discharge area) untuk menertibkan kawasan industri agar tidak mengambil fungsi lahan pada zona resapan (recharge area). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemunculan mata air dan kualitas airtanah (Total Dissolved Solid dan Daya Hantar Listrik) serta Muka Airtanah (MAT) dalam penentuan sistem akuifer dan deliniasi zona luahan. Mata air tersebar dengan debit 0,1 – 18 l/detik yang ditemukan dalam bentuk situ/danau yang masih menyimpan air saat musim kemarau panjang. Kemunculan mata air dikontrol oleh aktivitas sesar baribis dan adanya lapisan MAT yang terpotong topografi serta batuan porous yang menindih lapisan impermeable. Berdasarkan flownet sumur gali dan sumur bor diperoleh arah aliran airtanah mengarah dari CAT Ciater ke CAT Subang melewati Non CAT (Selatan ke Utara). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa bagian Utara Sesar Baribis berada pada 2 (dua) sistem akuifer yaitu akuifer tidak tertekan yang berada di bagian Selatan dibuktikan dengan head MAT sumur gali dan sumur bor yang relative sama dan akuifer tertekan di beberapa kawasan industri dibuktikan dengan head MAT sumur bor yang relative lebih tinggi. Sehingga daerah luahan dapat digambarkan berdasarkan informasi akuifer tertekan dan kemunculan mata air di daerah penelitian.
Optimasi Proses Kominusi Bijih Timah Primer Domain Oxide Menggunakan Alat Ball Mill di PT Timah Tbk UPTP Batu Besi, Desa Burong Mandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Hardianti Putri; Yunus Ashari; Solihin
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.045 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.1887

Abstract

Abstract. Primary Tin Production Unit (UPTP) Batu Besi PT Timah Tbk is one of the mining companies with primary tin mineral deposits. Primary tin deposits are formed from the magmatism process of granite which is a carrier rock or source rock where tin ore is formed with many associated minerals and is bound to each other. There are three types of tin-bearing mineral domains, namely skarn, greissen, and oxide. One that is being processed is oxide with a mineral composition dominated by cassiterite minerals and iron oxide minerals. Tin ore is processed in several stages, namely the comminution stage, size uniformity, and concentration. The comminution process using a ball mill aims to reduce the size of the minerals that are bound together so that they can be properly liberated. Ball mill work with a wet process with the incoming feed material in the form of a slurry (a mixture of water and solids) so as to produce a certain percentage of solid. The grinding operation runs continuously, the material will be eroded due to the force of impact, compression, shear/chipping and abrasion of the material with steel balls in it so as to produce a product in the form of material with a certain fraction. To get the right grain size, it is necessary to pay attention to and optimize the control variables that can affect the grinding process, namely the feed size and the percent solid value used. To determine the exact size of the grinding results using a ball mill, it can be seen from the value of the degree of liberation of the cassiterite mineral in the oxide material. Experiments were carried out with 30 different percent solid values ​​which resulted in different grain sizes so that optimal scouring results could be known. Based on these experiments, the optimal grain size for the concentration process in the shaking table was -325 mesh with a solid percentage of 20%-35%. Abstrak. Unit Produksi Timah Primer (UPTP) Batu Besi PT Timah Tbk merupakan salah satu perusahaan tambang dengan endapan bahan galian timah primer. Endapan timah primer terbentuk dari proses magmatisme batu granit yang merupakan batuan pembawa atau batuan induk tempat bijih timah terbentuk dengan banyak mineral ikutan yang saling berasosiasi dan saling terikat. Terdapat tiga jenis domain mineral pembawa timah yaitu skarn, greissen, dan oxide. Salah satu yang sedang diolah adalah oxide dengan komposisi mineralnya didominasi oleh mineral kasiterit serta mineral oksida besi. Bijih timah diolah dengan beberapa tahapan, yaitu tahap kominusi, penyeragaman ukuran, serta konsentrasi. Proses kominusi menggunakan alat ball mill bertujuan untuk mereduksi ukuran mineral yang saling terikat sehingga dapat terliberasi dengan baik. Ball mill bekerja dengan proses basah (wet) dengan material umpan yang masuk berbentuk slurry (campuran air dan padatan) sehingga menghasilkan nilai persen solid tertentu. Operasi penggerusan berjalan secara kontinu, material akan tergerus karena adanya gaya impact, compression, shear/chipping dan abrasion dari material dengan bola-bola baja di dalamnya sehingga menghasilkan produk berupa material dengan fraksi tertentu. Untuk mendapatkan ukuran butir yang tepat perlu memperhatikan dan mengoptimasi variabel kontrol yang dapat mempengaruhi proses penggerusan yaitu ukuran umpan dan nilai persen solid yang digunakan. Untuk mengetahui ukuran yang tepat dari proses kominusi dengan menggunakan ball mill dapat dilihat dari nilai derajat liberasi mineral kasiterit pada material oxide. Percobaan dilakukan sebanyak 30 nilai persen solid yang berbeda-beda dan menghasilkan ukuran butir yang berbeda-beda pula, sehingga dapat diketahui hasil gerusan yang optimal. Berdasarkan percobaan tersebut diperoleh ukuran butir yang optimal untuk proses konsentrasi pada shaking table adalah -325 mesh dengan persen solid sebesar 20%-35%.
Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang pada Blok Selatan Iup Op Timah Primer di UPTP PT Timah Batubesi Desa Burongmandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Muhammad Yusup; Yunus Ashari; Noor Fauzi Isniarno
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.696 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.1998

Abstract

Abstract. UPTP PT Timah Batubesi is a company unit of PT Timah Tbk that carries out onshore mining activities for tin metal which is located in Burongmandi Village, Damar District, East Belitung Regency, Bangka-Belitung Islands Province. Prevention and control of runoff in the area of ​​block 4 IUP OP UPTP. The research method used to calculate the distribution of rainfall data and the volume of runoff water that enters the catchment of the research area for the needs of sump design, trench design, and settling pond design, is by using the frequency distribution analysis method, the mononobe method, and the E.J. method. Gumble and rational methods. The runoff water discharge value is sought from the rainfall value of 26.67 mm/day, rainfall intensity 9.24 mm/hour, catchment area 110.57 Ha, coefficient of runoff entering the mining area 0.9, obtained a discharge of 2 ,56 m3/sec. For the mine sump, the plan to accommodate runoff water is 15,033.42 m3/day located in pit block 4 with a design dimension of 50 m base length, 60 m surface length, 5 m depth, 45o sump wall slope, the mine sump volume is 15,096.67 m3. Overcoming runoff water that is accommodated in the mine sump by calculating the need for a pump of 1-unit multiflo MF420EXHV pump, with a pump discharge of 0.266m3/second with a total head of 171.37 m. Runoff water that is outside the catchment area of ​​the pit, especially runoff water at the disposal will be directed to a ditch which is divided into 10 segments. The trench is designed in a trapezoidal shape and there are two culverts using precest concrete culverts it takes 40 pieces with a pipe diameter of 500mm. With this design, it can drain runoff water of 3.14 m3/second. This trench outlet will be accommodated by a settling pond in each compartment of 81 m wide, 70 m long, and 3 m deep. Abstrak. UPTP PT Timah Batubesi merupakan unit perusahaan dari PT Timah Tbk yang melakukan kegiatan pertambangan darat untuk komoditas logam timah yang terletak di Desa Burongmandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Pencegahan dan penanggulangan air limpasan pada daerah blok 4 IUP OP UPTP. Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung distribusi data curah hujan dan volume air limpasan yang masuk dalam catchment area penelitian untuk kebutuhan desain sump, desain paritan, dan desain settling pond, yaitung dengan menggunakan metode analisis distribusi frekuensi, metode mononobe, metode E.J. .Gumble dan metode rasional. Nilai debit air limpasan yang dicari dari nilai curah hujan sebesar 26,67 mm/hari, intensitas curah hujan 9,24 mm/jam, luas catchment area 110,57 Ha, koefisien limpasan masuk lahan daerah tambang 0,9, didapatkan debit sebesar 2,56 m3/detik. Untuk mine sump rencana menampung air limpasan sebesar 15.033,42 m3/hari terletak pada pit blok 4 dengan dimensi rencana panjang alas 50 m, panjang permukaan 60m, kedalaman 5 m, kemiringan dinding sump 45o, didapatkan volume mine sump sebesar 15.096,67 m3. Penanggulangan air limpasan yang tertampung pada mine sump dengan menghitung kebutuhan pompa sebanyak 1-unit pompa multiflo MF420EXHV, dengan debit pompa sebesar 0,266m3/detik dengan total head sebesar 171,37 m. Air limpasan yang berada di luar catchment area pit terutama air limpasan pada disposal akan diarahkan dengan paritan yang dibagi menjadi 10 segmen. Paritan didesain berbentuk trapesium dan ada dua gorong-gorong dengan menggunakan gorong-gorong beton precest dibutuhkan 40 buah dengan diameter pipa sebesar 500mm. dengan desain tersebut dapat mengalirkan air limpasan sebesar 3,14 m3/detik. Outlet paritan ini akan ditampung oleh settling pond setiap kompartemen lebar 81 m, panjang 70 m, dan kedalaman 3 m.
Identifikasi Potensi Endapan Nikel Laterit Menggunakan Aplikasi Penginderaan Jauh (Remote Sensing) di PT. Asindo Internasional Perdana Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah Zehan Fahmi Qusyaery; Yunus Ashari; Novriadi
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (781.078 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.2404

Abstract

ABSTRACT. Along with the development of the current era, a lot of changes are very rapid, the same is the case with exploration activities, where this exploration activity aims to determine locations that have the potential for mineral deposits with certain characteristics, aspects of time, and more efficient costs. The results of previous exploration activities in the research area found the presence of laterite nickel deposits in ultra-alkaline rocks. Therefore, the purpose of this study was to apply remote sensing methods by proving the suitability of the results from image interpretation and the results of research in the field as areas that have the potential for laterite nickel deposits. The purpose of this study was to identify the characteristics of rock types, structures, and morphology in determining areas that have the potential for laterite nickel using remote sensing methods. In identifying areas with potential for nickel deposits, an analysis of Landsat 8 imagery was carried out in interpreted using ArcGis Version 10.3 software, based on hue/color and relief with a combination of several bands, to determine the distribution of surface lithology and weathering of the study area. Radar DEM SRTM images were used to interpret lineament patterns, Regional Geological Maps, and field observation data from previous exploration reports as data validation. The results from these data were used as a reference to determine the prospect areas for laterite nickel deposits, based on bedrock, structure, morphology, distribution of iron oxide minerals, and vegetation density. These aspects were correlated with each processed data and validated with the previous geological observation point data so that areas with the potential for laterite nickel deposits of ÷957 ha in the total IUP area of 3919 ha can be identified. Keywords: Remote sensing, Lithology, Lineament pattern, Stucture, Nickel. ABSTRAK. Seiring dengan perkembangan jaman pada saat ini banyak mengalami perubahan yang sangat pesat, sama hal nya dengan kegiatan eksplorasi, yang di mana kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk menentukan lokasi yang berpotensi adanya endapan bahan galian dengan ciri-ciri tertentu, aspek waktu, dan biaya yang lebih efisien. Hasil dari kegiatan eksplorasi terdahulu pada daerah penelitian, didapatkan keberadaan endapan nikel laterit pada batuan ultra basa, maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode penginderaan jauh dengan membuktikan kecocokan hasil dari interpretasi citra dan hasil penelitian di lapangan sebagai daerah yang berpotensi adanya endapan nikel laterit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik jenis batuan, struktur, dan morfologi dalam penentuan wilayah yang berpotensi keterdapatan endapan nikel laterit menggunakan metode penginderaan jauh. Dalam mengidentifikasi daerah berpotensi adanya endapan nikel dilakukan analisis terhadap Citra Landsat 8 yang diinterpretasi menggunakan software ArcGis Versi 10.3, berdasarkan rona/warna dan relief dengan kombinasi dari beberapa band, sehingga dapat mengetahui sebaran litologi permukaan dan pelapukan daerah penelitian. Citra Radar DEM SRTM digunakan untuk menginterpretasi pola kelurusan , Peta Geologi Regional, serta data pengamatan lapangan dari laporan eksplorasi terdahulu sebagai validasi data. Hasil dari data tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan daerah yang prospek untuk endapan nikel laterit, berdasarkan batuan dasar, struktur, morfologi, sebaran mineral iron oxide, dan kerapatan vegetasi. Aspek-aspek tersebut, kemudian dilakukan korelasi pada setiap data yang telah diolah dan validasi dengan data titik pengamatan geologi terdahulu, sehingga dapat diidentifikasi daerah yang berpotensi adanya endapan nikel laterit seluas ÷957 ha dari luas keseluruhan IUP sebesar 3919 ha. Kata Kunci: Penginderaan Jauh, litologi, pola kelurusan, struktur,nikel.
Klasifikasi Lokasi Usaha Pertambangan Mineral Logam di Indonesia Berdasarkan Risiko Bencana Alam Rendra Muhamad Safei; Yunus Ashari; Deni Firmansyah
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.409 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i2.3641

Abstract

Abstract. Indonesia has a high and diverse natural wealth, especially in the types of mining minerals. This mining activity has many risks, one of which is the risk of natural disasters, so the research aims to map the locations of metal mineral WIUPs, assess the magnitude of the disaster risk index for each region, and classify metal mineral WIUP locations based on disaster risk. In his research, he obtained data for metal mineral WIUP from ESDM in 2020 and the value of the disaster risk index from the IRBI 2020 book published by BNPB. This risk index value is then reclassified and mapped into each natural disaster. After successfully mapping the natural disaster index map, then the metal mineral WIUP will be merged spatially on the natural disaster risk index map. The number of metal mineral WIUPs in Indonesia is 1395 WIUPs for production operations spread over 31 of 34 provinces in Indonesia. Of the 34 provinces in Indonesia that have a high level of natural disaster risk, each province has 54 with earthquake risk, 242 with flood risk, 100 with tsunami risk, 8 with volcanic eruption risk, and 32 with landslide risk. For areas classified as high, there are 10 for earthquake risk, 53 flood risk, 42 tsunami risk, 12 volcanic eruption risk and 202 landslide risk. In 1395 metal mineral mining business locations as many as 1193 business locations have a combined natural disaster risk, With a classification that has a very high level of 87 locations, a high level of 255 locations, a medium level of 650 locations, a low level of 187 locations and a very low level of 14 locations. Abstrak. Indonesia memiliki kekayaan alam yang tinggi dan beragam terutama dalam jenis bahan galian tambang. Kegiatan pertambangan ini memiliki banyak sekali risiko salah satunya risiko bencana alam, sehingga pada penelitian bertujuan untuk memetakan lokasi WIUP mineral logam, menilai besaran indeks risiko bencana tiap daerah, dan mengklasifikasikan lokasi WIUP mineral logam berdasarkan risiko bencana Dalam penelitiannya didapatkan data WIUP mineral logam dari ESDM tahun 2020 dan nilai indeks risiko bencana dari buku IRBI 2020 yang diterbitkan oleh BNPB. Nilai indeks risiko ini kemudian diklasifikasikan kembali dan dipetakan menjadi masing – masing bencana alam. Setelah berhasil memetakan peta indeks bencana alam kemudian dilakukan penggabungan WIUP mineral logam secara spasial pada peta indeks risiko bencana alam. Jumlah WIUP mineral logam di Indonesia sebanyak 1395 WIUP operasi produksi yang tersebar di 31 dari 34 provinsi di Indonesia. Dari 34 Provinsi di Indonesia memiliki tingkat risiko bencana alam yang tinggi dengan masing – masing jumlah provinsi yakni 54 dengan risiko bencana gempa, 242 risiko banjir, 100 risiko tsunami, 8 risiko letusan gunung api, dan 32 risiko tanah longsor. Untuk wilayah yang diklasifikasikan menjadi tinggi yaitu 10 untuk risiko bencana gempa, 53 risiko banjir, 42 risiko tsunami, 12 risiko letusan gunung api dan 202 risiko tanah longsor. Dalam 1395 lokasi usaha pertambangan mineral logam sebanyak 1193 lokasi usaha memiliki risiko bencana alam gabungan, Dengan klasifikasi yang memiliki tingkatan sangat tinggi berjumlah 87 lokasi, tingkatan tinggi 255 lokasi, tingkatan menengah 650 lokasi, tingkatan rendah 187 lokasi dan tingkatan sangat rendah 14 lokasi.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan di Tambang Andesit PT. Gunung Kulalet Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung Dedi Saputra; Yunus Ashari
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i1.5116

Abstract

Abstract. Implementation of Mining Safety Management System (SMKP) in this study has a legal basis for carrying out the instructions of the Law of the Republic of Indonesia Number 1 of 1970 concerning occupational safety and health that every worker has the right to protection for his safety in doing work for the welfare of life and increasing production and national productivity, occupational safety and health are applied to all industries according to the needs of each industry, especially the mining industry. Referring to the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation Number 26 of 2018 concerning good mining rules and supervision of mineral and coal mining in Paragraph 1 Article 14 Number 4 mining occupational safety and health consists of at least 3 aspects, namely mining work safety which includes risk management, work safety programs which includes the prevention of accidents, fires, and other dangerous events, education and training on work safety, safety administration, emergency management, work safety inspections and accident prevention and investigation, mining occupational health aspects including worker/labor health programs, hygienic and sanitation, ergonomics, management of food, drink, and nutrition of workers/labor, and/or diagnosis and examination of occupational diseases and aspects of the mining work environment which contain company regulations, measurement, assessment and control of working environmental conditions. Implementation of the Mining Safety Management System (SMKP) in accordance with the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resources Number 1827 K 30 MEM 2018 concerning guidelines for the implementation of good mining engineering principles where the application of the Mining Safety Management System (SMKP) is assessed at least once a year, whether audit is carried out by internal parties or externally appointed in accordance with the terms and conditions of applicable law. This research is intended to develop a mining safety management system at PT. Gunung Kulalet in accordance with the current applicable law, the SMKP assessment approach based on the internal audit matrix of the SMKP implementation has a score of 81.6% which is included in the minor category requiring evaluation, adjustment to legal regulations and controls that need to be improved. Abstrak. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) dalam penelitian ini memiliki landasan hukum menjalankan perintah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja bahwasanya setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional, keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan pada semua industri sesuai dengan kebutuhan industri masing-masing terutama pada industri pertambangan. Mengacu kepada Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 tentang kaidah pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan mineral dan batubara pada Paragraf 1 Pasal 14 Nomor 4 keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan paling sedikit terdiri atas 3 aspek yaitu keselamatan kerja pertambangan yang meliputi manajemen risiko, program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan terjadinya kecelakaan, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya, pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja, administrasi keselamatan kerja, manajemen keadaan darurat, inspeksi keselamatan kerja dan pencegahan dan penyelidikan kecelakaan, aspek kesehatan kerja pertambangan meliputi program kesehatan pekerja/buruh, higienis dan sanitasi, ergonomis, pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh, dan/atau diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja dan aspek lingkungan kerja pertambangan yang memuat peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian dan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K 30 MEM 2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik di mana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) dilakukan penilaian minimal audit satu kali dalam satu tahun baik dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal yang ditunjuk sesuai syarat dan ketentuan dari hukum yang berlaku. Penelitian ini dimaksud untuk menyusun sistem manajemen keselamatan pertambangan di PT. Gunung Kulalet sesuai dengan hukum yang berlaku saat ini, pendekatan penilaian SMKP berdasarkan matrik audit internal penerapan SMKP memiliki nilai 81,6 % termasuk kedalam kategori minor diperlukan evaluasi, penyesuaian dengan regulasi hukum serta pengendalian yang perlu ditingkatkan.
Karakteristik Fisik dan Mekanik Pasta Fill Sebagai Material Backfill Pada Proses Ground Support Di Underground Kencana, PT. Nusa Halmahera Minerals, Provinsi Maluku Utara Hafizh Murtadho; Yuliadi; Yunus Ashari
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.7995

Abstract

Abstract. PT Nusa Halmahera Minerals is a mining company engaged in the gold mining business located in Gosowong, North Maluku. Mining is carried out with Open Pit Mining System and Underground Mining System using Open Pit Mini ng and Underhand Cut and Fill types. Geotechnical conditions in the Underground Mine are the main consent for the company by considering the safety of workers. There are several factors that can affect tunnel stability, including the condition of rock lithology, rock deformation, and groundwater conditions that interfere with ground support. Based on the actual situation in the field, there are still several active headings that are disturbed due to excessive groundwater which makes the mining cycle hampered due to the rehabilitation process, the presence of groundwater affects the condition of strengthening ground support in pasta fill (backfill) so that the tunnel has the potential to experience squeezing or shrinkage and rock collapse / collapse caused by load stress on rocks due to mining activities, Based on the results of observations and calculations, the 24% paste fill mix design conditions decreased in strength to 0.771 Mpa, with a Strength Factor value of 0.95 - 6. And get a total displacement value of 0.02 - 0.38 m. Geotechnic Monitoring Lidar validation states that there is movement in the roof and wall area in the K2-16 Sill area with a velocity value of 0.151 mm per day. Mix design recommendations affect the strengthening of ground support so as to maintain an optimal mining cycle and achieve the company's target. Abstrak. PT. Nusa Halmahera Minerals merupakan perusahaan tambang yang bergerak di bidang usaha pertambangan emas yang berlokasi di Gosowong, Maluku Utara. Penambangan dilakukan dengan Sistem Tambang Terbuka dan Sistem Tambang Bawah Tanah menggunakan jenis Open Pit Mining dan Underhand Cut and Fill. Kondisi geoteknik pada Tambang Bawah Tanah merupakan consent utama bagi perusahaan dengan mempertimbangkan keselamatan para pekerja. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan terowongan, diantaranya kondisi lithology batuan, adanya deformasi batuan, dan kondisi air tanah yang mengganggu terhadap ground supporting. Berdasarkan keadaan aktual di lapangan masih terdapat beberapa heading aktif yang terganggu akibat adanya air tanah yang berlebih sehingga membuat siklus penambangan terhambat akibat adanya proses rehab, adanya air tanah berpengaruh terhadap kondisi penguatan ground support pada pasta fill (backfill) sehingga terowongan berpotensi mengalami squeezing atau penyusutan dan runtuhnan batuan/collapse yang diakibatkan oleh load stress pada batuan akibat aktivitas penambangan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan kondisi mix design pasta fill 24% mengalami penurunan kekuatan menjadi 0,771 Mpa, dengan nilai Strength Factor sebesar 0.95 – 6. Dan mendapatkan nilai total displacement sebesar 0.02 – 0.38 m. Validasi Geotechnic Monitoring Lidar menyatakan adanya pergerakan pada area roof dan juga wall di area K2-16 Sill dengan nilai velocity 0.151 mm per harinya. Rekomendasi mix design berpengaruh terhadap penguatan ground support sehinga mampu menjaga siklus penambangan yang optimal dan mencapai target dari perusahaan.
Rencana Teknis dan Ekonomis Reklamasi Tambang Andesit PT XYZ di Desa Lagadar, Kampung Leuwidulang, Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Mestiya Gusjuliasih; Yunus Ashari; Zaenal
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8213

Abstract

Abstract. In the mining industry, reclamation activities are mandatory, because mining activities cause changes to the landscape and environmental damage. Reclamation is an activity to achieve achievements to make improvements regarding land that has experienced disturbances caused by mining activities. The existence of reclamation activities can be useful if adjusted to the requirements or designation. With the existence of reclamation activities, the aim is that the ex-mining land will be sustainable or green again. In order for reclamation activities to be optimal, it must involve several aspects including regarding technical and economic plans, because optimal reclamation results can restore soil conditions to be stable and can be grown with plants. The purpose of reclamation is to develop technical and economic plans, to make reclamation activities run efficiently and to know the total price for reclamation needs. Reclamation activities at PT XYZ will be carried out in one period with an area to be reclaimed of 3,42 Ha according to the area of the mine opening. Technical plan activities will use mechanical devices, namely the Komatsu PC200 Excavator, the Hino FM260JD Dump Truck, and the Komatsu D85A-21 Bulldozer. The main crops used in the revegetation activities are upland rice, corn, and interplants in the form of peanut trees. The reclamation technical plan that will be carried out is up to the stage of maintenance and maintenance in order to achieve the success criteria in reclamation. Treatment is carried out by embroidering and applying insecticides or weeding to the main plants and insert plants. The total cost of the reclamation plan resulting from this technical plan is IDR 690.309.497,-. Abstrak. Dalam industri pertambangan kegiatan reklamasi adalah hal yang wajib untuk dilakukan, karena kegiatan penambangan menyebabkan perubahan pada bentang alam dan kerusakan lingkungan. Reklamasi adalah kegiatan untuk meraih pencapaian untuk melakukan perbaikan mengenai lahan yang telah mengalami gangguan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan. Adanya kegiatan reklamasi dapat berguna apabila disesuaikan dengan persyaratan ataupun peruntukannya. Dengan adanya kegiatan reklamasi bertujuan agar lahan bekas pertambangan akan lestari atau hijau kembali lingkungannya. Agar kegiatan reklamasi menjadi optimal, maka harus melibatkan beberapa aspek, diantaranya mengenai rencana teknis dan ekonomis, karena hasil reklamasi yang optimal dapat mengembalikan kondisi tanah menjadi stabil dan dapat ditumbuhi dengan tanaman. Tujuan dilakukan reklamasi dengan menyusun rencana teknis dan ekonomis, dapat membuat kegiatan reklamasi berjalan dengan efesien dan dapat diketahui total harga untuk kebutuhan reklamasi. Kegiatan reklamasi pada PT XYZ akan dilakukan dalam satu periode dengan luas yang akan direklamasi sebesar 3,42 Ha sesuai dengan luasan bukaan tambang. Kegiatan rencana teknis akan menggunakan alat mekanis yaitu satu unit Backhoe Komatsu PC200, tiga unit Dump Truck Hino FM260JD, dan satu unit Bulldozer Komatsu D85A-21. Tanaman pokok yang digunakan dalam kegiatan revegetasi yaitu padi gogo, jagung, dan tanaman sisipan berupa kacang tanah. Rencana teknis reklamasi yang akan dilakukan yaitu hingga tahapan pemeliharaan dan perawatan agar tercapainya kriteria keberhasilan dalam reklamasi. Perawatan dilakukan dengan cara penyulaman serta pemberian insektisida atau penyiangan pada tanaman pokok dan tanaman sisipan. Adapun total biaya rencana reklamasi yang dihasilkan dari rencana teknis ini adalah Rp 690.309.497,-.
Manajemen Stockpile untuk Mencegah Terjadinya Self-Combustion di PLTU Banten 2 Labuan OMU Fajar Khoerul Alam; Solihin; Yunus Ashari
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.9218

Abstract

Abstract. PLTU Banten 2 Labuan OMU is a power plant company with the main fuel source being coal with calories 4000-4900 Kcal/kg with a land area of ​​64.45 Ha. This PLTU has a capacity of 2x300 MW of electricity. Self-combustion occurs due to the reaction of the carbon content in coal with oxygen gas in the air. The problem that arises in the Banten 2 Labuan OMU PLTU stockpile is the frequent occurrence of self-burning due to the ineffective implementation of the FIFO (Frist In Frist Out) management system. The sampling technique for stockpile temperature data was carried out at 12 stockpile 1 points of LRC and 12 points of stockpile 2 MRC, observing three sides of the coal pile, namely the west, south and east sides. Where each side of the sample measurement is taken at a thickness of 1, 3, 5, and 7 meters and the 0 meter point is taken from the ground floor of the stockpile. To see the comparison of temperature to embankment time and embankment dimensions at each measurement point with a certain thickness. From all the research conducted, the stockpile had 2 stockpiles of coal, stockpile 1 LRC (Low Rank Calorie) with quality <4200 and stockpile 2 MRC (Medium Rank Calorie) with quality >4200. The height of the stockpile reaches 10.9 meters for stock 1 and 9.6 meters for stock 2, the slope angle of the stockpile is 55.6° for stock 1 and 52.5°. Stockpile 1 has a temperature rise of 3.4°C/day and stockpile 2 has a temperature rise of 3.2. The estimated self-combustion for stockpile 1 is 4 days, while for stockpile 2 it is 5 days, meaning that the coal quality affects self-combustion where stockpile 2 takes 1 day longer than stockpile 1 Abstrak. PLTU Banten 2 Labuan OMU merupakan suatu perusahaan pembangkit listrik dengan sumber bahan bakar utama batubara dengan kalori 4000-4900 Kcal/kg memiliki luas lahan 64,45 Ha. PLTU ini memiliki kapasitas listrik yang dihasilkan 2x300 MW Self-Combustion terjadi karena adanya reaksi kandungan karbon pada batubara dengan gas oksigen di udara. Permasalahan yang muncul pada stockpile PLTU Banten 2 Labuan OMU ini, sering terjadinya swabakar yang disebabkan karena kurang efektifnya penerapan sistem manajemen FIFO (Frist In Frist Out). Teknis pengambilan sempel data suhu timbunan ini dilakukan sebanyak 12 titik stockpile 1 LRC dan 12 titik stockpile 2 MRC, pengamatan pada tiga sisi timbunan batubara yaitu sisi barat, selatan dan timur. Di mana setiap sisi pengukuran sampel diambil pada ketebalan 1, 3, 5, dan 7 meter dan titik 0 meter pengukuran dilakukan dari lantai dasar stockpile. Untuk melihat perbandingan suhu terhadap lama timbunan dan dimensi timbunan pada setiap titik pengukuran dengan ketebalan tertentu. Dari seluruh penelitian yang dilakukan kondisi stockpile memiliki 2 timbunan batubara, stockpile 1 LRC (Low Rank Calorie) dengan kualitas <4200 dan stockpile 2 MRC (Medium Rank Calorie) dengan kualitas >4200. Ketinggian timbunan mencapai 10,9 meter untuk stock 1 dan 9,6 meter untuk stock 2, sudut kemiringan timbunan 55,6° untuk Stock 1 dan 52,5°. Untuk stockpile 1 memiliki kenaikan suhu yaitu 3,4°C/Hari dan untuk stockpile 2 memiliki kenaikan suhu yaitu 3,2. Estimasi swabakar untuk stockpile 1 adalah 4 hari, sedangkan untuk Stockpile 2 adalah 5 hari, artinya kualitas batubara mempengaruhi Self-Combustion yang mana Stockpile 2 lebih lama 1 hari dari Stockpile 1