Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIARE Yuniar M. Soeli; Rachmawaty Hunawa; Nirwanto K. Rahim; Nur Ayun R. Yusuf; Rhein Djunaid Djunaid
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu( ABDI KE UNGU) Vol. 4 No. 2 (2022): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu ( ABDI KE UNGU)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/abdi.v4i2.613

Abstract

Diare merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematian di dunia, Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga dari angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia Hingga saat ini, sekalipun pengobatan modern telah berkembang, namun pengobatan tradisional masih diminati masyarakat. Selain kebiasaan, efek samping yang dirasakan lebih kecil dibanding obat modern Asuhan mandiri TOGA merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan oleh individu, keluarga dan masyarakat dengan memanfaatkan TOGA dan keterampilan dalam memanfaatkannya Oleh karena itu revitalisasi TOGA perlu dilakukan agar TOGA dapat berkembang secara optimal dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat sebagai bahan ramuan yang berkhasiat dalam upaya menjaga, dan meningkatkan kesehatan masyaraka Adapun metode yang digunakan dalam program ini adalah sosialisasi yang diberikan pada masyarakt. Program ini bekerja sama dengan Pemerintah Desa Konamukan, Buol. Pelaksanaan kegiatan pada tahap persiapan ditekankan pada persiapan tim dan mitra melalui rapat koordinasi bersama terkait kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 2 kegiatan pelatihan yaitu pelatihan unutk pengenalan jenis-jenis TOGA serta manfaatnya sebagai upaya upaya pencegahn dan pengendalian diare. Dengan adanya partisipasi langsung oleh masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan akibat diare.
THE INFLUENCE OF CUPPING THERAPY ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN HYPERTENSIVE PATIENTS AT THE HOLISTIC HEALTH HOUSE OF FIYAS IN CENDANA VILLAGE, BANGGAI REGENCY Nur Ayun R. Yusuf; Ilyas M. Ali
PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL Vol. 6 No. 2 (2025): In Progress issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/phj.v6i2.903

Abstract

Intriduction: Hypertension is defined as an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood pressure of more than 90 mmHg measured twice with a five-minute interval in a state of sufficient rest or relaxation (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). Systolic blood pressure > 130 mmHg and diastolic blood pressure > 80 mmHg in adults (Asmah, 2023). Persistent and uncontrolled hypertension is a leading cause of death, leading to myocardial infarction, heart failure, kidney failure, stroke, vision disorders, and peripheral vascular disease Objectives: The purpose of this study is to examine the effect of cupping therapy on blood pressure reduction in hypertensive patients Method: The design used in this study is Quasi-Experimental, involving a control group and an intervention group. Results: Based on the research results, the average systolic blood pressure at the final measurement for the intervention group is 140.76, while the average systolic blood pressure for the control group is 150.29, with a total of 34 participants. The statistical test using the Paired Sample T-test yielded a value of P 0.002, which is less than 0.05. Therefore, it can be concluded that there is an effect of cupping therapy on blood pressure reduction in hypertensive patients. Meanwhile, the average diastolic blood pressure at the final measurement for the intervention group is 84.24, while the average diastolic blood pressure for the control group is 94.71, also with a total of 34 participants. The statistical test using the Paired Sample T-test yielded a value of P 0.000, which indicates P < 0.05. Conclusions: based on results can be concluded that there is an effect of cupping therapy on blood pressure reduction in hypertensive patients
THE INFLUENCE OF CUPPING THERAPY ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN HYPERTENSIVE PATIENTS AT THE HOLISTIC HEALTH HOUSE OF FIYAS IN CENDANA VILLAGE, BANGGAI REGENCY Nur Ayun R. Yusuf; Ilyas M. Ali
PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL Vol. 6 No. 2 (2025): June
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/phj.v6i2.903

Abstract

Intriduction: Hypertension is defined as an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood pressure of more than 90 mmHg measured twice with a five-minute interval in a state of sufficient rest or relaxation (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). Systolic blood pressure > 130 mmHg and diastolic blood pressure > 80 mmHg in adults (Asmah, 2023). Persistent and uncontrolled hypertension is a leading cause of death, leading to myocardial infarction, heart failure, kidney failure, stroke, vision disorders, and peripheral vascular disease Objectives: The purpose of this study is to examine the effect of cupping therapy on blood pressure reduction in hypertensive patients Method: The design used in this study is Quasi-Experimental, involving a control group and an intervention group. Results: Based on the research results, the average systolic blood pressure at the final measurement for the intervention group is 140.76, while the average systolic blood pressure for the control group is 150.29, with a total of 34 participants. The statistical test using the Paired Sample T-test yielded a value of P 0.002, which is less than 0.05. Therefore, it can be concluded that there is an effect of cupping therapy on blood pressure reduction in hypertensive patients. Meanwhile, the average diastolic blood pressure at the final measurement for the intervention group is 84.24, while the average diastolic blood pressure for the control group is 94.71, also with a total of 34 participants. The statistical test using the Paired Sample T-test yielded a value of P 0.000, which indicates P < 0.05. Conclusions: based on results can be concluded that there is an effect of cupping therapy on blood pressure reduction in hypertensive patients
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Beban Keluarga dalam Merawat Lansia yang Menderita Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila : Factors Related to Family Burden in Caring for Elderly People Suffering from Hypertension in the Kabila Health Center Work Area Nazwa Tahuhe; Nurdiana Djamaluddin; Nur Ayun R. Yusuf; Sri Yulian Hunowu
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 4: April 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i4.7371

Abstract

Lanjut usia merupakan orang yang termasuk dalam kategori kelompok umur 60 tahun ke atas. Dilihat dari beberapa penyakit yang menyerang pada lansia diantaranya hipertensi. Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistole ? 140 mmHg dan diastole ? 90 mmHg. Keluarga memiliki tanggung jawab untuk merawat, namun dalam pelaksanaannya menyebabkan beban bagi keluarga. Beban ini dikenal sebagai beban caregiver yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Metode yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Data dikumpulkan dari 107 responden dengan menggunakan pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan responden lebih banyak mengalami beban ringan sebanyak 61 orang (57,0%) dari 107 responden. Kesimpulan variabel yang berhubungan dengan beban keluarga dalam merawat lansia yang menderita penyakit hipertensi adalah status pekerjaan (p=0,000), penghasilan (p=0,000), hubungan keluarga (p=0,002) dan lama merawat (p=0,005). Penelitian ini di harapakan dapat memberikan informasi secara adekuat pada caregiver terkait perawatan lansia dengan hipertensi sehingga dapat mengurangi beban caregiver.
Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kabila: Relationship between Sleep Quality and Quality of Life in the Elderly with Type 2 Diabetes Mellitus at Puskesmas (Community Health Center) Kabila Sandena R. Solang; Ita Sulistiani Basir; Nur Ayun R. Yusuf
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 6: Juni 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i6.7763

Abstract

Kualitas tidur merujuk pada seberapa baik seseorang tidur, mencakup aspek kontinuitas, durasi, kedalaman, dan kepuasan tidur, yang tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan tidur. Sedangkan kualitas hidup adalah gambaran menyeluruh mengenai kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual individu yang dirasakan dan mempengaruhi kesejahteraan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kualitas tidur dengan kualitas hidup pada lansia penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Kabila. Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dari total populasi 127 orang, menjadi 96 responden. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner Pittsburgh Sleep Quslity Indeks untuk mengukur kualitas tidur penderita dan Diabetes Quality Of Life untuk mengukur kualitas hidup penderita. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mendapatkan kualitas tidur baik dan kualitas hidup baik sebanyak 43 responden (100%), kualitas tidur buruk dan kualitas hidup cukup sebanyak 48 responden (90,6%) dan kualitas tidur buruk dan kualitas hidup kurang sebanyak 5 (9,4%). Berdasarkan uji Spearman rank di dapatkan p-value (0,000) lebih kecil dari ? = 0,05 atau p-value < nilai ? sehingga disimpulkan H1 diterima, artinya ada hubungan kualitas tidur dengan kualitas hidup pada lansia penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Kabila. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan wawasan tentang dampak jangka panjang gangguan tidur terhadap penurunan kualitas hidup pada lansia dengan Diabetes Melitus.
Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Pada Masyarakat Di Desa Tulabolo Kecamatan Suwawa Timur: The Influence of Education on the Level of Knowledge of Landslide Disaster Preparedness in the Community in Tulabolo Village, East Suwawa District Nur Hayati Mohamad; Zulkifli B. Pomalango; Nur Ayun R. Yusuf
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 7: Juli 2025 - In Progress
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i7.8257

Abstract

Tanah longsor adalah bencana alam yang sering terjadi di wilayah beriklim tropis, seperti Indonesia. Minimnya edukasi kebencanaan dan rendahnya kesiapsiagaan masyarakat menyebabkan tingginya korban jiwa pada kejadian tanah longsor di Desa Tulabolo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada masyarakat Desa Tulabolo. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre Eksperimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Jumlah sampel sebanyak 30 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Edukasi diberikan melalui metode ceramah dan power point, dengan instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Selain itu berdasarkan analisis data yang menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil p value = 0,000 (p < 0,05) dengan rata-rata pengetahuan kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada masyarakat sebelum edukasi 56,06 meningkat menaji 80,50 setelah diberikan edukasi. Edukasi melalui metode ceramah yang dilengkapi dengan sesi tanya jawab memungkinkan masyarakat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mendalam mengenai langkah- langkah yang harus diambil saat bencana terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana tanah longsor. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam meningkatkan program edukasi yang sistematis dan berkelanjutan untuk memperkuat kesiapsiagaan di daerah rawan.
Hubungan Riwayat BBLR Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tilango Kabupaten Gorontalo: The Relationship Between The History Of LBW and The Incidence Of Stunting In Toddlers In The Tilango Health Center Working Area, Kabupaten Gorontalo Dwi Ananda Putri Tahir; Ridha Hafid; Nur Ayun R. Yusuf; Rini Wahyuni Mohamad
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 7: Juli 2025 - In Progress
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i7.8282

Abstract

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 HPK, dengan salah satu penyebab utamanya adalah BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat BBLR dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel berjumlah 97 balita, diambil secara purposive sampling dari 128 populasi. Hasil menunjukkan sebagian besar balita tidak memiliki riwayat BBLR namun mengalami stunting, yaitu 77 responden (79,4%), terdiri dari 41 (42,3%) kategori pendek dan 36 (37,1%) kategori sangat pendek. Uji statistik Chi-Square menghasilkan p-value 0,291, yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat BBLR dengan kejadian stunting. Kesimpulannya, tidak terdapat hubungan signifikkan antara riwayat BBLR dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Tilango, Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini diharapkan mendorong ibu dan masyarakat untuk fokus pada faktor lain dalam mencegah stunting.
Peran Health Belief Model Dalam Meningkatkan Kesadaran Dan Perubahan Perilaku Pada Pasien Hipertensi: The Role of the Health Belief Model in Increasing Awareness and Behavioral Change in Hypertension Patients Nurlatifah Zakaria; Nasrun Pakaya; Nur Ayun R. Yusuf
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 8: Agustus 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i8.8451

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita bukan hanya oleh usia lanjut saja, hipertensi juga menyerang orang dewasa. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi ialah dengan tindakan manajemen hipertensi yang efektif salah satunya yaitu dengan menjalani pola hidup yang sehat. Tujuan Penelitian ini yaitu Untuk mengetahui gambaran penerapan Health Belief Model pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kabila. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran penerapan health belief model pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kabila. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan tehnik Cluster sampling. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 2253 orang dan sampel sebanyak 107 responden. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan gambaran penerapan Health Belief Model pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kabila yaitu Perceived susceptibility atau tingkat kerentanan yang dirasakan yaitu pada kategori kurang sebanyak 56 responden (52.3%), Perceived severity atau keparahan yang dirasakan yaitu pada kategori kurangs ebanyak 44 responden (41.4%), Perceived benefits atau manfaat yang dirasakan yaitu pada kategori baik sebanyak 59 responden (55.1%), Perceived barrier atau hambatan yang dirasakan yaitu pada kategori baik sebanyak 47 responden (43.9%),Self-efficacy atau kepercayaan diri sendiri yaitu pada kategori baik sebanyak 61 responden (57%), Cues to action atau isyarat untuk bertindak yaitu pada kategori baik sebanyak 49 responden (45.8%). Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan serta bisa menjadi sumber informasi tambahan untuk meningkatkan pelayanan dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyusunan program penyuluhan atau promosi kesehatan hipertensi.