Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MELALUI PENGUATAN KEARIFAN LOKAL DAN PRANATA SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN GILI AIR, KABUPATEN LOMBOK UTARA Amir, Sadikin; Hilyana, Sitti; Waspodo, Saptono; Larasati, Chandrika Eka; Amir , Sadikin; Hilyana, Siiti; Astriana, Baiq Hilda
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v2i1.499

Abstract

Keberadaan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses adaptasi turun menurun dalam periode waktu yang sangat lama terhadap suatu lingkungan yang biasanya didiami ataupun lingkungan dimana sering terjadi interaksi didalamnya. Seiring berjalannya waktu, dengan masuknya era globalisasi, timbullah sebuah trend modernitas yang masuk ke suatu kawasan yang menyebabkan terjadinya degradasi kearifan lokal disuatu wilayah. Salah satunya yaitu kawasan Gili Air, Kabupaten Lombok Utara yang dikenal dengan kawasan wisata pesisir dan pulau-pulau kecil. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan adanya penguatan kearifan lokal pada masyarakat nelayan sekitar Gili Air, serta mengedepankan nilai-nilai adat dan budaya yang menjadi daya tarik dan menjadikan nilai ekonomis bagia masyarakat nelayan. Metode pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan ini yaitu dengan melakukan metode penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah ini meliputi penyuluhan dan pendampingan kelompok masyarakat. Hasil menunjukkan bahwa salah satu bentuk riil dari kearifan lokal yang dimiliki oleh wilayah Pulau Lombok khususnya di Desa Gili Indah adalah awig-awig. Awig-awig adalah norma hukum adat disuatu wilayah yang mengikat bagi seluruh warga adat. Masyarakat Desa Gili Indah banyak yang belum memahami isi dari awig-awig tersebut. Hal ini disebabkan oleh terputusnya informasi dari perangkat desa ke warga sekitar terutama masyarakat kalangan muda. Peraturan Desa Gili Indah lebih memadai dan lebih komprehensif untuk dilaksanakan dan dibandingkan dengan awig-awig yang hanya terbatas pada pengaturan tentang pengambilan sumberdaya pesisir dan laut saja. Perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat, agar mereka lebih meningkat pemahaman dan pengetahuannya tentang Peraturan Desa tersebut. Seperti halnya awig-awig yang secara terus menerus disampaikan lewat “tutur” dari para tokoh lokal maupun masyarakat dari generasi ke generasi telah terbukti mampu diadopsi dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal inilah yang merupakan salah satu kekuatan daripada awig-awig jika dilihat dari sisi penerimaan dan adopsinya pada masyarakat karena proses penyampaiannya adalah secara kontinyu dan konsisten pada setiap kegiatan masyarakat.
PENGOLAHAN LIMBAH UDANG VANNAME DALAM RANGKA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI COVID19 DI DESA PEMENANG, LOMBOK UTARA Astriana, Baiq Hilda; Damayanti, Ayu Adhita; Larasati, Chandrika Eka; Paryono; Himawan, Mahardika Rizki; Lestari, Dewi Putri
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v2i1.503

Abstract

Manfaat limbah udang berupa cangkang dan kepala udang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Padahal menurut penelitian yang pernah dilakukan, hasil analisis tepung dari limbah ini memiliki kandungan protein sebesar 63%. Apabila bahan ini ditambahkan ke makanan sehari-hari maka dapat meningkatkan nilai gizi makanan tersebut. Desa Pamenang, sebagai salah satu Desa di Kabupaten Lombok Utara, dikenal sangat mengandalkan sektor wisata sebagai mata pencaharian masyarakatnya mengingat posisinya yang berhadapan lansung dengan Gili Matra. Dengan adanya bencana alam yaitu gempa di tahun 2018 yang diikuti oleh pandemi COVID19, lumpuhnya sektor wisata menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat di desa tersebut. Masalah lain yang muncul adalah meningkatnya lokus stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis di daerah ini. Oleh karena itu, pemberian pelatihan pengolahan cangkang dan kepala udang menjadi bubuk kaldu udang sebagai zat aditif alami yang memiliki nilai gizi diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan masyarakat setempat. Selain itu, diversifikasi pemanfaatan kaldu bubuk udang ini diharapkan dapat meningkatkan added value dari panganan lokal. Metode pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan pengabdian ini adalah metode penyelesaian masalah yang meliputi penyuluhan serta pelatihan yang dibarengi dengan inisiasi pembentukan dan pendampingan kelompok masyarakat termasuk pemberian bantuan peralatan. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan peserta kegiatan mengenai manfaat limbah udang, dan diperolehnya keterampilan mengolah limbah udang menjadi bahan makanan yang memiliki nilai gizi dan ekonomi. Selain itu, sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, sampel kaldu bubuk udang yang dihasilkan dianalisa di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisi yang dimiliki.
POTENTIAL OF MILKFISH CULTIVATION AS A UTILIZATION OF PLANKTON IN BATU NAMPAR WATERS Diniarti, Nanda; Junaidi, Muhammad; Astriana, Baiq Hilda
Jurnal Media Akuakultur Indonesia Vol 1 No 1 (2021): Indonesian Journal of Aquaculture Medium
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/mediaakuakultur.v1i1.133

Abstract

Perairan Teluk Ekas telah memiliki konsentrasi nutrien yang di atas ambang batas. Nutrien berasal dari pakan ikan rucah yang diberikann oleh pembudidaya ikan sistem Karamba jaring Apung. Nutrien yang berlebihan di perairan akan memicu pertumbuhan besar-besaran plankton atau yang dikenal dengan blooming. Blooming plankton akan berdampak buruk pada biota yang dibudidayakan serta untuk semua organisme yang mendiami perairan tersebut. Plankton yang tumbuh dapat dikendalikan dengan memberikan organisme yang dapat memanfaatkan keberadaannya sebagai pakan. Bandeng banyak digunakan sebagai pemanen /pemanfaatan plankton baik di perairan tawar maupun laut. Bandeng merupakan ikan euryhalin atau memiliki rentang salinitas yang luas. Selain itu ikan bandeng merupakan ikan ekonomis penting. Namun sebelum mengintroduksi ikan bandeng di KJA Batu Nampar perlu dilakukan analisa kesesuaian beberapa parameter lingkungan dan yang tidak kalah pentingnya adalah jenis plankton yang bisa dimanfaatkan oleh bandeng. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengiventaris/mendata jenis plankton di perairan Batu Nampar serta melihat kesesuaian jenis plankton yang ada dengan yang menjadi pakan ikan alami Bandeng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengamatan lebih dititikberatkan pada pendataan jenis plankton. Pengambilan contoh air dan pengamatan terhadap parameter-parameter kualitas air lainnya dilakukan pada tiap bulan selama 3 kali. Jenis plankton yang teriventarisir pada saat penelitian adalah: Synedra ulna, Fragilaria, Hemiaulus sinensis, Skeletonema costatum, Triceratium taves, Coscinodiscus granii, Pseudo nitzschia, Dytilum sol, Cerataulina smithii, Clamydocapsa sp, Navicula elegans, Aulacodiscus gracilis, Cydotella sp., Globorotolia pumilio, Ceratium sp.,larva crustacean, Pontellina plumata. Plankton yang terdapat lebih banyak dari Bacillariophyceae yang merupakan jenis pakan dari ikan bandeng sehingga perairan KJA Batu Nampar berpotensi digunakan untuk budidaya Bandeng
PENYULUHAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 PADA KEGIATAN TAMBAK UDANG INTENSIF DI DESA LABUHAN SANGORO KECAMATAN MARONGE KABUPATEN SUMBAWA Astriana, Baiq Hilda; Putra, Aryan Perdana; Adiansyah, Joni Syafaat
Jurnal Abdi Insani Vol 11 No 2 (2024): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v11i2.1518

Abstract

Sumbawa Regency is a district with an area of 3,619.50 Ha is used for shrimp farming activities. This area continues to increase along with increasing shrimp production. In shrimp farming operations, supporting facilities and infrastructure used can produce Hazardous and Toxic waste (B3) resulting from maintenance of generator engines, water wheel gear boxes, and others. Changes to government and ministerial regulations regarding B3 waste management need to be conveyed to fish farming business actors so that they can comply with the provisions for B3 waste management. Therefore, this service aims to educate shrimp farming managers regarding the management of B3 waste according to the latest regulations including packaging and storage methods for B3 Waste as well as identifying the B3 Waste produced. The method used in this activity is to provide knowledge to the managers of PT Maja, an intensive shrimp farming regarding identification of types of B3 Waste, packaging of B3 Waste and storage of Hazardous and Toxic Waste produced during shrimp farming operational activities. Based on the results of this activity, it was concluded that there was an increase in the understanding of farming managers regarding the management of B3 waste both in terms of packaging and storage based on Regulation of the Minister of State for the Environment Number 6 of 2021 concerning Procedures and Requirements for Management of B3 Waste. Apart from that, based on the identification of B3 waste types, it was identified that 469.3 liters of used oil, 11 pcs of used oil filters, and 4 units of oil containers were produced every year. Based on the results of this activity, it is known that the participants' insight into B3 waste management has increased after participating in this activity.