Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MODEL PENGEMBANGAN PROFESIGURU MELALUI PROFESSIONAL LEARNING COMMUNITY DI SEKOLAH MENENGAH Permana, Johar; Sudarsyah, Asep
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol 23, No 1 (2016): Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.1 April 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.075 KB) | DOI: 10.17509/jap.v23i1.5576

Abstract

ABTRAKSTujuan studi ini adalah mengembangkan model PLC dengan cara menemu kenali tipologi pengembangan profesi ditinjau dari kepemimpinan, iklim dan sistempendukung organisasi. Pengalaman belajar masa lampau baik yang diperoleh dalam pre-service training maupun in-service training menyebabkan guru tumbuh dan berkembang dalam profesi. Tetapi pengalaman belajar tersebut sering bersifat one short training dan terlepas dari kebutuhannya sehingga kinerja dikelas cenderung tidak berubah, business asusual. Keadaan ini mengarah pada upaya untuk menemukenali tipologi pengembangan profesi guru disekolah dan mengarahkan pada pertanyaan penelitian“ bagaimana pengembangan profesi guru melalui Professional Learning Community   (PLC) dikembangkan di sekolah menengah pertama ”.Urgeni penelitian ini memberikan arah kebijakan dalam pengembangan profesi guru berbasis PLC untuk memastikan keberlansungan dan keberlanjutan pengembangan profesi guru ditataran sekolah serta memperbaiki kelemahan pengembangan profesi yang bersifat “topdown” dan ”one sixe fits all”. Prosedur penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan survey terbatas melalui kuesioner, wawancara dan diskusi terfokus. Hasil penelitian menunjukkan perlu ada peralihan model in-service training yang diselenggarakan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ke arah pengembangan profesi berbasis sekolah dengan mengembangkan  yaitu (1) pengembangan komunitas belajar, dan (2)  pengembangan kemampuan guru dalam pembelajaran berbasis pengalaman (refleksi). Kata Kunci: Professional Learning Community, pengembangan profesi guru,Kepemimpinan, Iklim, Sistem Pendukung
KERANGKA ANALISIS DATA FENOMENOLOGI (Contoh Analisis Teks Sebuah Catatan Harian) Sudarsyah, Asep
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 13, No 1 (2013): MODEL PEMBELAJARAN
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpp.v13i1.3475

Abstract

Setiap upaya penelitian senantiasa berangkat dari pikiran fundamental tentang realitas. Pada penelitian interpretatif, realitas itu intersubyektif yang merupakan konsepsi perilaku dan dikonstruksi dari kenyataan sosial. Konsepsi perilaku dalam kenyataan sosial dipahami sebagai ekspresi-ekspresi yang disuling menjadi makna. Makna itu merupakan kesadaran subyek (intensionalitas) terhadap realitas pengalaman hidupnya. Pemahaman terhadap makna dalam kajian fenomenologi dilakukan dengan cara mendeskripsikan, melakukan reduksi, dan menemukan esensi-esensi. Ekspresi-ekspresi pengalaman hidup harus diperlakukan secara sama (horizonalization), peneliti menunda prasangka-prasangkanya (bracketing), dan menemukan struktur esensial makna dalam wujud tekstur sebagaimana adanya. Implikasi dari pikiran fundamental fenomenologi tersebut adalah interpretasi merupakan modus operasi analisis data. Data adalah ekspresi pengalaman hidup seseorang dimana peneliti berusaha menunda prasangka dan kerangka analisisnya. Akhir analisis data ditandai dengan ditemukannya tekstur pengalaman hidup atau peristiwa dari suatu entitas sosial budaya.
PROGRAM PENELITIAN INOVASI PEMBELAJARAN Pembangunan “Knowledge Center” Manajemen Sekolah Untuk Meningkatkan Kemampuan Profesi Mahasiswa Kependidikan Triatna, Cepi; Sudarsyah, Asep
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 14, No 1 (2014): INOVASI MODEL DALAM PENDIDIKAN
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpp.v14i1.3210

Abstract

Masalah kualitas hasil belajar (perkuliahan) pada mata kuliah Pengelolaan Pendidikan (KD304) yang teridentifikasi dalam bentuk rendahnya penguasaan mahasiswa dalam kompetensi yang disyaratkan pada mata kuliah tersebut. Hal ini menyebabkan kurang termotivasinya mahasiswa sebagai calon pendidik untuk menjalani profesinya sebagai pendidik karena pemahaman mengenai bagaimana pendidikan harus dikelola tidak dipahami secara utuh (teori dan praktik), seolah-olah apa yang dipelajari tidak berkaitan dengan praktiknya di lembaga/instansi/satuan pendidikan. Analisis terhadap sebab permasalahan ini memunculkan pemahaman bahwa perkuliahan yang tidak memfasilitasi mahasiswa untuk memahami konsep secara utuh dan bagaimana implementasinya di lapangan mengakibatkan mahasiswa tidak menguasai secara utuh kompetensi mata kuliah Pengelolaan Pendidikan.Hal ini coba dipecahkan melalui pengembangan knowledge center manajemen pendidikanuk website yang berisi sejumlah pengetahuan teoritik dan praktik mengenai bagaimana pendidikan dan manajemen pendidikan. Produk inovasi ini dikembangkan dengan cara menganalisis kompetensi mata kuliah, pengembangan silabus mata kuliah, penyusunan desain perkuliahan, penyusunan bahan ajar perkuliahan, penyusunan knowledge center dalam bentuk website mata kuliah, dan aplikasi knowledge center. Produk ini dinilai sebagai sebuah inovasi yang diharapkan akan berkembang sebagai sumber belajar bagi mahasiswa dan para pendidik serta tenaga kependidikan dalam memahami manajemen pendidikan. Implementasi perkuliahan dengan menggunakan website dirasakan oleh 100% mahasiswa lebih membantu mahasiswa dalam menguasai berbagai konsep dan pengetahuan mengenai manajemen pendidikan.Knowledge center ini diintegrasikan kepada website jurusan untuk menjadi bagian dari kekayaan Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI dan digunakan untuk semua dosen yang membina Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan.Adapun domain website adalah http://adpend.upi.edu/lopen. Implementasi selama tiga minggu sudah diakses oleh 664 mahsiswa. Ke depan, website ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar tidak saja bagi mahasiswa UPI, tetapi semua mahasiswa kependidikan di Indonesia dan para praktisi di lapangan.
Penyehatan Manajemen Sekolah untuk Mengoptimalkan Pencapaian Mutu SMP di Kabupaten Purwakarta Suryadi Suryadi; Sururi Sururi; Asep Sudarsyah
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 12, No 3 (2021): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v12i3.7197

Abstract

Hasil kajian mengungkapkan bahwa konsep kesehatan manajemen sekolah sebagai kesiapan semua fungsi organisasi sekolah untuk dapat menjalankan semua tugas pokoknya, memecahkan masalah yang dihadapi, mampu menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Diagnosa penyakit manajemen sekolah dilakukan melalui identifikasi perilaku warga sekolah pada indikator-indikator kesehatan manajemen sekolah dilihat dari keberfungsian, kecukupan, dan kesesuaian. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan penyakit manejemen sekolah, pihak Universitas Pendidikan Indonesia menjalin kemitraan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, melalui pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di sekolah. Bentuk kegiatan yang ditawarkan kepada sekolah ialah Workshop Diagnonis Kesehatan Manajemen Sekolah. Perumusan workshop tersebut didasarkan pada permasalahan yang dihadapi dan relevan dengan kepakaran para pelaksana kegiatan. Workshop ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta dalam meningkatkan mutu sekolah, membangun kemandirian khalayak sasaran dalam mendiagnosa kesehatan sekolahnya dengan menggunakan instrumen yang tersedia. Kegiatan ini dilakukan selama lima bulan sejak Juli sampai Nopember 2020, dengan peserta sebanyak 143 sekolah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Kepala Sekolah menyadari indikator-indikator yang menjadi karakteristik Sekolah Sehat, mampu mengisi dan melakukan evaluasi diri melalui workshop dan pendampingan yang dibuat untuk keperluan diagnosis sekolahnya.
MENGELOLA PERUBAHAN ORGANISASI (Sebuah Prespektif Perilaku) Asep Sudarsyah
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol 9, No 1 (2012): APRIL 2012
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.875 KB) | DOI: 10.17509/jap.v14i1.6719

Abstract

Pendekatan instrumentalistik (teknikalistik) dalam mengelola perubahan organisasi sering gagal karena faktor human life dalam organisasi diabaikan. Perilaku organisasi membawa kita pada prespektif perilaku yang unik tentang manusia dalam mengelola perubahan, terutama terkait dengan seberapa jauh kesiapan anggota organisasi untuk melakukan perubahan (readiness for change). Kesiapan mereka ditentukan oleh banyak faktor determinasi dan faktor tersebut mungkin lebih merupakan probalitas yang setidaknya diperhitungan dalam mengelola perubahan. Tiga faktor determinasi yang diterima sebagai faktor yang menyebabkan terbentuknya kesiapan anggota organisasi untuk melakukan perubahan adalah change valence, change efficacy dan faktor kontektual. Change valence merupakan persepsi anggota organisasi terhadap outcome  dari suatu perubahan (what's in it for me?): apakah itu menguntungkan, dibutuhkan atau bermanfaat buat mereka. Tentunya banyak ragam alasan mengapa anggota organisasi memerlukan perubahan, penting bagi organisasi membentuk valensi sebagai alasan organisasional untuk berubah. Persoalan berikutnya adalah pengembangan change efficacy, yaitu kemampuan untuk melakukan perubahan yang ditentukan oleh tiga faktor picu (tuntutan tugas, ketersediaan sumber daya dan faktor situasional). Penilaian positif secara kolektif dari anggota organisasi terhadap ketiga faktor tersebut menyebabkan anggota mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan. Faktor ketiga adalah faktor situasional,  bahwa konteks organisasi dapat memberikan sumbangan yang postif terhadap pembentukan change valence, misalnya karena nilai budaya organisasi cocok dengan perubahan yang akan diusung dan memudahkan dalam mengelola perubahan. Terakhir, outcome dari kesiapan perubahan adalah sejumlah perilaku yang positif terkait dengan perubahan, seperti insiatif dan kerja kolaboratif yang efektif dari anggota organisasi.Instrumentalistic (technicalistic) approach in managing organizational change. Organizational behavior leads us to the unique behavioral perspective of human beings in change, related to the far-reaching experience of organizational members to make changes (readiness for change). Their readiness is determined by many factors of determination and that factor may be more of a calculated probability in change. Factors that cause the formation of readiness of members of the organization to make changes are changes in valence, changes in efficacy and contextual factors. The change of valence is the perception of the members of an organization toward the outcome of a change (what's in it for me?): Whether it's beneficial, necessary or beneficial to them. Of course, there are many reasons why organizational members need change, important for organizations formed valence as organizational reasons to change. The next problem is the development of changes in efficacy, namely the ability to make changes that are determined by three trigger factors (tasks, source factors and situational factors). A collective positive assessment of the organization's members of those factors leads to members having the ability to make changes. The third factor is situational factors, ie the organizational context can provide a positive contribution to the formation of valence changes, for example because of cultural changes in accordance with the changes that will be carried and facilitate the change. Finally, the outcome of change readiness is something related to change, such as effective initiative and collaborative work of the members of the organization.
MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI LEARNING ORGANIZATION Asep Sudarsyah
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol 1, No 1 (2003): APRIL 2003
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.317 KB) | DOI: 10.17509/jap.v1i1.6063

Abstract

Pada saat ini perubahan-perubahan (setidaknya dalam gagasan) yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah mencerminkan kehendak “mengembalikan sekolah kepada masyarakat”, sebagai hasrat yang muncul bersamaan dengan otonomi daerah termasuk di dalamnya “kemauan” daerah (kabupaten/kota) mengelola pendidikan secara mandiri. Kemudian daerah menyerahkan kepada mayarakat sekolah, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder). Pengelolaan pedidikan diserahkan pada sekolah dan masyarakat dengan gagasan manajemen berbasis sekolah (school based management), agar tidak ketinggalan upaya peningkatan mutunya maka diberi label peningkatan mutu berbasis sekolah {school based quality improvement), agar belajar menjadi fungsional dengan kehidupan maka ada kurikulum berbasis kompetensi {competence based curriculum), guru lebih berperan dalam evaluasi berbasis kelas {classroom based evaluation), evaluasi berbasis siswa {student based evaluation), dan label-label perubahan yang lain akan terus berlanjut didesakkan pada sebuahruang yang disebut “sekolah
Efektivitas Pelaksanaan Diklat Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Berdasarkan Model Evaluasi Kirkpatrick di Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Nisa, Ikrima Thohorun; Sutarsih, Cicih; Sudarsyah, Asep
Jurnal Tata Kelola Pendidikan Vol 5, No 2 (2023): JTKP, Oktober 2023
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jtkp.v5i2.64848

Abstract

This study aims to determine the level of effectiveness of training in the 4th batch of teacher mobilizer program organized by the West Java Teacher Mobilizer Center (BBGP). Measurement of the effectiveness of education and training uses the Kirkpatrick evaluation model, with 4 levels, namely: level 1 (reaction), level 2 (learning), level 3 (behavior), and level 4 (result). The research method used in this study is a descriptive research method with a qualitative approach. Data collection techniques through interviews and documentation studies. Then checking the validity of the data is done by triangulation of techniques and sources. The results showed that the Implementation of Training for Prospective Teacher Movers Batch 4 Based on the Kirkpatrick Evaluation Model at the West Java Center for Teacher Movers (BBGP) at levels 1 and 2 was considered effective but at levels 3 and 4 it was not considered effective.
Analisis Implementasi Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Islam Nurul Huda Kabupaten Bekasi Hoerudin, Ahmad; Kurniady, Dedy Achmad; Sudarsyah, Asep
Jurnal Tata Kelola Pendidikan Vol 6, No 1 (2024): JTKP, April 2024
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jtkp.v6i1.69033

Abstract

Instructional leadership is a leadership model oriented towards the process and outcomes of student learning through empowering teachers professionally. This research aims to describe the role of instructional leadership played by the school principal and the teaching performance of teachers at Nurul Huda Elementary School, Setu District, Bekasi Regency. Through a qualitative approach involving 4 respondents, this study focuses on analyzing the implementation of instructional leadership by the school principal towards the teaching performance of teachers in the school. The results of this research describe the positive school climate and enforcement of rules also as a focus of the school principal's instructional leadership. However, challenges arise in the form of limited learning time allocation, which restricts teachers' ability to plan learning deeply. In this context, strong instructional leadership can be a crucial factor in improving teaching performance and learning quality. Therefore, school principals can take guidance from instructional leadership models emphasizing academic activities and student learning outcomes through optimal teacher empowerment
Health Diagnosis of School Leadership in the Implementation of Digital-Based Suryadi, Suryadi; Triana, Cepi; Sudarsyah, Asep
PEDAGOGIA Vol 22, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/pdgia.v22i1.65227

Abstract

The digital-based school leadership health diagnosis is a continuation of previous research that developed concepts and instruments for diagnosing school leadership health. The application created in this study utilizes a streamlined process based on the first five stages of Borg and Gall's model, which aims to produce an efficient diagnostic tool. Initially, the application included five stages: self-evaluation, interviews, observations, preparation of recommendations, and implementation of recommendations. However, through limited trials, the diagnosis stages were reduced from five to four, by eliminating the observation stage. The refined process now consists of self-evaluation, interviews, preparation of recommendations, and implementation of recommendations. It was observed that the objectives of the removed observation stage could still be effectively met during the interview process, where the validation, analysis, and discussion of leadership health issues were conducted. This digital application demonstrates an enhanced capacity for diagnosing school leadership health in a more efficient and streamlined manner, without compromising the accuracy of the diagnosis. The results of this study indicate that the application successfully reduces the time needed for analysis while maintaining a high level of diagnostic precision.
Supervisi Optimalisasi Kesiapan Mahasiswa Pendidikan Fisika untuk Program Kampus Mengajar: Analisis Wawancara Mendalam Irvani, Asep Irvan; Diniya, Diniya; Kaniawati, Ida; Sudarsyah, Asep
Jurnal Pendidikan Fisika dan Sains (JPFS) Vol 7 No 2 (2024): September
Publisher : Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52188/jpfs.v7i2.1073

Abstract

Kampus Mengajar Program is part of the Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) initiative aimed at improving literacy and numeracy skills among students in underprivileged schools. This study explores strategies for optimizing supervision and preparing physics education students for participation in the program. Using a qualitative approach, in-depth interviews were conducted with lecturers from a physics education study program at a private university. The findings revealed that lecturers have a strong understanding of the program's objectives, yet the primary focus on elementary and middle school levels poses challenges in integrating physics-specific expertise. Students require comprehensive preparation, including pedagogical skills, mental readiness, and technological proficiency. Product-based assignments, such as teaching modules and learning media, along with process-based evaluations, were deemed effective in bridging field experiences with graduate learning outcomes (CPL). The synergy between supervision and the Kampus Mengajar Program fosters holistic learning, enhancing students’ practical skills. Curriculum adjustments to better integrate physics into elementary education contexts are necessary to address the gap in subject relevance. With structured supervision strategies and adequate preparation, the Kampus Mengajar Program can enhance students’ readiness as competent and adaptable educators in a dynamic educational landscape.