Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Salah satu faktor utama yang berkontribusi adalah polusi udara, terutama di daerah perkotaan seperti Surabaya. Kualitas udara yang buruk akibat emisi kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan tempat pembuangan limbah dapat meningkatkan risiko LBW. Studi ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara polusi udara dan insiden LBW di Surabaya. Studi ini menggunakan desain analitik cross-sectional untuk menyelidiki hubungan antara polusi udara dan Berat Badan Lahir Rendah (LBW) di Surabaya. Data sekunder dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan catatan kualitas udara akan dikumpulkan. Analisis statistik akan dilakukan menggunakan SPSS versi 25 untuk menilai korelasi antara tingkat polusi udara dan insiden LBW. Analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara kualitas udara dan insiden Berat Badan Lahir Rendah (LBW). Paparan terhadap PM2.5 (r = 0.740; p = 0.000), PM10 (r = 0.762; p = 0.000), PM1 (r = 0.605; p = 0.000), dan nitrogen dioksida (NO2) (r = 0.614; p = 0.000) semuanya memiliki korelasi yang kuat dengan insiden LBW. Semua parameter kualitas udara memiliki nilai p < 0.05, menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dan menyebabkan penolakan hipotesis nol (H1) demi hipotesis alternatif (Hₐ). Kualitas udara di Surabaya menunjukkan tingkat yang baik untuk PM2.5, PM10, dan PM1, tetapi tingkat NO2 yang berbahaya. Insiden LBW di Benowo berfluktuasi, mencapai puncaknya pada tahun 2023. Hubungan yang signifikan antara kualitas udara dan LBW ditemukan, dengan faktor lingkungan berperan.