Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Smoking tends to decrease glutathione and increase malondialdehyde levels in medical students Safyudin, Safyudin; Subandrate, Subandrate
Universa Medicina Vol 35, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2016.v35.89-95

Abstract

BackgroundSmoking is the act of introducing toxic substances into the body. Cigarette smoke contains chemicals that may cause several disorders, including cardiovascular disease, cancer, and chronic obstructive pulmonary disease. Toxic substances in cigarette smoke have the potential to increase free radicals, malondialdehyde (MDA) levels and to decrease endogenous antioxidant (glutathione/GSH) levels. This study aims to determine the relationship of smoking with plasma GSH and MDA levels in medical students.MethodsThis study was analytical observational with cross-sectional approach. The study was conducted from April to December 2015. The subjects in this study were medical students, consisting of 20 smokers and 20 nonsmokers. Plasma GSH and MDA levels were determined biochemically using Sigma GSH Assay Kit and Sigma MDA Assay Kit. Data was analyzed using the independent t test. ResultsThe results showed that there was no significant difference between mean GSH in smokers (1.74 ± 0.91 mmol/L) and nonsmokers (2.42 ± 1.19 µmol/L) (p=0.441). Mean smokers MDA level of 2.06 ± 1.39 nmol/mL was not significantly different compared with mean nonsmokers MDA level (1.32 ± 0.90 nmol/mL) (p=0.092).ConclusionsSmoking tends to decrease plasma GSH levels and increase plasma MDA levels in medical students. Smoking history could be evidence of oxidative stress and an impaired oxidant defense system. In particular, young smokers should quit promptly before health problems arise, so as to have the optimal benefits of cessation.
Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Kadar Serum ?-Human Chorionic Gonadotropin (?-HCG) Pada Kehamilan Trimester III Effendi, Yusuf; Safyudin, Safyudin; Marlisa, Ade
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Kadar Serum ?-Human Chorionic Gonadotropin  (?-hCG) Pada Kehamilan Trimester III. Preeklampsia saat ini masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang diakibatkan adanya peningkatan jaringan sitotrofoblas dengan jaringan yang baru sehingga akan meningkatkan total Human Chorionic Gonadotropin (hCG) termasuk subunit ? dan ?.  Peningkatan kadar dari serum ?-hCG ini yang menggambarkan adanya reaksi patologis dari plasenta pada kasus preeklampsia sebagai akibat dari transformasi sitotrofoblas yang baru dan juga sekaligus dapat menggambarkan berat ringannya penyakit tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk melihat  hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kadar serum ?-hCG pada kehamilan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 sampel dengan masing-masing kelompok kasus sebanyak  31 subjek yang terdiri dari ibu hamil dengan preeklampsia dan 31 subjek ibu hamil dengan normotensi yang ditentukan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kadar ?-hCG yang di ambil pada trimester ketiga diukur dengan metode ELISA dan dinyatakan dalam mIU/ml dengan menggunakan sampel darah vena. Didapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum ?-hCG pada kelompok ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 10.723–74.295 mIU/ml dengan rerata sebesar 37.380,23 ± 20.100,154 mIU/ml dan didapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum ?-hCG pada kelompok ibu hamil dengan normotensi sebesar 6.171–9.395 mIU/ml dengan rerata 7.743,13 ± 959,794 mIU/ml. Serta didapatkan nilai hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kadar serum ?-hCG pada kehamilan (p value = 0,001). Kadar rerata serum ?-hCG pada kelompok preeklampsia lebih tinggi dibanding kelompok hamil normotensi dan didapatkan adanya hubungan kejadian preeklampsia dengan kadar serum ?-hCG. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk masing-masing umur kehamilan guna mengetahui batasan kadar ?-hCG serum yang dianggap meningkat untuk masing masing umur kehamilan. Batasan ini nantinya bisa dipakai sebagai pedoman dalam memprediksi suatu kehamilan yang dapat berkembang menjadi preeklampsia.
Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Kadar Serum ?-Human Chorionic Gonadotropin (?-HCG) Pada Kehamilan Trimester III Effendi, Yusuf; Safyudin, Safyudin; Marlisa, Ade
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Kadar Serum ?-Human Chorionic Gonadotropin  (?-hCG) Pada Kehamilan Trimester III. Preeklampsia saat ini masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang diakibatkan adanya peningkatan jaringan sitotrofoblas dengan jaringan yang baru sehingga akan meningkatkan total Human Chorionic Gonadotropin (hCG) termasuk subunit ? dan ?.  Peningkatan kadar dari serum ?-hCG ini yang menggambarkan adanya reaksi patologis dari plasenta pada kasus preeklampsia sebagai akibat dari transformasi sitotrofoblas yang baru dan juga sekaligus dapat menggambarkan berat ringannya penyakit tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk melihat  hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kadar serum ?-hCG pada kehamilan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 sampel dengan masing-masing kelompok kasus sebanyak  31 subjek yang terdiri dari ibu hamil dengan preeklampsia dan 31 subjek ibu hamil dengan normotensi yang ditentukan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kadar ?-hCG yang di ambil pada trimester ketiga diukur dengan metode ELISA dan dinyatakan dalam mIU/ml dengan menggunakan sampel darah vena. Didapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum ?-hCG pada kelompok ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 10.723–74.295 mIU/ml dengan rerata sebesar 37.380,23 ± 20.100,154 mIU/ml dan didapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum ?-hCG pada kelompok ibu hamil dengan normotensi sebesar 6.171–9.395 mIU/ml dengan rerata 7.743,13 ± 959,794 mIU/ml. Serta didapatkan nilai hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kadar serum ?-hCG pada kehamilan (p value = 0,001). Kadar rerata serum ?-hCG pada kelompok preeklampsia lebih tinggi dibanding kelompok hamil normotensi dan didapatkan adanya hubungan kejadian preeklampsia dengan kadar serum ?-hCG. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk masing-masing umur kehamilan guna mengetahui batasan kadar ?-hCG serum yang dianggap meningkat untuk masing masing umur kehamilan. Batasan ini nantinya bisa dipakai sebagai pedoman dalam memprediksi suatu kehamilan yang dapat berkembang menjadi preeklampsia.
Hubungan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Derajat Anemia pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik Natalia, Dian; Susilawati, Susilawati; Safyudin, Safyudin
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 2 No. 3 (2019): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.32 KB)

Abstract

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah proses patologis yang mengakibatkan penurunan progresif fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Penyakit ginjal kronik dapat mengakibatkan terjadinya anemia dan osteodistrofi renal. Anemia merupakan komplikasi penyakit ginjal kronik yang paling sering terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan laju filtrasi glomerulus dengan derajat anemia penderita PGK di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan tercatat di rekam medik tahun 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 214 pasien, didapatkan 55,1% penderita PGK adalah laki-laki dan 35% berumur 50-59 tahun. Berdasarkan derajat PGK didapatkan 79,4% penderita PGK memiliki derajat 5 dan berdasarkan derajat anemia didapatkan 94,9% penderita PGK mengalami anemia derajat sedang dan berat. Nilai cutoff LFG dan kadar Hb pada seluruh sampel didapatkan nilai < 8,56 mL/min/1,73m2, pada laki-laki < 8,1 mL/min/1,73m2, dan pada perempuan < 9,43mL/min/1,73m2. Hasil analisis menggunakan uji Chi-square menunjukkan bahwa LFG memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat anemia (p=0,000). Terdapat hubungan yang signifikan antara laju filtrasi glomerulus dan derajat anemia pada penderita penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang maka laju filtrasi glomerulus merupakan faktor risiko dari derajat anemia.
KADAR SUPEROKSIDA DISMUTASE MAHASISWA PEROKOK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA Albasyam, Subandrate; Safyudin, Safyudin; Arifin, Mutmainah; Oktalisa, Wenni
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 23, No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.646 KB) | DOI: 10.33476/jky.v23i2.113

Abstract

Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat Indonesia dan ancaman besar bagi kesehatan di dunia. Asap rokok mengandung komponen gas dan partikel yang berpotensi untuk menimbulkan radikal bebas, peroksidasi lipid (MDA) dan menurunkan kadar antioksidan endogen (SOD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar superoksida dismutase mahasiswa perokok di Program Studi Pendidikan Dokter FK Unsri. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan dari bulan April sampai Desember 2014. Jumlah sampel yang didapat di dalam penelitian ini adalah 20 mahasiswa perokok dan 10 mahasiswa bukan perokok. Kadar superoksida dismutase darah ditentukan secara biokimia menggunakan kit RanSOD®. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar SOD subjek penelitian yang merokok adalah 0,76 u/mL dan yang tidak merokok adalah 0,87 u/mL. Hasil uji statistik kadar SOD menunjukkan nilai signifikansi p=0,860. Kadar SOD mahasiswa perokok Program Pendidikan Dokter FK Unsri lebih rendah daripada kadar SOD mahasiswa nonperokok. Pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter FK, merokok tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar SOD.Smoking is a public health problem in the world. Cigarette smoke contains gas and particle which leads to generate free radicals, lipid peroxidation (MDA) and reduced levels of endogenous antioxidants (SOD). This study aimed to determine the levels of superoxide dismutase of smoker student in Medical Education of Sriwijaya University. We used a cross sectional study from April to December 2014.  Subject of this study consisted of 20 smoker students and 10 nonsmoker students. Blood levels of superoxide dismutase was determined biochemically using RanSOD® kit. The results showed that average of SOD level in smokers was 0.76 U/mL and nonsmokers was 0.87 U/mL (p= 0.860). SOD levels of smoker students were lower than nonsmoker students. In Medical Education of Sriwijaya University, smoking had no significant effect on reducing the levels of SOD.
Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Kadar Serum Β-Human Chorionic Gonadotropin (Β-HCG) Pada Kehamilan Trimester IIIHubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Kadar Serum β-Human Chorionic Gonadotropin (Β-hCG) Pada Kehamilan Trimester III. Preeklampsia saat i Yusuf Effendi; Safyudin; Ade Marlisa Rahmadayanti
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 3 No. 2 (2017): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Kadar Serum β-Human Chorionic Gonadotropin (Β-hCG) Pada KehamilanTrimester III. Preeklampsia saat ini masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang diakibatkanadanya peningkatan jaringan sitotrofoblas dengan jaringan yang baru sehingga akan meningkatkan total HumanChorionic Gonadotropin (hCG) termasuk subunit α dan β. Peningkatan kadar dari serum β-hCG ini yangmenggambarkan adanya reaksi patologis dari plasenta pada kasus preeklampsia sebagai akibat dari transformasisitotrofoblas yang baru dan juga sekaligus dapat menggambarkan berat ringannya penyakit tersebut. Penelitian inimenggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk melihathubungan antara kejadian preeklampsia dengan kadar serum β-hCG pada kehamilan. Penelitian ini telahdilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dan Laboratorium BioteknologiFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 sampeldengan masing-masing kelompok kasus sebanyak 31 subjek yang terdiri dari ibu hamil dengan preeklampsia dan31 subjek ibu hamil dengan normotensi yang ditentukan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kadar β-hCG yang diambil pada trimester ketiga diukur dengan metode ELISA dan dinyatakan dalam mIU/ml dengan menggunakansampel darah vena. Didapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum β-hCG pada kelompok ibu hamil denganpreeklampsia sebesar 10.723–74.295 mIU/ml dengan rerata sebesar 37.380,23 ± 20.100,154 mIU/ml dandidapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum β-hCG pada kelompok ibu hamil dengan normotensi sebesar6.171–9.395 mIU/ml dengan rerata 7.743,13 ± 959,794 mIU/ml. Serta didapatkan nilai hubungan antara kejadianpreeklampsia dengan kadar serum β-hCG pada kehamilan (p value = 0,001). Kadar rerata serum β-hCG padakelompok preeklampsia lebih tinggi dibanding kelompok hamil normotensi dan didapatkan adanya hubungankejadian preeklampsia dengan kadar serum β-hCG. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk masing-masing umurkehamilan guna mengetahui batasan kadar β-hCG serum yang dianggap meningkat untuk masing masing umurkehamilan. Batasan ini nantinya bisa dipakai sebagai pedoman dalam memprediksi suatu kehamilan yang dapatberkembang menjadi preeklampsia.
Korelasi Kadar Asam Urat dengan Derajat Keganasan Kanker Kolorektal -, Subandrate; Amalia, Ella; Setyorini, Dwi Indira; -, Safyudin
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 7 (2018): Onkologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.654 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i7.637

Abstract

Pendahuluan: Hiperurisemia pada pasien kanker meningkatkan angka kematian terutama pada stadium lanjut. Metode: Studi observasional analitik korelatif dengan rancangan cross sectional, untuk mengetahui korelasi kadar asam urat dan derajat keganasan kanker kolorektal. Subjek penelitian 35 orang penderita kanker kolorektal yang dirawat di RSUP Mohammad Hoesin (RSMH), terdiri atas 15 laki-laki dan 20 perempuan. Stadium kanker kolorektal berdasarkan pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi RSMH/FK Unsri Palembang. Pemeriksaan kadar asam urat serum di Laboratorium Biokimia FK Unsri. Hasil: Stadium klinis penderita terdiri dari stadium II (17,1%), stadium III (48,6%) dan stadium IV (34,3%). Rata-rata kadar asam urat penderita adalah 11,8±3,5 mg/dL, 88,6% mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat pada pasien kanker kolorektal stadium awal adalah 10,6 mg/dL, pada pasien kanker kolorektal stadium akhir adalah 12,3 mg/dL. Korelasi antara kadar asam urat dan stadium kanker kolorektal sangat lemah (r=0,072) dan tidak bermakna (p=0,647). Simpulan: Hiperurisemia terjadi pada hampir semua penderita kanker kolorektal. Kadar asam urat tidak berkorelasi dengan stadium kanker kolorektal.Introduction: Hyperuricemia in cancer patients increases mortality, especially in advanced phase. Methods: An observational analytic correlative study with cross sectional design on correlation between uric acid level and cancer stage in colorectal cancer patients. Subjects were 15 male and 20 female colorectal cancer patients treated at RSUP Mohammad Hoesin (RSMH). Stage of colorectal cancer based on histopathology examination in Anatomy Pathology Laboratory of RSMH/Medical Faculty of Sriwijaya University, Palembang. Serum uric acid level was measured in Biochemistry Laboratory of Medical Faculty of Sriwijaya University. Results: The cancer stage of the patients were stage II (17.1%), stage III (48.6%) and stage IV(34.3%). The mean uric acid levels were 11.8±3.5 mg/dL. Approximately 88.6% of colorectal cancer patients have hyperuricemia. The mean level of uric acid in patients with early stage colorectal cancer was 10.6 mg/dL, in patients with end-stage colorectal cancer was 12.3 mg/dL. The correlation between uric acid levels and colorectal cancer stage was very weak (r=0.072) and was not significant (p=0.647). Conclusion: Hyperuricemia occurs in almost all colorectal cancer patients. Uric acid level did not correlate with colorectal cancer stage. 
Kadar MDA (Malondialdehid) Karyawan SPBU di Kota Palembang. -, Subandrate; -, Safyudin
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 5 (2016): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (861.285 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i5.53

Abstract

Lingkungan SPBU adalah salah satu lingkungan tinggi oksidan seperti toluen, benzena, xylen, atau hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Senyawa ini dimetabolisme oleh hati dan menghasilkan radikal bebas yang merusak sel. Oksidasi radikal bebas terhadap lipid menghasilkan senyawa MDA (malondialdehid). Penelitian potong lintang bersifat analitik observasional ini bertujuan untuk membandingkan kadar MDA antara karyawan SPBU dan non-karyawan SPBU di Kota Palembang. Dua SPBU dipilih secara acak.  Jumlah subjek penelitian pada penelitian ini adalah 14 orang karyawan SPBU dan 7 kontrol. Sampel berupa darah yang diambil setelah selesai shift kerja. Rata-rata kadar MDA pada karyawan SPBU adalah 0,731 nmol/mL dan kontrol adalah 0,326 nmol/mL. Terdapat pengaruh bekerja di SPBU terhadap kadar MDA (p=0,004). Peroksidasi lipid darah cenderung lebih banyak terdapat pada karyawan SPBU dibandingkan kontrol.
EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA DAUN BENALU KERSEN (Dendrophthoe pentandra L.Miq) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN Az Zahra, Fatihah; Subandrate, Subandrate; Safyudin, Safyudin; Sinulingga, Sadakata
Jurnal Fitofarmaka Indonesia Vol 9, No 1 (2022): JURNAL FITOFARMAKA INDONESIA
Publisher : Jurnal Fitofarmaka Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/jffi.v9i1.726

Abstract

Kersen parasite leaves (Dendropthoe pentandra L. Miq) is a type of parasite that is hemiparasitic and contains active compounds, namely, flavonoids, terpenoids and tannins. This compound has benefits as an antihyperglicemic. This study aims to determine the effect of lowering blood glucose levels from the infusion of Kersen parasite leaves (Dendrophthoe pentandra L. Miq) in male rats induced by alloxan. This research is a laboratory experimental study with a randomized preposttest one group design. The study used alloxan-induced male rats which were divided into 3 dosage groups (38 mg / kg, 77 mg / kg, and 154 mg / kg). In the results of the mean blood glucose levels of rats, there was a decrease in blood glucose levels on the 0th day of treatment, on the 7th day after the treatment there was an increase in blood glucose levels and on the 14th day after the treatment there was a decrease in blood glucose levels except in the dose II group and III. In this study, Kersen parasite leaf infusion had no effect on reducing blood glucose levels of alloxan-induced male white rats.
Efek inhibisi infusa daun benalu kersen (dendrophthoe pentandra (L.) miq) terhadap enzim alfa-glukosidase Naomi W Tioline; Sadakata Sinulingga; S Subandrate; F Fatmawati; S Safyudin
Jurnal Teknik Kimia Vol 27 No 3 (2021): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v27i3.767

Abstract

Daun benalu kersen (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) memiliki potensi sebagai antidiabetes dengan cara menghambat enzim α-glukosidase karena memiliki metabolit sekunder berupa, tanin, saponin, alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek inhibisi daun benalu kersen terhadap enzim α-glukosidase. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro dengan metode spektrofotometri yang dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. Daun benalu didapatkan dari penduduk lokal di Kota Palembang. Infusa daun benalu kersen dibagi menjadi 5 konsentrasi (100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12,5 ppm dan 6,25 ppm), kemudian dilakukan uji inhibisi. Penelitian ini menggunkan akarbose sebagai kontrol positif. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa infusa daun benalu kersen mengandung flavonoid, tanin, terpenoid, dan alkaloid. Infusa daun benalu kersen mampu menghambat enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 sebesar 81,27 ppm. Infusa daun benalu kersen memiliki potensi sebagai antidiabetes karena memiliki efek inhibisi terhadap enzim α-glukosidase dengan tingkat kekuatan aktif.