Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

EFFECTIVENESS OF THE CITY WITHOUT SLUM (KOTAKU) PROGRAM IN INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT AND IMPROVEMENT : (CASE STUDY OF KAMPUNG BUYANG VILLAGE, MARISO DISTRICT, MAKASSAR CITY) andi nirma yanti; hanafi ashad; Ratna Musa
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 4 No. 1 (2020): Flyover Vol 4 Issue 1 juni 2020
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.732 KB)

Abstract

Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan perkotaan yang upaya penanganannya dari waktu ke waktu berbanding lurus dengan terus berkembang dan munculnya kawasan kumuh baru apabila tidak ditangani secara intensif, menyeluruh, dan tepat sasaran. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan Kehidupan penghuninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program dan menganalisis efektivitas Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dalam peningkatan dan pembangunan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan teori pengukuran efektivitas menurut Sugiyono dan tingkat kualitas efektivitas diukur mengunakan SK.MENPAN No.25/M/Mpan/2/2004. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kampung Buyang Kecamatan Mariso, Kota Makassar. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah Efektivitas Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang dilihat dari aspek (1) Ketepatan Sasaran Program, (2) Sosialisasi Program, (3) Tujuan Program, dan (4) Pemantauan Program. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitiatif dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan teori Miles dan Huberman Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik dalam bentuk kata-kata dan pernyataan, yang meliputi wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, , reduksi data, tampilan data dan penarikan kesimpulan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yaitu meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di kawasan kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan. Adapun faktor pendukung dari program KOTAKU yaitu dukungan penuh dari pemerintah setempat, ketepatan waktu dalam pengerjaan fisik, pertanggung jawaban penggunaan dana dan hasil wawancara dari total sampel 144 kk, yang mengatakan masyarakat mendukung sebanyak 44%. Adapun faktor penghambat dari program Kota Tanpa Kumuh (1) Turunnya dana dari pusat terlambat, (2) Kurangnya masyarakat yang aktif berpartisipasi/kesadaran untuk mendukung program KOTAKU. Sehingga Program KOTAKU di Kelurahan Kampung Buyang masih Kurang Efektif dengan nilai interval 56%.
MITIGAS STUDY OF FLOOD IN THE DOWNSTREAM OF THE SADANG WATERSHED, PINRANG DISTRICT Ratna Musa; Ishar Masruri
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 4 No. 1 (2020): Flyover Vol 4 Issue 1 juni 2020
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.689 KB)

Abstract

Wilayah hilir DAS Sadang di Kabupaten Pinrang meliputi Kecamatan Patampanua, Duampanua, Cempa dan Watang Sawitto saat ini menunjukkan fenomena peningkatan bencana banjir dari tahun ke tahun secara perlahan (creeping disaster). Sungai Sadang memiliki sejarah banjir dari tahun 2010, 2011, 2016 rata-rata ketinggian 1 meter, luas areal terendam ± 1.100 Ha merendam beberapa desa, areal pertanian, permukiman dan fasilitas umum. Pengendalian banjir melalui pembangunan infrastruktur fisik dengan pembangunan tanggul, perkuatan tebing urugan batu gajah dan sheet pile beton. Mitigasi non struktural belum nampak secara nyata baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat lokal jauh lebih berkelanjutan dibandingkan langkah struktural dibutuhkan sebuah upaya program efektif berdasarkan kerja sama masyarakat lokal, pemerintah dan sektor-sektor privat terkait dengan dilandasi hasil analisis dan kajian mendalam terhadap kondisi fisik dan morfologi DAS serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Menyusun arahan kebijakan mitigasi banjir dari hasil indikator tingkat risiko bencana hasil wawancara masyarakat setempat ditabulasi diberi bobot mulai tingkat tertinggi sampai terendah sesuai dengan kelas risiko banjir, untuk menghasilkan program mitigasi berdasarkan administrasi wilayah desa/kelurahan yaitu: zonasi potensi rawan dan risiko banjir, sosialisasi peringatan dini upaya penyelamatan diri (SOP Banjir), asuransi, meningkatkan empati masyarakat melalui gotong royong pembersihan saluran, penanganan darurat kerusakan infrastruktur sebelum banjir, saat kritis dan pasca banjir.
EVALUATION OF E-PROCUREMENT PERFORMANCE THROUGH THE SERVICE UNIT E-TENDERING SYSTEM PROCUREMENT OF SINJAI DISTRICT Sarifuddin; hanafi ashad; Ratna Musa
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 2 No. 2 (2018): Flyover Vol 2 Issue 2 2018
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.831 KB)

Abstract

Penerapan e-Procurement pada Pemerintah Kabupaten Sinjai diawali dari Peraturan Bupati (Perbup) Sinjai Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Sinjai, dan Peraturan Bupati Sinjai Nomor 06 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Unit Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Sinjai. Kedua Perbup diatas merupakan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menjalankan e-Procurement. Masalah-masalah umum dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah yang terjadi di Kabupaten Sinjai adalah praktek-praktek menyelahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadinya. Salah satunya kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai. Dikutip dari Toraja News Online “puluhan paket pekerjaan fisik ditenderkan, sayangnya Panitia sendiri tidak memenuhi syarat sebagai panitia seusai amanah Perpres 54 tahun 2010, diantaranya sertifikasi pengadaan barang dan jasa yang sudah kadaluarsa dan bahkan ditengarai tidak memiliki sertifikasi kelulusan Pengadaan Barang dan Jasa. Ada juga beberapa upaya memasukkan oknum-oknum tertentu dari dinas lain untuk menjadi panitia, ini jelas sarat kepentingan tertentu dari kelompok tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk [1] Menganalisis evaluasi Kinerja Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Elektronik di Kabupaten Sinjai dilihat dari tujuan dari e-Procurement berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010. Dan [2] Membandingkan efektifitas proses lelang antara e-procurement dan system manual. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, kualitatif yang berarti mencoba mendeskripsikan dan menggambarkan secara umum tentang masalah yang di teliti mengenai bagaimana efektivitas pelaksanaan e-Procurement di Kabupaten Sinjai. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan cara tabulasi dalam tabel frekuensi dan dihitung tingkat persentasenya dan selanjutnya dilakukan kategorisasi atau klasifikasi. Adapun kategorisasi yang dipergunakan untuk mengevaluasi penerapan tender elektronik e-procurement dengan menggunakan kategori Skala Likert (Killinger,1999). Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut [1] Dari analisis deskriptif kualitif dengan menggunakan skala Likert terlihat bahwa proses pelaksanaan e-procurement pada lingkup Kabupaten Sinjai sudah sangat baik pelaksanaannya. Hal tersebut terlihat bahwa evaluasi di tingkat PPK, POKJA, INSPEKTORAT, dan KONTRAKTOR pada umumnya masih masuk dalam kategori 4 yakni Sangat Baik. Dan [2] Narasumber menyatakan bahwa kelebihan lelang secara E-Procurement yaitu Lebih efektif dari segi waktu, lebih efisien dari segi biaya, lebih transparan, adil dan kekurangan lelang secara E-Procurement yaitu perlu pemahaman menggunakan teknologi.
ANALYSIS OF DAMAGE CONTROL OF WATER TAROWANG RIVER, JENEPONTO REGENCY Andi Sulfikar; Ratna Musa; hanafi ashad
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 2 No. 2 (2018): Flyover Vol 2 Issue 2 2018
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.057 KB)

Abstract

Dari segi topografi Sungai Tarowang berada pada Desa Tarowang, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto posisi 119039’16,2” BT – 05038’0,3”LS. Kemiringan lereng didominasi daerah landai pada bagian hilir sampai muara dan curam pegunungan di daerah hulu. Tebing Sungai Tamanroya dan tebing Sungai Tarowang disepanjang sungai yang masuk wilayah studi ini terlihat longsoran-longsoran ke dalam sungai. Hal ini menurut pengamatan kami area tebing sungai merupakan tanah silty sand yang sangat mudah longsor. Longsoran-longsoran tersebut terbawa aliran sampai muara. Tujuan dalam penulisan Kajian Pengendalian Daya Rusak Air Sungai Tarowang Kabupaten Jeneponto adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh Sungai Tarowang terhadap banjir dan melakukan suatu kajian untuk pengendalian Daya Rusak Air Sungai Tarowang yang dapat digunakan dalam program dan perencanaan desain serta pelaksanaan konstruksinya sehingga mengurangi kerugian akibat banjir pada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan [1] Banjir yang terjadi di Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto disebabkan hal antara lain : Topografi yang relative rendah,, tingginya curah hujan sehingga mengakibatkan meluapnya Sungai Tarowang, dan rusaknya beberapa penampang sungai [2] Banjir terbesar terjadi Q10 sebesar 92.74 m3/ detik pada Sungai Tarowang sehingga Q10 dapat dijadikan dasar dalam merencanakan bangunan jangka menengah (Tanggul Banjir dan Perkuatan tebing)sebagai dasar dalam perhitungan periode pengendalian daya rusak air Kecamatan Tarowang. [3] Banjir terbesar terjadi Q25 sebesar 133.92 m3/ detik pada Sungai Tarowang sehingga Q25 dapat dijadikan dasar dalam merencanakan bangunan jangka panjang (Kolam regulasi dan bendungan)sebagai dasar dalam perhitungan periode pengendalian daya rusak air Kecamatan Tarowang
SCHEMATIC MODEL OF WATER ALLOCATION IN THE SADDANG RIVER FLOW USING Ms. EXCELL Eni Listyosari; Ratna Musa; hanafi ashad
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 2 No. 2 (2018): Flyover Vol 2 Issue 2 2018
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.277 KB)

Abstract

Penyusunan neraca air dan penyelenggaraan alokasi air di seluruh wilayah Indonesia merupakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air yang diatur melalui Surat Edaran (SE) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air nomor 04 tahun 2012. Hal ini dilakukan untuk menghindari dan meminimalisasi terjadinya konflik kepentingan antar masyarakat maupun antar sektor. Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang merupakan DAS lintas provinsi terluas pada Wilayah Sungai Saddang yang berada di 2 provinsi yang berbeda, yaitu Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, merupakan wilayah yang cukup rawan konflik kepentingan. Oleh karena itu melalui penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap ketersediaan air, kebutuhan air dan neraca air. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui besarnya ketersediaan air dan kebutuhan air guna memperoleh gambaran tepat alokasi air untuk pemenuhan berbagai aspek kebutuhan dalam wilayah DAS Saddang dalam suatu model skematik dengan menggunakan Ms. Excel. Hasil dari analisis didapatkan ketersediaan air total pada DAS Saddang, pada kondisi Q80 adalah sebesar 4702 juta m3 dengan besar alokasi air untuk berbagai penggunaan air di DAS Saddang sebesar 2274 juta m3 untuk melayani penggunaan air untuk irigasi, penggunaan air untuk PDAM, penggunaan air untuk pemeliharaan sungai. Penggunaan air untuk PLTA dan PLTMH, alokasi air diberikan sesuai ketersediaan di lokasi pengambilan.
Study of Reducing Disposal Area in Lake Tempe Revitalization, Wajo Regency Affandi Kahar; Ratna Musa; hanafi ashad
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 3 No. 1 (2019): Flyover Vol 3 Issue 1 juni 2019
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.648 KB)

Abstract

Danau Tempe adalah salah satu danau terluas di Provinsi Sulawesi Selatan yang sebagian besar berada pada wilayah Kabupaten Wajo, sebagian berada pada wilayah Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap. Luas Danau Tempe ± 13.000 hektar dan memiliki keliling danau ± 70 km. Terjadinya berbagai masalah seperti pendangkalan danau oleh sedimentasi dan limbah rumah tangga yang bermuara di Danau Tempe membuat sebagian wilayah sekitar Danau Tempe terendam banjir tiap tahunnya terkhusus wilayah Kabupaten Wajo Adanya Pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Danau Tempe yang mana kegiatan utamanya adalah Pengerukan Sedimen (Tanah) Danau Tempe yang kemudian dari hasil Pengerukan Sedimen (Tanah) tersebut lalu dipindahkan ke suatu wadah (Dispossal Area) dengan luasan tertentu sehingga dari pemindahan Hasil Material Sedimen/Tanah tersebut akan membentuk sepert pulau di daerah kawasan Danau Tempe itu sendiri. Sehingga dengan terbentuknya pulau-pulau maka kedepannya pulau tersebut akan digunakan oleh masyarakat sebagai fasilitas Umum dan atau fasilitas sosial Terjadinya penurunan elevasi dipengaruhi oleh bahan galian material tanah yang digali, sehingga perubahan penurunan akan berpengaruh terhadap volume pekerjaan maupun terhadap kestabilan lereng pada saat terbentuknya pulau tersebut oleh karena itu penulis tertarik memilih topik dengan judul “ Kajian Penurunan Dispossal Area pada Revitalisasi Danau Tempe Kabupaten. Wajo”, Metode Penelitian yang dilaksanakan adalah dengan menginventarisasi dan mengidentifikasi serta mengumpulkan Data-data Primer dan Data-data Sekunder. Adapun pengumpulan Data-data primer adalah dengan mengambil sampel tanah dilapangan lalu kemudian dilakukan pengujian di laboratoirum mekanika tanah teknik sipil UMI, serta mengambil data-data sekunder dari laporan studi terdahulu, pengambilan data-data sekunder hasil pengukuran elevasi dilapangan serta mengambil rumus-rumus persamaan dari buku-buku literatur yang ada. Dari hasil praktikum dapat dianalisis jenis tanah pada dispossal area merupakan jenis tanah medium clay atau clay silty atau tanah lempung berlanau,terjadi penurunan total pada pulau W11 sesuai hasil analisis teoritis adalah sebesar 2,13 meter sedangkan hasil analisis numerik menggunakan aplikasi plaxis 2d menunjukkan penurunan maksimal sebesar 1,21 meter sedangkan hasil pengukuran dilapangan hanya sebesar 0,22 meter.tujuan dari penelitian ini cukup menggambarkan bahwa hasil analisis teoritis dan analisis numerik sangat berbeda namun memberikan dampak perubahan volume yang cukup besar dilapangan sehingga dengan mengetahui akan terjadinya penurunan yang signifikan maka perlu dilakukan upaya perkuatan pondasi dilapangan, sehingga setelah dilakukan perkuatan dengan cerucuk bambu dan geotextile maka hasil pengukuran elevasi dilapangan sangat berpengaruh yaitu penurunan yang terjadi sebesar 0,22 meter atau berkurang 89% dari analisa teoritis dan 81% dari analisa numerik.
STUDY OF SOIL EROSION WITH VARIATIONS OF RAIN INTENSITY, SLOPE SLOPE AND SOIL DENSITY hanafi ashad; Ratna Musa; Arsyad
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 3 No. 1 (2019): Flyover Vol 3 Issue 1 juni 2019
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.566 KB)

Abstract

Proses awal erosi diawali dengan proses pengelupasan oleh air hujan. Dimana percikan air hujan adalah media utama dalam pengelupasan partikel dalam tanah. Prosesnya adalah ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah maka partikel tanah akan terlepas dan terlempar ke udara. Proses ini akan berlanjut ke proses pengangkutan oleh aliran air tanah. Cara untuk mengetahui yang efektif dalam tingkat erosi yaitu melakukan penelitian di labatoratorium dengan menggunakan alat bantu rainfall simulator dengan menggunakan metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan faktor aliran atau limpasan permukaan (Run Off). Metode MUSLE sudah memperhitungkan baik erosi maupun pergerakan sedimen pada DAS berdasarkan kejadian hujan tunggal. Dari penelitian ini didapatkan bahwa Semakin besar intensitas curah hujan maka akan bertambah besar kedalaman hujan dan nilai erosivitasnya, hal tersebut membuat hasil erosi tanah besar pula. Semakin besar nilai kemiringan lereng (LS), maka nilai erosi juga besar. Tetapi untuk kepadatan tanah, besaran erosi berkurang ketika kepadatan tanah besar. Sedangkan hasil perhitungan USLE dan MUSLE yang didapatkan sangat berbeda, dimana Metode USLE di dapatkan hasilnya 18,09 gr/jam sedangkan metode MUSLE hasilnya 62,27 gr/jam, ini menunjukkan bahwa nilai erosi hasil perhitungan dengan metode MUSLE lebih besar dari nilai USLE, hal tersebut disebabkan karena nilai perhitungan pada MUSLE berdasar pada besarnya debit Puncak.
EVALUATION OF MAIN CHANNEL SECTION CAPACITY SANREGO IRRIGATION AREA, BONE DISTRICT Hermin Mandio Bundu; Ratna Musa; hanafi ashad
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 3 No. 2 (2019): Flyover Vol 3 Issue 2 November 2019
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.64 KB)

Abstract

Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi dinyatakan bahwa fungsi irigasi adalah untuk mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Guna lebih mengoptimalkan kondisi yang ada untuk keberhasilan system irigasi secara terus menerus serta mengupayakan keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan dan ditingkatkan untuk mengoptimalkan produksi pertanian demi kesejahteraan rakyat khususnya masyarakat di daerah studi. Daerah Irigasi Sanrego yang terletak di Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone. Dari perencanaan awal luas areal potensialnya 9457 ha namun layanannya tidak meliputi seluruh areal yang direncanakan. Jaringan utama hanya melayani areal potensial seluas 6579 ha yang dilayani oleh air dari Bendung Sanrego sedangkan areal potensial yang terletak di bagian hilir seluas 2878 ha belum terlayani masih berupa sawah tadah hujan karena keterbatasan ketersediaan air yang ada di Bendung Sanrego. Dengan telah dilaksanakannya Studi Kelayakan Pembangunan Bendungan Sanrego tahun 2015 dimana dari hasil analisis keseimbangan air, dengan tampungan waduk yang direncanakan mampu melayani areal rencana awal yakni seluas 9457 ha sudah termasuk areal potensial seluas 2.878 ha pada bagian hilir maka perlu dievaluasi kembali dimensi penampang saluran Induk Sarego yang merupakan penghubung ke areal potensial pada bagian hilir Daerah Irigasi Sanrego yang disesuaikan dengan kebutuhan air irigasi di sawah kondisi saat ini
STUDY OF THE EFFECT OF LAND COVER CHANGES ON SEDIMENTATION IN LAKE TEMPE WITH ARCSWAT MODEL Mohammad Fatkhur Rohman; Ratna Musa; hanafi ashad
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol. 3 No. 2 (2019): Flyover Vol 3 Issue 2 November 2019
Publisher : Moeslim Indonesian University (UMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.579 KB)

Abstract

Akumulasi jumlah sedimen dalam jumlah besar yang masuk ke dalam danau merupakan masalah serius yang dapat mengancam kelestarian danau, sebagaimana yang terjadi pada Danau Tempe. Salah satu penyebab meningkatnya erosi dan sedimentasi adalah adanya perubahan penutupan lahan pada DAS. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola perubahan penutupan lahan pada DAS Bila-Walanae pada tahun 1990, 2000, 2009, dan 2016, menganalisis dampak perubahan tersebut terhadap debit aliran, dan sedimen yang masuk ke Danau Tempe, serta untuk menilai kinerja pengelolaan DAS. Hasil simulasi dengan model ArcSWAT menunjukkan bahwa perubahan penutupan lahan menyebabkan pada meningkatnya debit aliran dan hasil sedimen. Debit aliran rata-rata tahunan yang masuk ke Danau Tempe sebesar 175.1 m3/dt pada kondisi penutupan lahan tahun 1990, meningkat berturut-turut menjadi 223.2 m3/dt, 223.5 m3/dt dan 223.9 m3/dt, pada kondisi penutupan lahan tahun 2000, 2009, dan 2016. Jumlah sedimen yang masuk ke danau rata-rata sebesar 1.61 juta ton/tahun pada kondisi penutupan lahan tahun 1990, meningkat berturut-turut menjadi 1.86 juta ton/tahun, 1.88 juta ton/tahun dan 1.92 juta ton/tahun, pada kondisi penutupan lahan tahun 2000, 2009, dan 2016. Penilaian kinerja pengelolaan DAS Bila Walanae dari penggunaan lahan masuk dalam katagori sedang, dari pengendalian erosi dan sedimentasi masuk kategori jelek, dari kriteria tata air bisa dikategorikan baik.
STUDY OF THE UTILIZATION OF BATU PUTIH WATER IN BATU PUTIH DISTRICT, KOLAKA UTARA DISTRICT, SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE Ratna Musa; abd karim hadi; Wagiyo
UNDERPASS Journal of Civil Engineering, Applied Sciences, and Technology Vol 5 No 1 (2021): Underpass Journal of Civil Engineering, Applied sciences, and Technology VOL 5 IS
Publisher : Magister Teknik Sipil Pps Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.267 KB)

Abstract

Kabupaten Kolaka Utara memiliki beberapa daerah yang kekurangan air, sehingga memerlukan upaya-upaya dalam mengelola sumberdaya air. Salah satu daerah yang sering mengalami kekurangan air tetapi memiliki potensi untuk dibangunnya embung adalah desa Lelewawo di Kecamatan Batu Putih.Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan upaya pengawetan air dengan cara membangun reservoir/tampungan berupa embung dan juga tetap memelihara serta melakukan konservasi DAS (Daerah Aliran Air). Perhitungan ketersediaan air (debit andalan) dihitung menggunakan Metode F.J. Mock dan NRECA. Analisis kebutuhan air dihitung berdasarkan berbagai keperluan, berupa kebutuhan air bersih, municipal, domestik, industri, air irigasi yang diperhitungkan untuk kebutuhan saat ini dan akan datang. Simulasi pemanfaatan Embung Batu Putih dilakukan dengan berbagai kondisi, yaitu pada kondisi kering, normal, rendah dan cukup. Perhitungan metode NRECA mempunyai prosentase selisih sebesar 1% sehingga dianggap bahwa metode NRECA yang mendekati dengan keadaan di lapangan. Dimana dengan luas DAS Embung sebesar 2,15 km2 dan besarnya debit andalan adalah 0.136 m3/dtk. Hasil simulasi tampungan embung batu putih menunjukkan hasil yang sukses, dimana kebutuhan air baku dan air irigasi di wilayah Embung Batu Putih terpenuhi dalam berbagai kondisi, yaitu pada musim kering, debit air normal dan pada debit air cukup.