Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : Jurnal Agrotek Tropika

PENGARUH BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SEBAGAI PERLAKUAN BENIH JAGUNG TERHADAP KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN NEMATODA Lisa Septiani; I Gede Swibawa; Puji Lestari; Titik nur Aeny
Jurnal Agrotek Tropika Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.617 KB) | DOI: 10.23960/jat.v6i1.2530

Abstract

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia dan mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional. Pengembangan tanaman jagung masih terkendala oleh rendahnya ketahanan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit. Penyakit yang banyak mengganggu tanaman jagung yaitu penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Perenosclerospora spp. Salah satu cara pengendalian penyakit bulai yaitu menggunakan fungisida sebagai perlakuan benih. Penggunaan fungisida sebagai perlakuan benih dapat mengganggu aktivitas biota tanah seperti nematoda. Tujuan penelitianiniadalah untuk mempelajari pengaruh beberapa jenis fungisida sebagai perlakuan benih terhadap kelimpahan dan keragaman nematoda pada pertanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Natar Kabupaten Lampung Selatan dan proses laboratorium dilakukan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, mulai bulan Februari sampai dengan Juni 2016. Perlakuan dalam percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan pengelompokan dilakukan berdasarkan arah mata angin. Fungisida yang digunakan sebagai perlakuan benih yaitu Hab, Dimetomorf 50%, Fungisida 3, Fenimidon, Fungisida 2, Fungisida 4, Metalaksil 35%, Fungisida 1, dan Imax. Data kelimpahan dan keragaman nematoda dianalisis kovarian pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan benih tanaman jagung dengan fungisida menurunkan kelimpahan seluruh nematoda, tetapi tidak mempengaruhi kelimpahan kelompok makannematoda. Perlakuan benih tanaman jagung dengan fungisida tidak mempengaruhi keragaman nematoda.
PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SPORULASI Colletotrichum capsici SECARA IN VITRO Shintya Wulandari; Titik Nur Aeny; Efri Efri
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.025 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i2.2002

Abstract

Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai. Salah satu cara pengendalian penyakit antraknosa yang ramah lingkungan adalah penggunaan fungisida nabati atau fungisida yang berasal dari ekstrak daun atau bagian-bagian tanaman lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun babadotan yang difraksinasi dengan pelarut air, metanol, etil asetat dan n-heksana dalam menekan  pertumbuhan dan sporulasi C. capsici secara in vitro. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan September sampai dengan Desember 2014. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Keenam perlakuan tersebut yaitu perlakuan tanpa menggunakan ekstrak, ekstrak tanaman uji dengan pelarut air, metanol, etil asetat dan n-heksana serta fungisida sintetik berbahan aktif propineb 70% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak daun babadotan dengan pelarut metanol menunjukkan hasil yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan dan sporulasi C. capsici secara in vitro. Namun, keefektivan fraksi ekstrak tersebut lebih rendah dibandingkan dengan fungisida sintetik berbahan aktif propineb 70%.
PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN TAGETES (Tagetes erecta) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SPORULASI Colletotrichum capsici SECARA IN VITRO M Wahyu Satryawibowo; Efri Efri; Titik Nur Aeny
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.324 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i2.1998

Abstract

Pada umumnya pengendalian penyakit antraknosa dilakukan dengan menggunakan fungisida kimia sintetik yang selalu menimbulkan dampak negatif. Salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit tanaman adalah menggunakan fungisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fraksi ekstrak dauntagetes sebagai fungisida nabati dalam menekan pertumbuhan dan sporulasi patogen antraknosa pada cabai yaitu C. capsici secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Percobaan terdiridari enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan adalah tanpa menggunakan ekstrak (P1), perlakuan dengan fungisida propineb (P2), fraksi ekstrak daun tagetes dengan pelarut air (P3), fraksi ekstrak daun tagetes dengan pelarut metanol (P4), fraksi ekstrak daun tagetes dengan pelarut etil asetat (P5), fraksi ekstrak daun tagetes dengan pelarut n-hexana (P6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak daun tagetes dengan pelarut metanol berpotensi sebagai fungisida nabati lebih baik dibandingkan dengan fraksi ekstrak daun tagetes dengan pelarut air dan pelarut etil asetat walaupun pengaruhnya tidak sebaik fungisida propineb terhadap penghambatan pertumbuhan dan sporulasi C. capsici secara in vitro.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus [L.] Merr.) Tiya Oviana; Titik Nur Aeny; Joko Prasetyo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.375 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i2.2001

Abstract

Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mendominasi perdagangan buah tropika dunia. Indonesia merupakan negara yang menempati posisi ketiga sebagai negara penghasil nanas olahan dan segar setelah Thailand dan Filipina. Salah satu kendala dalam peningkatan produksi nanas adalah adanya penyakit busuk buah (fruit collapse) yang disebabkan oleh bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi penyebab penyakit busuk buah nanas dari perkebunan PT Nusantara Tropical Farm (NTF) dan mengetahui identitas patogen tersebut. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama berupa isolasi dari jaringan buah dan crown nanas yang sakit untuk mendapat isolat-isolat murni. Tahap kedua adalah karakterisasi yang dilakukan melalui uji morfologi,biokimia, dan patogenisitas untuk mengetahui karakteristik isolat patogen yang diperoleh. Dari hasil isolasi diketahui bahwa penyebab penyakit busuk buah nanas yang ada di PT NTF adalah bakteri. Isolat bakteri tersebut merupakan bakteri Gram negatif, bersifat soft rot, anaerob fakultatif dan virulen. Gejala penyakit antara lain berupa busuk buah, pada daun terbentuk garis-garis berwarna coklat dan melepuh. Berdasarkan gejala yang khas pada daun tanaman sakit serta hasil karakterisasi isolat bakteri, diduga bahwa penyebab penyakit busuk buah pada tanaman nanas di perkebunan PT NTF adalah bakteri Erwinia chrysanthemi.
PENGUJIAN EFIKASI FORMULASI KERING Trichoderma spp. TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO (Phytophthora palmivora) Ahmad Teddy Wijaya; Titik Nur Aeny
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.984 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i3.2057

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi keringTrichoderma spp. dengan bahan pembawa yang berbeda-beda (talk, kaolin, dan clay) dan mendapatkan formulasi kering yang paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah kakao (BBK) yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora. Penyiapan formulasi kering Trichoderma spp. dilakukan di laboratorium dan formulasi kering yang dihasilkan selanjutnya diuji keefektifannya pada buah kakao di laboratorium dan di lapang. Pengujian laboratorium dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan pengujian lapang dilakukan di kebun kakao petani di Dusun Sidomulyo Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus. Formulasi keringTrichoderma diaplikasikan dengan cara penyemprotan pada buah kako, dan semua buah yang diberi perlakuan diinokulasi dengan cara menempelkan potongan biakan P. palmivora pada 2 hari setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma spp. dalam bentuk formulasi kering dapat menekan pertumbuhan jamurP. palmivora. Formulasi keringT.harzianum dan T.viride dengan bahan pembawa kaolin memiliki jumlah spora yang paling tinggi. Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa pada 8 hari setelah inokulasi, formulasi kering T.harzianum dengan bahan pembawa kaolin adalah yang paling baik dalam menekan keparahan penyakit(34%), sedangkan di lapang formulasi T.viridae dengan bahan pembawa kaolin yang paling efektif dalam menekan keparahan penyakit BBK (26%).
UJI KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN JARAK DAN DAUN NIMBA TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) Tivanny Sherrin Wanda; Efri Efri; Titik Nur Aeny; Hasriadi Mat Akin
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.537 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2074

Abstract

Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum spp. merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya cabai. Kerugian akibat penyakit ini di lapangan dapat mencapai 65%. Salah satu alternatif pengendalian penyakit ini yaitu menggunakan fungisida nabati. Tanaman jarak dan nimba merupakan tanaman yang berpotensi sebagai fungisida nabati. Tanaman jarak dan nimba memiliki senyawa-senyawa aktif yang dapat membunuh jamur dan tidak toksik terhadap manusiadan hewan. Penelitian bertujuan untuk menguji keefektifan ekstrak daun jarak dan daun nimba terhadap intensitas penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Juni sampai September 2013. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan sehingga didapatkan 25 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 2 tanaman cabai. Lima perlakuan tersebut adalah kontrol (F 0 ), ekstrak daun jarak fraksi alkohol 10% (F 1 ), ekstrak daun jarak fraksi Etil asetat 10% (F 2 ), ekstrak daun nimba fraksi alkohol 90% (F 3 ) dan perlakuan fungisida pembanding (F 4 ). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jarak fraksi alkohol 10%, ekstrak daun jarak fraksi etil asetat 10% dan ekstrak daun nimba fraksi alkohol 90% dapat menekan intensitas penyakit antraknosa pada tanaman cabai, ekstrak daun jarak fraksi alkohol 10% dan fraksi etil asetat 10% lebih baik dalam menekan intensitas penyakit antraknosa pada cabai dibandingkan dengan ekstrak daun nimba fraski alkohol 90% dan fungisida sintetik, dan kemampuan ekstrak daun nimba fraksi alkohol 90% tidak berbeda dengan kemampuan dari fungisida sintetik dalam menekan intensitas penyakit antraknosa pada tanaman cabai.
PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN NIMBA (Azadirachta indica A.) DAN DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) TERHADAP DIAMETER KOLONI DAN JUMLAH SPORA JAMUR Colletotrichum capsici PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annum L.) Yanti Ningsih; Efri Efri; Titik Nur Aeny
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.062 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i3.2059

Abstract

Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam famili solanaceae. Budidaya cabai seringkali menghadapi banyak kendala terutama dalam usaha meningkatkan produktivitas, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu penyakit yang menjadi kendala pada pertanaman cabai adalah penyakit antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici dan pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fraksi ekstrak daun nimba dan daun jarak sebagai biofungisida terhadap pertumbuhan C. capsici secara in vitro penyebab penyakit antraknosa pada cabai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun nimba fraksi alkohol 90% , ekstrak daun jarak fraksi alkohol 10%, fraksi alkohol 90%, fraksi etil asetat 10% dan fraksi n-heksana 90% berpotensi sebagai fungisida nabati yang dapat menghambat pertumbuhan koloni dan pembentukan spora C. capsici.
EFIKASI BIONEMATISIDA Purpureocillium lilacinum TERHADAP NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) DARI DUA INANG BERBEDA Wilandari, Riri; Swibawa, I Gede; Aeny, Titik Nur; Purnomo, Purnomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 10, No 2 (2022): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 10, MEI 2022
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v10i2.5874

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bionematisida jamur Purpureocillium lilacinum dan Nematoda Puru Akar dari inang berbeda serta interaksinya terhadap populasi NPA dan tingkat kerusakan akar tanaman tomat.  Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.  Percobaan menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang terdiri dari 2 petak utama dan 4 anak petak dengan 5 ulangan.  Petak utama terdiri 2 dua kelompok NPA dari inang berbeda, sedangkan anak petak terdiri dari 4 perlakuan nematisida.  Dua perlakuan petak utama yaitu NPA dari inang jambu dan NPA dari inang tomat.  Perlakuan nematisida yaitu Kontrol, Bionematisida P. lilacinum, Bionematisida P. lilacinum + kompos, dan Nematisida kimiawi (Carbofuran).  Variabel yang diamati yaitu populasi nematoda dalam akar dan tanah serta kerusakan akar tanaman.  Data dianalisis ragan dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.  Hasil penelitian menunjukkan NPA dari tanaman jambu biji kristal lebih merusak daripada NPA dari tanaman tomat. Aplikasi bionematisida P. lilacinum efektif mengendalikan populasi NPA dan penambahan kompos meningkatkan keefektifannya.  Pengaruh interaksi antara asal NPA dan perlakuan nematisida tidak nyata.
PENGARUH DIMETOMORF DAN Trichoderma sp. TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Puspita, Adelia; Prasetyo, Joko; Aeny, Titik Nur; Maryono, Tri
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 4 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, November 2023
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i4.8006

Abstract

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia selain beras  Upaya pengendalian penyakit bulai lazimnya dilakukan dengan menggunakan fungisida.  Jenis fungisida yang digunakan yaitu fungisida yang bekerja secara sistemik salah satunya dimetomorf.  Pengendalian penyakit bulai jagung selain dengan fungisida sintetik juga dapat dilakukan menggunakan agensi hayati yaitu Trichoderma sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kombinasi dimetomorf dan Trichoderma sp. dalam mengendalikan penyakit bulai dan pertumbuhan tanaman jagung.  Percobaan dilakukan pada bulan Juli -November 2020, di Laboratorium Penyakit Tanaman, Jurusan Proteksi Tanaman dan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung.  Perlakuan pada percobaan ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan.  Faktor pertama yaitu fungisida dimetomorf  dengan dua taraf yaitu tanpa fungisida (F0) dan dengan fungisida dimetomorf (F1) sesuai dengan dosis anjuran yaitu 5 g/kg benih jagung.  Faktor kedua yaitu kerapatan spora Trichoderma sp.  dengan empat taraf yaitu tanpa Trichoderma sp. (T0), Trichoderma sp.  kerapatan 106 (T1), Trichoderma sp.  kerapatan 108 (T2), dan Trichoderma sp.  kerapatan 109 (T3).  Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey.  Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan pemisahan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)  pada taraf 5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida dimetomorf mampu menekan keparahan penyakit bulai pada 28 HSI dan meningkatkan bobot kering brangkasan akar.
THE EFFECTIVENESS OF LECANICILLIUM LECANII, BETEL LEAF EXTRACT AND COPPER OXIDE TO CONTROL RUST DISEASE ON COFFEE LEAF DISCS IN THE LABORATORY Ginting, Cipta; Azrah Humairah Sirait; Titik Nur Aeny; Tri Maryono
Jurnal Agrotek Tropika Vol. 13 No. 3 (2025): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 13, AGUSTUS 2025
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v13i3.11416

Abstract

The coffee industry is still impacted by the leaf rust disease caused by Hemileia vastatrix B. et Br. Coffee plants are damaged and money might be lost as a result. The purpose of this study was to observe the effects of copper oxide, betel leaf extract, and the fungus Lecanicillium lecanii on lab-grown coffee leaf discs in terms of disease control, namely coffee leaf rust. To measure efficacy, coffee leaf discs were used. In a completely randomized design (CRD), four treatments were used with five replicates for this experiment. The treatments that were used were L lecanii, betel leaf extract, copper oxide, and a control group. Observed parameters on coffee leaf discs were incubation length, sickness incidence, and disease severity. For data assessment, we utilized Barlett's test, and for data additiveness, we used Tukey's test. After analyzing the data using ANOVA, Duncan's Multiple Range Test was conducted at the 5% level. Results showed that L lecanii, copper oxide, and betel leaf extract may all extend the incubation period. In the betel leaf extract group, signs of coffee leaf rust disease appeared 14 days after inoculation (DAI), in the copper oxide group, 21 days after inoculation (DAI), and in the control group, 5 days after inoculation (DAI). In addition, L lecanii, betel leaf extract, and copper oxide significantly reduced the frequency of sickness and the severity of rust disease on coffee leaf discs in the lab 1-4 weeks after inoculation (WAI).