Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pengaruh Pemilihan Anti-Psikotik Pada Pasien Depresi Tanpa dan Dengan Gejala Psikotik Terhadap Lama Hari Rawat Inap Palupi Poppy Diah; Buanasari Buanasari
Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2019): Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/pjif.v8i2.1469

Abstract

Antipsychotic therapy is given frequently to the patient with depressive symptoms. Antipsychotics are used to enhance the effects of antidepressants in the depressive patients. The aim of this study was to evaluate the length of stay of antipsychotic therapy selection in the depressive patient without/with psychosis symptoms. This study was conducted by quantitative method, multicenter, non-experimental approach, and cohort design study. Data were collected from medical records of 187 patients diagnosed with depression without/with psychosis symptoms from the various mental-illness hospital in Central Java Province. There was a significant difference (p 0.05) in the length of stay with the selection of antidepressants in depressive patients without psychotic symptoms, and there was no significant difference (p 0.05) in the length of stay with the selection of antipsychotic agents in depressive patients without/with psychotic symptoms.Keywords— Length of stay, depression, without/with psychosis symptoms, antipsychotic
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) DENGAN METODE DPPH Buanasari; Warlan Sugiyo; Arini Chyntia Apriyanti
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asam jawa banyak dimanfaatkan untuk kesehatan. Manfaatnya sudah banyak digunakan masyarakat asia. Penelitian sebelumnya banyak mengkaji buah dan bijinya. Penelitian ini mengkaji pengaruh konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi terhadap hasil ekstraksi dan aktivitas antioksidan ekstrak. Metode yang digunakan remaserasi dengan variasi konsentrasi pelarut (30, 50, 70%v) dan waktu (3, 5 dan 7 hari). Uji aktivitas antioksidan ekstrak menggunakan metode DPPH-Scavenging activity, dengan menghitung persen penghambatan pada absorbansi 528nm. Hasil penelitian menggunakan IR spektroskopi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun asam jawa mempunyai kandungan fenolik, flavonoid, saponin, alkaloid dan ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan paling besar pada konsentrasi etanol 30%v (DPPH-SA= 61,50±1,56 %). Pengujian aktivitas antioksidan berdasarkan lamanya waktu perendaman tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak (DPPH-SA= 57,60±1,27 %). Hasil penelitian menunjukkan adanya gugus antioksidan yaitu fenol pada spektrofotometer IR, sehingga ekstrak daun asam jawa memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami yang bermanfaat.
PENGAWETAN MI BASAH YANG AMAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGAWET DARI LIMBAH CANGKANG KEPITING HIJAU (Silla serrata) Warlan Sugiyo; Buanasari; Sri Suwarni; Felisia Bani Ban
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan penelitian yang berjudul “Pengawetan mi basah yang aman dengan menggunakan pengawet dari limbah cangkang kepiting hijau (Scilla serrata)”. Adapun tujuan penelitian ini adalah dapat memanfaatkan limbah yang tidak berguna menjadi bahan yang sangat berguna sebagai pengawet makanan yang aman seperti kitin dan kitosan dari limbah cangkang kepiting hijau yang digunakan untuk dapat mengawetkan mi basah dengan aman. Penelitian ini diawali dengan kegiatan preparasi sampel dari limbah cangkang kepiting hijau, yang dilakukan dengan pemisahan cangkang dari dagingnya. Ekstraksi kitin dilakukan dengan deproteinasi dengan larutan NaOH 3,5% 650 C selama 2 jam (1 : 10) (W/V), demineralisasi dengan larutan HCl 1 N pada suhu kamar 30 menit (1 : 15) (W/V), dan penghilangan warna dengan menggunakan aseton serta pemutihan menggunakan NaOCl 0,315% T kamar 30’ (1 : 10) (W/V). Transformasi kitin menjadi kitosan dilakukan dengan upaya deasetilasi menggunakan larutan pekat NaOH 50% (1 : 10) (W/V). Kitin dan kitosan yang diperoleh kemudian diaplikasikan untuk mengawetkan mi basah kemudian diteliti perbedaan daya pengawetnya masing-masing. Variasi penelitian terdiri dari variasi waktu (jumlah hari), variasi pemberian pengawet kitin, kitosan dan tanpa pengawet pada mi basah serta variasi prosentasi kitin / kitosan dalam larutan asam cuka: 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%. Hasil penelitian yang diperoleh pada mi basah dengan pengawetan kitosan, jamur/bakteri (perubahan warna dan bau) muncul pada hari ke 7( 5%), hari ke 7 (7,5%), hari ke 8 (10%), hari ke 9 (12,5%), hari ke 10(15%), pada mi basah dengan pengawetan kitin, jamur/bakteri (perubahan warna dan bau) muncul pada hari ke 5( 5%), hari ke 6 (7,5%), hari ke 7 (10%), hari ke 8 (12,5%), hari ke 9 (15%), sedangkan pada mi tanpa pengawetan, jamur/bakteri (perubahan warna dan bau) muncul pada hari ke 2. Hal ini menunjukkan daya pengawet mi basah senyawa kitosan lebih baik dari kitin.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAUN MANGKOKAN (Polyscias scutellaria (Burn.f.)Fosberg) Eden, Willy Tirza; -, Buanasari; -, Shihabuddin; Badahdah, Nilam Kencana
Media Farmasi Indonesia Vol. 11 No. 2 (2016): Media Farmasi Indonesia
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.605 KB)

Abstract

ABSTRAK Serangan radikal bebas sangat merisaukan di zaman sekarang. Antioksidan memegang peranan penting dalam kehidupan untuk melindungi dan mengurangi efek negatif dari serangan radikal bebas tersebut. Daun mangkokan (Polyscias scutellaria (Burn.f.)Fosberg) mengandung metabolit sekunder yang potensial sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif dan aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol, fraksi kloroform, fraksi n-heksan dan fraksi air daun mangkokan. Penyarian secara maserasi dengan metanol 70%, dilanjutkan fraksinasi menggunakan kloroform, dan n-heksana. Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak dan fraksi yang meliputi alkaloid, flavonoid, fenolik dan saponin sehingga diketahui senyawa apa yang terdapat pada daun mangkokan. Ekstrak metanol, fraksi kloroform, fraksi n-heksana, fraksi air daun mangkokan diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH dan tiosianat. Hasil penelitian menunjukkan fraksi kloroform mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai rata – rata IC50 19,58 ppm menggunakan metode DPPH. Sebaliknya, rata - rata persen aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh fraksi air sebesar 25,78% setelah diinkubasi selama 72 jam menggunakan metode tiosianat. Hal tersebut diduga karena senyawa flavonoid polar yang terdapat pada fraksi air berperan dengan baik melindungi asam linoleat yang bersifat non polar. Sedangkan fraksi kloroform diduga mengandung senyawa flavonoid lebih banyak dan lebih murni dibanding sampel yang lain, sehingga aktivitas penangkapan radikal DPPH tinggi.
PERBANDINGAN KUALITAS KITOSAN PADA LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS DAN MENTAH DITINJAU DARI % N-DEASETILASI Yudhantara, Sandi Mahesa; Sugiyo, Warlan; Buanasari, Buanasari
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 6 No 2 (2023)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52216/jfsi.vol6no2p200-204

Abstract

Chitosan is chitin that is deacetylated as much as possible whose quality can be measured by the value of % N-Deacetylated. Chitosan has the potential to be used in various industrial and health fields, so its needs are influenced by its quality standards. Crab shells, which are one of the sources of chitosan-making materials, have not yet been fully utilized, especially shells from consumption waste (restaurants). Researchers intend to test Chitosan derived from raw and cooked crab shells to compare their quality. The process of making chitosan goes through three main stages, namely deproteination, demineralization and deacetylation, while at the analysis stage using the base line method using an FT-IR spectrophotometer. As a result, the %N-Deacetylated price was obtained at 74.8640% in the raw crab shell sample (A), while in the cooked crab shell sample (B), the %N-deacetylation price was 68.9313 %. The difference between sample A and sample B is only 5.9327%.