Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KOHESI DAN KONTEKS PADA LAGU MADEKDEK MA GAMBIRI: KAJIAN ANALISIS Puji, Puji Syukur Giawa; Siahaan, Wahyu Satria Boy; Sihombing, Patar Kristian; Sinulingga, Jekmen
Kompetensi : Jurnal Pendidikan dan Humaniora Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIBA Vol 16 No 2 (2023): Kompetensi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/kompetensi.v16i2.196

Abstract

Lagu Madekdek Ma Gambiri adalah sebuah lagu daerah Tapanuli, Sumatera Utara yang bercerita tentang ungkapan hati seseorang kepada pujaan hatinya. Adapun penelitian ini akan mengangkat wacana dari lirik lagu Madekdek Ma Gambiri untuk dianalisis secara struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kohesi leksikal apa saja yang ada dalam wacana lirik lagu Madekdek Ma Gambiri, mengetahui kohesi gramatikal apa saja yang terdapat dalam wacana lirik lagu Madekdek Ma Gambiri, dan mengetahui konteks apa yang terdapat dalam wacana lirik lagu Madekdek Ma Gambiri. Metode yang digunakan dalam tulisan ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Sumber data diperoleh melalui media sosial YouTube. Teknik pengumpulan data ialah dengan menyimak dan mencatat data melalui sumber internet. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kohesi leksikal dan gramatikal dalam wacana lirik lagu Madekdek Ma Gambiri meliputi sinonim sebanyak 3 data dan reiterasi sebanyak 13 data, sedangkan konteks yang terdapat dalam wacana lirik lagu Madekdek Ma Gambiri meliputi setting, participants, ends, act sequences, key, instrumentalities, norm, dan genres.
Kearifan Lokal Rumah Adat Karo Si Sepuluh Dua Jabu di Desa Lingga Kabupaten Karo Sinulingga, Jekmen; Pasaribu, Niken Kirey; Sihombing, Patar Kristian; Simamora, Devina C; Silaban, Immanuel
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.27895

Abstract

Dengan menggunakan teori kearifan lokal Robert Sibarani, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kearifan lokal yang terkandung dalam simbol-simbol Rumah Adat Karo Si Sepuluh Dua Jabu di Desa Lingga, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dengan orang-orang yang memahami nilai-nilai budaya Karo, terutama yang berkaitan dengan Rumah Adat Si Sepuluh Dua Jabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Adat Si Sepuluh Dua Jabu mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang menciptakan kedamaian dan kemakmuran bagi masyarakat Karo. Sembilan elemen utama kearifan lokal ditemukan: (1) Rasa syukur, yang ditunjukkan oleh ornamen Beraspati ni Taneh sebagai tanda perlindungan spiritual; (2) Kesopansantunan, yang ditunjukkan oleh desain Pintu Jabu yang mengajarkan penghormatan dan kerendahan hati; (3) Kerukunan dan penyelesaian konflik, yang terlihat dalam penggunaan bersama Daliken atau tungku; (4) Kesetiakawanan sosial, yang terlihat dalam gotong royong masyarakat saat mendirikan rumah adat, seperti pemasangan Sendi; (5) Pelestarian dan kreativitas budaya, yang terlihat dalam ornamen Ayou yang mengabadikan cerita rakyat seperti cerita Beru Ginting; (6) Peduli lingkungan, yang terlihat dari penggunaan atap ijuk sebagai bahan alami yang ramah lingkungan. Menurut penelitian ini, simbol-simbol di Rumah Adat Si Sepuluh Dua Jabu memiliki tujuan selain tujuan estetika dan struktural, tetapi juga berisi nilai-nilai filosofis dan moral yang menjadi pedoman bagi masyarakat Karo dalam hidup mereka. Kearifan lokal ini sangat penting untuk membangun masyarakat yang harmonis, bertanggung jawab, dan selaras dengan alam dan sesama manusia. Diharapkan jurnal ini akan membantu dalam pelestarian budaya lokal dan memberikan inspirasi untuk penelitian tentang kearifan lokal di tempat lain.
Fungsi dan Motif Ulos Mangiring pada Etnik Batak Toba Kajian Semiotika Karosekali, Emmya Kristina br; Sihombing, Patar Kristian; Sinulingga, Jekmen
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 1 (2024): April 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v8i1.14154

Abstract

Ulos mangiring merupakan salah satu kain khas dari etnik Batak Toba yang sering digunakan dalam Tradisi Adat pernikahan, upacara adat dan sebagainya. Artikel ini menganalisis Fungsi dan Motif ulos mangiring pada etnik Batak Toba dengan menggunakan kajian semiotika Menurut Charles Sander Pierce, semiotika merupakan studi tentang tanda-tanda dan bagaimana tanda-tanda tersebut memberikan makna yang terkandung di dalam. Masalah yang diteliti adalah motif pada ulos mangiring etnik Batak Toba dan fungsi dari ulos magiring etnik Batak toba serta makna dari ulos mangiring. Metode yang digunakan didalam tulisan ini yaitu Metode deskriptif kualitatif. Tujuan dari ulos mangiring pada etnik Batak Toba adalah untuk menjadi simbol keberuntungan, perlindungan, serta sebagai bagian dari tradisi adat dan upacara keagamaan masyarakat Batak. Sumber data yang diperoleh melalui sosial media. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menyimak dan mencatatat data melalui sumber internet.
Nilai Pendidikan pada Upacara Mangongkal Holi Etnik Batak Toba Kajian Kearifan Lokal Saragi, Mery Grace Jenita; Sihombing, Patar Kristian; Herlina, Herlina
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 1 (2024): April 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v8i1.14464

Abstract

Mangongkal Holi telah lama menjadi bagian dari budaya Batak Toba dan masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi Mangongkal Holi bertujuan untuk menghormati leluhur, menjaga garis keturunan marga, dan memperoleh keberkahan seperti falsafah hidup suku Toba yakni Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon. Tradisi Mangongkal Holi juga merupakan salah satu kearifan lokal Batak Toba. Menurut Keraf, kearifan lokal sendiri adalah segala bentuk pengetahuan yang menjadi pedoman tingkah laku manusia ketika hidup dalam suatu komunitas ekologis, yaitu kepercayaan, pemahaman atau wawasan, adat istiadat atau etika yang menjadi pedoman tingkah laku. Dalam kearifan lokal terdapat nilai pendidikan. Adapun nilai Pendidikan menurut Susanti terdiri atas nilai agama, nilai sosial, dan nilai sejarah. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik analisis data yang dipakai adalah survei literatur melalui buku pendukung dan sumber data berasal dari beberapa artikel ilmiah yang ada di Google Scholar. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya tahapan dalam tradisi mangongkal holi, antara lain: Tinopot ma aka hula-hula ni si okalon, martonggo raja (Mengumpulkan semua pihak yang berkontribusi pada upacara ini). dan proses penggalian makam sampai memasukkan tulang belulang kedalam tugu atau simin. Sedangkan nilai-nilai pendidikan mangongkal holi yaitu nilai agama, nilai sejarah dan nilai sosial.
Produksi Sulim sebagai Produk Inovatif Alat Musik Tradisional Batak Toba Sekali, Emmya Kristina Br Karo; Sihombing, Patar Kristian; Sinulingga, Jekmen
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 1 (2024): April 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v8i1.14470

Abstract

Sulim (seruling) adalah sejenis instrumen tiup bambu yang berasal dari daerah Batak Toba di Sumatera Utara.sulim terbuat dari bambu dengan badan bambu diberikan lubang.bedanya sulim dengan jenis seruling lain adalah bunyi yang dihasilkan yang terus bergetar.Penelitian ini menganalisis Membuat Produk Inovatif Alat Musik Tradisional Batak Toba (Sulim). kegiatan ini mencakup rumusan masalah tentang Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sulim batak toba dan kegunaan dari sulim batak toba tersebut serta Langkah-langkah dalam pembuatan sulim batak toba. Metode yang digunakan didalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan menggunakan Teori komodifikasi. Teori komodifikas dipahami sebagai proses dominan sosial dan institusi yang melakukan produksi komoditas untuk meraih keuntungan kapital/ekonomi sebesar-besarnya dengan menciptakan suatu konsep produksi, distribusi dan konsumsi. Sumber data yang diperoleh melalui sosial media. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam berkarya,menjadikan produk lebih dikenal oleh masyarakat ,dan sebagai bentuk pembelajaran dalam produk inovatif dan kreatif. Manfaatnya adalah Dapat memperoleh penghasilan, dapat mengganti fungsi dari benda lain, dan Serta menyalurkan inovasi untuk menghasilkan sebuah produk yang menguntungkan.
Norma dan Etika dalam Marhata Sinamot pada Pernikahan Batak Toba Naibaho, Dewes Agustina; Pasaribu, Niken Kirey; Sihombing, Patar Kristian; Tampubolon, Flansius
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Marhata Sinamot adalah salah satu tradisi penting dalam pernikahan adat Batak Toba yang berfungsi sebagai forum diskusi formal antara keluarga calon pengantin pria dan wanita untuk mencapai kesepakatan terkait pelaksanaan pernikahan, terutama mengenai mahar (sinamot). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahapan, norma, dan etika yang terkandung dalam tradisi Marhata Sinamot. Dengan menggunakan metode deskriptif melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi literatur, penelitian ini menemukan bahwa setiap tahapan dalam Marhata Sinamot dari Marhori-hori dingding, Marhusip, hingga Pasahat Sinamot mengandung norma kesopanan, keadilan, keterbukaan, dan penghormatan, serta etika komunikasi, kejujuran, dan kebersamaan. Tradisi ini tidak hanya merupakan praktik adat, tetapi juga representasi nilai-nilai luhur masyarakat Batak Toba yang tetap relevan dalam menjaga keharmonisan sosial di tengah perubahan zaman. Marhata Sinamot memperlihatkan bagaimana adat dan budaya mampu menjadi pengikat sosial serta simbol identitas budaya yang kokoh.