Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

RUMA BOLON BATAK TOBA SEBAGAI WARISAN BUDAYA DAN TANTANGAN PELESTARIANNYA DI ERA MODERN Sinulingga, Jekmen; Siallagan, Intan putri; Mery Grace Jenita; Sitorus, Oliviya Sera; Silaban, Immanuel
Parataksis: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Vol. 8 No. 1 (2025): Parataksis: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/parataksis.v8i1.18108

Abstract

Dalam artikel ini akan membahas Ruma Bolon Batak Toba sebagai warisan budaya dan tantangan pelestariannya di era modern. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis data yang dipakai adalah survey literatur yang berasal dari artikel jurnal. Hasil dari penelitian ini ditemukan nilai budaya Ruma Bolon terbagi atas nilai arsitektur tradisional, nilai sosial dan spiritual, dan nilai filosofi dan adapun tantangan pelestarian di era modern terdiri atas modernisasi dan perubahan gaya hidup, urbanisasi dan alih fungsi lahan, biaya perawatan dan restorasi yang tinggi, globalisasi dan pengaruh budaya luar, minimnya dukungan dari pemerintah dan lembaga budaya, kurangnya kesadaran dan edukasi, persaingan dengan pariwisata modern. Dari tantangan tersebut kemudian dimunculkan strategi pelestarian rumah bolon seperti, penguatan kesadaran dan pendidikan budaya, pendekatan ekonomi berbasis komunitas, digitalisasi dan dokumentasi budaya, pendekatan kebijakan dan regulasi, inovasi dalam desain dan fungsi rumah bolon, dan penelitian dan pengembangan berkelanjutan.
Nilai Kedamaian Dan Kesejahteraan Pada Makna Gerga Yang Terdapat Dalam Rumah Adat Siwaluh Jabu Etnik Batak Karo: Kajian Kearifan Lokal sinulingga, jekmen; Siahaan, Wahyu Satria Boy; Panjaitan, Santi Monica Entelina; Tarigan, sarah nathasia; Silaban, Immanuel
Kopula: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Vol. 7 No. 1 (2025): Maret
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/kopula.v7i1.6423

Abstract

Penelitian ini membahas nilai-nilai kedamaian dan kesejahteraan yang tercermin dalam makna gerga yang terdapat pada rumah adat Siwaluh Jabu, yang dimilik masyarakat etnik Batak Karo. Rumah adat ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, melainkan juga simbol kearifan lokal yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk mengungkap makna simbolis dan filosofi gerga dalam tradisi masyarakat Karo.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerga mengandung pesan moral yang kuat mengenai solidaritas, gotong royong, dan keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut mencerminkan upaya menciptakan kedamaian dalam hubungan antarmanusia serta kesejahteraan melalui kebersamaan. Selain itu, rumah adat Siwaluh Jabu merepresentasikan kearifan lokal yang mampu menjadi inspirasi dalam membangun harmoni di tengah kehidupan modern yang semakin kompleks.Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelestarian budaya lokal serta menjadi referensi dalam upaya mengintegrasikan nilai-nilai tradisional ke dalam kehidupan masyarakat saat ini.
Struktur Atap Rumah Bolon pada Etnik Batak Toba Kajian: Semiotika Sibarani, Tidora Putri; Situmorang, Putri Adelina; Marpaung, Jonathan Halomoan; Sinulingga, Jekmen; Silaban, Immanuel
Jurnal Pendidikan Bahasa Vol. 13 No. 2 (2024): Jurnal Pendidikan Bahasa
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/bahasa.v13i2.8497

Abstract

Penelitian ini mengkaji struktur atap rumah Bolon pada masyarakat Batak Toba melalui pendekatan semiotika. Rumah Bolon, sebagai representasi budaya Batak Toba, mencerminkan nilai-nilai sosial, spiritual, dan estetika yang terintegrasi dalam desain arsitekturalnya. Atap, sebagai elemen kunci, tidak hanya berfungsi secara struktural tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotika interpretatif, melakukan observasi lapangan, wawancara mendalam dengan tokoh adat, dan studi dokumentasi di wilayah inti pemukiman Batak Toba. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika untuk mengungkap tanda-tanda yang terdapat pada bentuk dan ornamen atap, serta bagaimana mereka berkontribusi pada identitas budaya Batak Toba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur atap rumah Bolon mencerminkan hierarki sosial dan filosofi kehidupan masyarakat Batak Toba. Tujuan analisis struktur atap rumah bolon Etnik Batak Toba dalam kajian semiotika adalah untuk memahami makna simbolis yang terkandung dalam desain bentuk atap.Variasi bentuk atap, seperti atap limas dan atap perisai, tidak hanya menunjukkan keindahan estetis, tetapi juga memiliki arti mendalam terkait dengan tradisi dan kepercayaan lokal. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami kompleksitas arsitektur tradisional sebagai sistem komunikasi budaya yang dinamis, serta menegaskan signifikansi pendekatan semiotika dalam mengeksplorasi warisan budaya arsitektur Batak Toba
Kearifan Lokal Rumah Adat Karo Si Sepuluh Dua Jabu di Desa Lingga Kabupaten Karo Sinulingga, Jekmen; Pasaribu, Niken Kirey; Sihombing, Patar Kristian; Simamora, Devina C; Silaban, Immanuel
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.27895

Abstract

Dengan menggunakan teori kearifan lokal Robert Sibarani, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kearifan lokal yang terkandung dalam simbol-simbol Rumah Adat Karo Si Sepuluh Dua Jabu di Desa Lingga, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dengan orang-orang yang memahami nilai-nilai budaya Karo, terutama yang berkaitan dengan Rumah Adat Si Sepuluh Dua Jabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Adat Si Sepuluh Dua Jabu mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang menciptakan kedamaian dan kemakmuran bagi masyarakat Karo. Sembilan elemen utama kearifan lokal ditemukan: (1) Rasa syukur, yang ditunjukkan oleh ornamen Beraspati ni Taneh sebagai tanda perlindungan spiritual; (2) Kesopansantunan, yang ditunjukkan oleh desain Pintu Jabu yang mengajarkan penghormatan dan kerendahan hati; (3) Kerukunan dan penyelesaian konflik, yang terlihat dalam penggunaan bersama Daliken atau tungku; (4) Kesetiakawanan sosial, yang terlihat dalam gotong royong masyarakat saat mendirikan rumah adat, seperti pemasangan Sendi; (5) Pelestarian dan kreativitas budaya, yang terlihat dalam ornamen Ayou yang mengabadikan cerita rakyat seperti cerita Beru Ginting; (6) Peduli lingkungan, yang terlihat dari penggunaan atap ijuk sebagai bahan alami yang ramah lingkungan. Menurut penelitian ini, simbol-simbol di Rumah Adat Si Sepuluh Dua Jabu memiliki tujuan selain tujuan estetika dan struktural, tetapi juga berisi nilai-nilai filosofis dan moral yang menjadi pedoman bagi masyarakat Karo dalam hidup mereka. Kearifan lokal ini sangat penting untuk membangun masyarakat yang harmonis, bertanggung jawab, dan selaras dengan alam dan sesama manusia. Diharapkan jurnal ini akan membantu dalam pelestarian budaya lokal dan memberikan inspirasi untuk penelitian tentang kearifan lokal di tempat lain.
Interaksi Simbol dan Struktur dalam Arsitektur Rumah Adat Batak Toba : Analisis Semiotika Roland Barthes Sinulingga, Jekmen; Tampubolon, Juwita Paramita; Pandiangan, Johannes; Sinaga, Lastiur; Silaban, Immanuel
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.28257

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi simbol dan struktur dalam arsitektur rumah adat Batak Toba menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan mengidentifikasi elemen-elemen arsitektur seperti atap, ukiran, dan susunan ruang sebagai tanda dan makna dalam sistem budaya Batak Toba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah adat Batak Toba bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai representasi simbolik dari hierarki sosial, hubungan dengan alam, dan nilai-nilai leluhur. Elemen-elemen struktural rumah ini membentuk suatu sistem makna yang mendalam dan mencerminkan kearifan lokal. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang peran simbolisme dalam arsitektur tradisional dalam mempertahankan identitas budaya.
Representasi Nilai Kepemimpinan dalam Tari Manduda Batak Simalungun: Sebuah Tinjauan Semiotika Budaya Silaban, Immanuel; Napitupulu, Theresia Elva Mutiha; Pasaribu, ⁠Patrycia Gloryanne; Palari, Wa Hidayah Asyura Fiestri
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.29009

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi nilai kepemimpinan dalam Tari Manduda, sebuah tarian tradisional masyarakat Batak Simalungun, melalui pendekatan semiotika budaya Lotman (1990). Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang unsur-unsur tari yang memuat simbol-simbol kepemimpinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Tari Manduda tidak hanya sebagai ekspresi seni, tetapi juga sebagai media simbolik yang mengkomunikasikan nilai-nilai kepemimpinan seperti perlindungan, kebijaksanaan, kewibawaan, kolaborasi, dan ketenangan emosional. Unsur-unsur tari seperti gerakan tangan, pola lantai, kostum adat, musik gondang, dan ekspresi wajah secara sistematis merepresentasikan sosok pemimpin ideal menurut budaya Batak Simalungun. Penelitian ini memperkuat pemahaman bahwa tradisi seni pertunjukan memiliki peran penting dalam pelestarian dan transmisi nilai-nilai sosial dan budaya lokal.
Representasi Budaya melalui Dengke Simundur-Undur dalam Tradisi Batak Toba: Pendekatan Semiotika Manullang, Doan Yohannes; Silaban, Immanuel
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.29010

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna simbolik Dengke Simundur-Undur dalam upacara adat Batak Toba melalui pendekatan semiotika. Dengke Simundur-Undur, atau ikan yang berenang mundur, merupakan simbol penting yang digunakan dalam prosesi adat, terutama dalam konteks pemberian ulos atau penyambutan tamu kehormatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitik, serta mengacu pada teori semiotika Charles Sanders Peirce yang membagi tanda menjadi ikon, indeks, dan simbol. Data diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara dengan tokoh adat, dan studi dokumentasi terhadap pelaksanaan upacara di beberapa wilayah Batak Toba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dengke Simundur-Undur bukan hanya simbol penghormatan, tetapi juga merepresentasikan nilai-nilai filosofis masyarakat Batak Toba seperti kerendahan hati, penghormatan terhadap leluhur, dan prinsip Dalihan Na Tolu. Dalam struktur tanda, ikan tersebut berfungsi sebagai simbol budaya yang membawa pesan moral dan spiritual. Temuan ini menegaskan bahwa simbol-simbol lokal dalam tradisi adat tidak sekadar elemen dekoratif, melainkan sarat akan makna sosial dan kultural yang penting untuk dipertahankan sebagai bagian dari warisan budaya takbenda.
Dinamika Nilai Tradisional dan Modern dalam Pernikahan Batak Toba Silaban, Immanuel; Kurnia, Danny Wira; Simanjuntak, Agus Herianto; Sinaga, Christian Timothy
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.29011

Abstract

Penelitian ini mengkaji dinamika nilai-nilai tradisional dan modern dalam praktik pernikahan masyarakat Batak Toba sebagai refleksi perubahan sosial budaya di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, studi ini menelusuri bagaimana generasi muda Batak Toba menavigasi ketegangan antara nilai adat yang diwariskan turun-temurun dan tuntutan modernitas, khususnya dalam konteks pernikahan. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran nilai dari yang kolektif dan sakral menuju ke arah individualistik dan egaliter, di mana proses adat disederhanakan tanpa menghilangkan esensi penghormatan budaya. Gerakan sosial berbasis komunitas dan interaksi antargenerasi memainkan peran penting dalam negosiasi nilai tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pernikahan Batak Toba saat ini merupakan bentuk sintesis kreatif antara tradisi dan modernitas yang terus beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan identitas kulturalnya. Temuan ini memberikan kontribusi penting bagi pemahaman transformasi budaya dalam masyarakat multikultural Indonesia.
Nilai Kedamaian Dan Kesejahteraan Pada Makna Gorga yang Terdapat dalam Rumah Bolon Etnik Batak Toba: Kajian Kearifan Lokal Silaban, Immanuel; Sitompul, Stivo Johannes; Sihombing, Yuliana; Hutabarat, Samuel Francisco
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.29478

Abstract

Gorga, sebagai seni ukir dan lukis tradisional masyarakat Batak Toba, bukan hanya merupakan elemen estetika arsitektur Rumah Bolon, tetapi juga mengandung makna simbolik yang mencerminkan nilai-nilai kedamaian dan kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna filosofis gorga dalam konteks kearifan lokal Batak Toba, khususnya dalam struktur dan fungsi Rumah Bolon. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi simbolik, data dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi di wilayah Samosir dan Balige. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif dan warna gorga berfungsi sebagai simbol spiritual, sosial, dan kosmologis yang merepresentasikan nilai Dalihan Na Tolu, keharmonisan hidup, serta hubungan manusia dengan alam dan leluhur. Gorga juga menjadi media komunikasi antargenerasi yang sarat pesan moral dan spiritual. Namun, modernisasi menghadirkan tantangan terhadap pelestarian nilai-nilai di balik gorga. Oleh karena itu, diperlukan upaya pelestarian tidak hanya pada bentuk fisiknya, tetapi juga pada pemaknaan filosofis yang terkandung di dalamnya sebagai warisan budaya yang hidup.
Chomsky's Theory of Generative Transformative Grammar and Its Application in the Grammatical Sciences of the Batak Simalungun Language Simarmata, Tioara Monika; Silaban, Immanuel; Simamora, Yustina Jindi Lusmiran; Sianipar, Trynanda; Pasaribu, Jefri Harniko
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 5 (2025): September 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i5.917

Abstract

Dalam penelitian ini tradisi Padashon Demban yang juga dikenal sebagai tradisi menyampaikan sirih kepada orang Batak Simalungun dibahas. Tradisi ini merupakan salah satu warisan budaya yang masih hidup hingga hari ini. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi makna simbolik fungsi sosial dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam praktik penyampaian sirih sebagai bagian dari tata kehidupan masyarakat Simalungun. Studi ini menggunakan metodologi kualitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi wawancara dengan tokoh adat dan anggota masyarakat dan penelitian literatur tentang berbagai sumber tertulis tentang tradisi dan budaya Simalungun. Studi menunjukkan bahwa Padashon Demban memiliki berbagai bentuk penyajian termasuk Batu ni Demban, Demban Tugah-Tugah, Demban Tasakan, dan Demban Gunringan. Setiap bentuk memiliki tujuan dan arti unik. Tradisi ini mengandung nilai-nilai sosial etika estetika dan spiritual yang menekankan betapa pentingnya penghormatan kesopanan keseimbangan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat. Sirih adalah simbol niat baik penghargaan dan cara untuk mempererat hubungan sosial dan menyelesaikan masalah dengan damai. Tradisi Padashon Demban menunjukkan nilai-nilai budaya dan moral yang kuat dari masyarakat Batak Simalungun. Sangat penting untuk melestarikan tradisi ini agar generasi berikutnya dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang membentuk keharmonisan sosial dan identitas budaya bangsa. Kata kunci: Padashon Demban, masyarakat Simalungun, kearifan lokal, budaya.