Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Asuhan keperawatan pada lansia diabetes melitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah di Kecamatan Cibiru Kota Bandung Darajat, Agus Miraj; Muslim, Dede Nur Aziz; Indarna, Asep Aep; Pratidina, Eki; Rizqi, Soni Mochamad
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 4 No 1 (2024): Edisi Juli 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia which occurs because the pancreas is unable to secrete insulin, insulin action is disrupted, or both. There has been an increase in the global prevalence of DM of around 8.3% in the 20-79 year age group and it is estimated that there are 2.2 million deaths with the percentage due to DM occurring before the age of 70 years, especially in developed countries. country. with low and middle economic status. Purpose: To compile the results of nursing care and identify the benefits of DM exercise in stabilizing the effectiveness of unstable sugar levels in nursing care for elderly DM. Method: Descriptive research with a case study approach on 2 elderly people suffering from diabetes mellitus (DM). This research was conducted in Cibiru District, Bandung City, using a nursing care format for the elderly. Examination data was collected using the Bartel Index and Katz Index on the elderly body. Researchers carry out inspection, palpation, auscultation and percussion on clients. Results: After being given 3J DM diet education, namely type, amount and hours as well as teaching DM exercises, sugar levels decreased, the feeling of tingling decreased, and they were able to do DM exercises. Conclusion: DM exercise is useful in controlling unstable glucose levels in elderly DM nursing care. Suggestion: There is a need for further examination and monitoring of elderly people who experience physical changes in DM sufferers so that their physical health is maintained. Community health centers can carry out intensive visit programs specifically for elderly people who require total dependency. Further research is needed by adding family support variables and actors that worsen elderly illnesses.   Keywords: Blood Glucose Instability; Diabetes Mellitus; Glucose Levels.   Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin,ataupun keduanya. Terjadi peningkatan prevalensi global DM sekitar 8.3% pada kelompok usia 20-79 tahun dan diperkirakan terdapat 2.2 juta kematian dengan persentase akibat penyakit DM yang terjadi sebelum usia 70 tahun, khususnya di negara-negara dengan status ekonomi rendah dan menengah. Tujuan: Untuk menyusun hasil asuhan keperawatan dan mengidentifikasi manfaat senam DM dalam menstabilkan efektifitas ketidakstabilan kadar gula pada asuhan keperawatan lansia penderita DM. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus kepada 2 lansia yang mengalami diabetes melitus (DM). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan format asuhan keperawatan pada lansia. Pengumpulan data pemeriksaan dengan cara Bartel Index dan Katz Indeks pada tubuh lansia. Peneliti melakukan tindakan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan pada klien. Hasil: Setelah dilakukan edukasi diit DM 3J yaitu, jenis, jumlah, dan jam serta mengajarkan senam DM, kadar gula mengalami penurunan, kesemutan berkurang, dan mampu melakukan senam DM. Simpulan: Senam DM bermanfaat dalam mengontrol ketidakstabilan kadar glukosa pada asuhan keperawatan lansia dengan DM. Saran: Perlu adanya pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut pada lansia yang mengalami perubahan fisik dengan DM agar terjaga kesehatan jasmaninya. Pihak puskesmas dapat melakukan program khusus kunjungan intensif pada lansia yang membutuhkan ketergantungan total. Penelitian selanjutnya dibutuhkan dengan menambahkan variabel dukungan keluarga dan aktor yang memperberat penyakit lansia.   Kata Kunci: Diabetes Melitus; Kadar Glukosa; Ketidakstabilan Glukosa Darah.
MASS CIRCUMCISION AS A FORM OF TRUST IN THE COMMUNITY WITHIN THE FRAMEWORK OF GEBYAR LLDIKTI: MASS CIRCUMCISION AS A FORM OF TRUST IN THE COMMUNITY WITHIN THE FRAMEWORK OF GEBYAR LLDIKTI Pratidina, Eki; Rahayu, Sri Mulyati; Sutrisno, Entris; Muslim, Dede Nur Aziz; Manaf, Manaf; Ulfah, Diana; Amini, Nadia Ushfuri
JURNAL PENGMAS KESTRA (JPK) Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Pengmas Kestra (JPK)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.664 KB) | DOI: 10.35451/jpk.v2i2.1461

Abstract

Gebyar LLDIKTI IV Jawa Barat Banten merupakan kegiatan yang diselenggarakan dalam menyambut HUT RI ke-77. Universitas Bhakti kencana merupakan institusi Pendidikan yang berada dibawah koordinasi LLDIKTI Jawa Barat Banten. Sebagai institusi pendidikan dengan mayoritas program studi bidang Kesehatan, Program Studi Diploma III Keperawatan, Program Studi S2 Farmasi dan Program Studi S1 Ilmu Komunikasi ikut andil dalam kegiatan sebagai Tim Kesehatan untuk kegiatan khitanan massal bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu yang berada di daerah sekitar wilayah LLDIKTI IV Jawa Barat Banten. Kegiatan ini merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) Universitas Bhakti Kencana dan Pengabdian kepada Masyarakat dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan melibatkan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatannya. Khitanan massal diikuti oleh 15 anak yang mendaftar, namun 1 orang tidak hadir karena sakit, sehingga jumlah yang hadir 14 anak. Proses khitanan berjalan dengan lancar dan kondisi anak-anak sehat baik sebelum, saat khitan dan setelah khitan. Harapan untuk tahun yang akan datang kegiatan Gebyar LLDIKTI IV dapat terus terselenggara dengan baik dan dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit kelamin yang diakibatkan tidak dilakukannya khitan pada laki-laki.
Asuhan keperawatan pada lansia diabetes melitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah di Kecamatan Cibiru Kota Bandung Darajat, Agus Miraj; Muslim, Dede Nur Aziz; Indarna, Asep Aep; Pratidina, Eki; Rizqi, Soni Mochamad
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 4 No 1 (2024): July Edition 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v4i1.404

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia which occurs because the pancreas is unable to secrete insulin, insulin action is disrupted, or both. There has been an increase in the global prevalence of DM of around 8.3% in the 20-79 year age group and it is estimated that there are 2.2 million deaths with the percentage due to DM occurring before the age of 70 years, especially in developed countries. country. with low and middle economic status. Purpose: To compile the results of nursing care and identify the benefits of DM exercise in stabilizing the effectiveness of unstable sugar levels in nursing care for elderly DM. Method: Descriptive research with a case study approach on 2 elderly people suffering from diabetes mellitus (DM). This research was conducted in Cibiru District, Bandung City, using a nursing care format for the elderly. Examination data was collected using the Bartel Index and Katz Index on the elderly body. Researchers carry out inspection, palpation, auscultation and percussion on clients. Results: After being given 3J DM diet education, namely type, amount and hours as well as teaching DM exercises, sugar levels decreased, the feeling of tingling decreased, and they were able to do DM exercises. Conclusion: DM exercise is useful in controlling unstable glucose levels in elderly DM nursing care. Suggestion: There is a need for further examination and monitoring of elderly people who experience physical changes in DM sufferers so that their physical health is maintained. Community health centers can carry out intensive visit programs specifically for elderly people who require total dependency. Further research is needed by adding family support variables and actors that worsen elderly illnesses.   Keywords: Blood Glucose Instability; Diabetes Mellitus; Glucose Levels.   Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin,ataupun keduanya. Terjadi peningkatan prevalensi global DM sekitar 8.3% pada kelompok usia 20-79 tahun dan diperkirakan terdapat 2.2 juta kematian dengan persentase akibat penyakit DM yang terjadi sebelum usia 70 tahun, khususnya di negara-negara dengan status ekonomi rendah dan menengah. Tujuan: Untuk menyusun hasil asuhan keperawatan dan mengidentifikasi manfaat senam DM dalam menstabilkan efektifitas ketidakstabilan kadar gula pada asuhan keperawatan lansia penderita DM. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus kepada 2 lansia yang mengalami diabetes melitus (DM). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan format asuhan keperawatan pada lansia. Pengumpulan data pemeriksaan dengan cara Bartel Index dan Katz Indeks pada tubuh lansia. Peneliti melakukan tindakan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan pada klien. Hasil: Setelah dilakukan edukasi diit DM 3J yaitu, jenis, jumlah, dan jam serta mengajarkan senam DM, kadar gula mengalami penurunan, kesemutan berkurang, dan mampu melakukan senam DM. Simpulan: Senam DM bermanfaat dalam mengontrol ketidakstabilan kadar glukosa pada asuhan keperawatan lansia dengan DM. Saran: Perlu adanya pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut pada lansia yang mengalami perubahan fisik dengan DM agar terjaga kesehatan jasmaninya. Pihak puskesmas dapat melakukan program khusus kunjungan intensif pada lansia yang membutuhkan ketergantungan total. Penelitian selanjutnya dibutuhkan dengan menambahkan variabel dukungan keluarga dan aktor yang memperberat penyakit lansia.   Kata Kunci: Diabetes Melitus; Kadar Glukosa; Ketidakstabilan Glukosa Darah.
Penggunaan calcium alginate dressing terhadap penyembuhan luka dm: Case report Suprapti, Tuti; Muslim, Dede Nur Aziz; Anri, Anri
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 4 No 2 (2024): December Edition 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v4i2.479

Abstract

Background: The use of calcium alginate dressing in the wound healing process in diabetes mellitus (DM) plays an important role as a wound dressing material that can help speed up the healing process. Calcium alginate functions to absorb exudate from wounds, create a moist environment that supports tissue regeneration, and prevents infection. This material is also able to stimulate the hemostasis process and reduce swelling, which is very beneficial for DM sufferers who often experience problems healing wounds due to disorders of blood circulation and the immune system. Purpose: To find out the healing process in DM wounds with the wound care method using Calcium Alginate Dressing with the aim of speeding up the wound healing process in DM Patients. Method: Pre-experiment method without control one group pre-test post-test design. The population of this study were DM patients with diabetic wounds and samples were taken using purposive sampling so that the total sample was 3 people. The research instrument used was the Bates-Jensen wound assessment tool (BWAT) with assessment criteria for a minimum BWAT severity score of 13-20, BWAT mild severity score of 21-30, BWAT moderate severity score of 31-40, BWAT Critical severity score of 41-60. The data analysis used in this research is descriptive analysis. Results: There was a change in the acceleration of the wound healing process from a critical severity score of 41-50 to a moderate severity score. The principle of wound care by creating a moist wound healing environment or keeping the wound environment always moist (not wet or dry) is in line with the modern principle of moisture balance dressing, namely selecting the type of dressing with a moist method to increase fibrinolysis, reduce infection, stimulate the formation of active cells and angiogenesis. Conclusion: There are significant changes in the wound healing process in DM patients.Suggestion: Further research is still needed to explore the optimal duration of calcium alginate use and further evaluate its effectiveness in various types of diabetic wounds.   Keywords: Calcium Alginate; DM Patient; Wound Healing Process   Pendahuluan: Penggunaan kalsium alginat Dressing dalam proses penyembuhan luka pada diabetes melitus (DM) berperan penting sebagai bahan pembalut luka yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Kalsium alginat berfungsi untuk menyerap eksudat dari luka, menciptakan lingkungan lembap yang mendukung regenerasi jaringan, serta mencegah infeksi. Material ini juga mampu merangsang proses hemostasis dan mengurangi pembengkakan, yang sangat bermanfaat bagi penderita DM yang sering mengalami masalah dalam penyembuhan luka akibat gangguan peredaran darah dan sistem imun. Tujuan: Untuk mengetahui proses penyembuhan pada luka DM dengan metode perawatan luka menggunakan balutan Calcium Alginate Dressing dengan tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan Luka Pada Pasien DM. Metode: Metode pre-eksperimen tanpa control one group pre-test post-test design. Populasi penelitian ini adalah pasien DM dengan luka diabetik dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga jumlah sampel sebanyak 3 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat penilaian luka bates-jensen (BWAT) dengan kriteria penilaian skor keparahan minimal BWAT 13-20, skor keparahan ringan BWAT 21-30, skor keparahan sedang l BWAT 31-40, skor keparahan Kritis BWAT 41- 60. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Deskriptif. Hasil: Adanya perubahan percepatan proses penyembuhan luka dari skor keparahan kritis 41-50 menjadi skor keparahan sedang. Prinsip perawatan luka dengan menciptakan lingkungan moist wound healing atau menjaga supaya lingkungan luka selalu dalam keadaan lembab (tidak basah atau kering) sejalan dengan prinsip modern dressing moisture balance yaitu pemilihan jenis balutan (dressing) dengan metode moist untuk meningkatkan fibrinolisis, mengurangi infeksi, menstimulasi pembentukan sel aktif dan angiogenesis. Simpulan: Ada perubahan yang signifikan dalam proses penyembuhan luka pada pasien DM. Saran: Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengeksplorasi durasi optimal penggunaan kalsium alginat dan evaluasi lebih lanjut terhadap efektivitasnya pada berbagai jenis luka diabetik.   Kata Kunci: Calcium Alginate; Pasien DM; Proses Penyembuhan Luka
Gambaran Gambaran pengetahuan pasien TB paru tentang pentingnya pengobatan tuntas diwilayah kerja Puskesmas Cibiru: Pentingnya Pengobatan Tuntas pada Psien TB Darajat, Agus Miraj; Yosinta, Yossy; Anri, Anri; Muslim, Dede Nur Aziz; Pratama, Angga satria
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 2 No 2 (2022): Perawatan Pasien Yang Menderita Tuberkulosis Paru
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v2i2.262

Abstract

Background: Tuberculosis is a major health problem in the world. The number of tuberculosis cases in 2020 has reached 845,000 confirmed cases worldwide and 98,000 deaths due to tuberculosis. From June to December 2021, data for patients with confirmed pulmonary TB in the working area of the Cibiru Health Center reached 256 cases, and was the area with the highest positive cases reaching 32 cases with patients confirmed positive for pulmonary TB. Purpose: To describe the knowledge of pulmonary TB patients about the importance of complete treatment in the working area of the Cibiru Health Center. Method: This type of research uses total sampling with the number of samples used are 32 people from the total population. Data collection used a questionnaire which totaled 18 questions offline using paper which was distributed to each pulmonary TB patient. Results: Knowledge of the importance of complete treatment in the sense that most (56.3 percent) have less understanding. Knowledge The importance of complete treatment in treatment goals most (59.4 percent) have less treatment goals. Knowledge The importance of complete treatment in the principle of treatment half of the respondents (59.4 percent) had the principle of sufficient treatment. Knowledge The importance of complete treatment in treatment outcomes almost half (34.4 percent) had good treatment outcomes. Knowledge The importance of complete treatment in treatment failure almost half (59.4 percent) had less treatment failure. Conclusion: Most of the respondents had sufficient knowledge of pulmonary TB patients. Suggestion: It is hoped that the Cibiru Health Center can provide support to the community in providing health education as a means and infrastructure to add insight into the importance of complete treatment of pulmonary TB.   Pendahuluan: Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Jumlah kasus tuberculosis pada tahun 2020 mencapai 845.000 kasus terkonfirmasi diseluruh dunia dan 98.000 kasus kematian karena tuberculosis. Sejak Juni hingga Desember 2021 data pasien terkonfirmasi TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Cibiru mencapai 256 kasus, dan merupakan wilayah dengan kasus positif tertinggi mencapai 32 kasus dengan pasien terkonfirmasi positif TB Paru. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang pentingnya pengobatan tuntas diwilayah kerja Puskesmas Cibiru. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah sampel yang digunakan adalah 32 orang dari total populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berjumlah 18 pertanyaan secara offline menggunakan kertas yang disebar ke setiap pasien TB Paru. Hasil: Pengetahuan Pentingnya pengobatan tuntas dalam pengertian sebagian besar (56,3 persen) memiliki pengertian kurang. Pengetahuan Pentingnya pengobatan tuntas dalam tujuan pengobatan sebagian besar (59,4 persen) memiliki tujuan pengobatan kurang. Pengetahuan Pentingnya pengobatan tuntas dalam prinsip pengobatan setengah rsponden (59,4 persen) memiliki prinsip pengobatan cukup. Pengetahuan Pentingnya pengobatan tuntas dalam hasil pengobatan hampir setengah (34,4 persen) memiliki hasil pengobatan baik. Pengetahuan Pentingnya pengobatan tuntas dalam kegagalan pengobatan hampir setengahnya (59,4 persen) memiliki kegagalan pengobatan kurang. Simpulan: Sebagian besar responden sudah cukup dalam pengetahuan pasien TB Paru. Saran: Diharapkan bagi Puskesmas Cibiru dapat memberikan dukungan kepada masyarakat dalam menyediakan penyuluhan kesehatan sebagai sarana dan prasarana dalam menambah wawasan dalam pentingnya pengobatan tuntas TB Paru.
Asuhan keperawatan pasien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan Darajat, Agus Miraj; Fadilah, Muhammad Rizxy; Muslim, Dede Nur Aziz
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 3 (2025): July Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i3.1191

Abstract

Background: Schizophrenia affects approximately 24 million people worldwide, or 1 in 300. This figure represents one in 222 adults with schizophrenia. The prevalence of major mental health disorders (psychosis/schizophrenia) in Indonesia's population under 15 years of age has increased to 9.8%, or 7.0 percent per million, of a population of approximately 200 million. West Java has a case rate of 5 per thousand cases of severe mental disorders, or schizophrenia (psychotics), which means that 5 cases out of 1,000 thousand cases suffer from severe mental disorders (psychotics or schizophrenia). Purpose: To explore the problems or phenomena of schizophrenic patients at risk for violent behavior. Method: This case study explores the problem or phenomenon with detailed limitations. This case study was conducted on two schizophrenic patients with nursing problems at risk for violent behavior. Results: After 3x24 hours of nursing care with nursing interventions in the form of controlling violent behavior verbally by apologizing well without getting angry, refusing well, expressing feelings of annoyance to client 1, and controlling violent behavior spiritually (praying and practicing) in client 2. Conclusion: Based on the results of nursing interventions, the nursing problem of the risk of violent behavior in clients 1 and 2 can be resolved.   Keywords: Care; Risk of Violent Behavior.   Pendahuluan: Skizofrenia menyerang sekitar 24 juta orang di seluruh dunia atau 1 dari 300 orang. Angka tersebut merupakan satu dari 222 orang dari dewasa penderita skizofrenia. Gangguan kesehatan mental utama (psikosis/ skizofrenia) pada penduduk Indonesia yang berusia di bawah 15 tahun meningkat menjadi 9,8% atau 7,0 persen per juta dengan populasi sekitar 200 juta orang di Indonesia. Jawa Barat mempunyai kasus gangguan jiwa berat atau skizofrenia (psikotik) sebesar 5 per mil yang berarti 5 kasus dari 1.000 mil penduduk menderita gangguan jiwa berat (psikotik atau skizofrenia) Tujuan: Untuk mengeksplorasi masalah atau fenomena pasien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan. Metode: Penelitian studi kasus tentang eksplorasi masalah atau fenomena dengan batasan terperinci. Studi kasus ini dilakukan pada dua orang pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan. Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam dengan pemberian intervensi keperawatan berupa pengontrolan perilaku kekerasan secara verbal dengan cara meminta maaf dengan baik tanpa marah, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan kesal pada klien 1, dan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual (latihan beribadah dan berdo’a) pada klien 2. Simpulan: Berdasarkan hasil intervensi keperawatan, masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan pada klien 1 dan klien 2 dapat teratasi.   Kata Kunci: Asuhan; Resiko Perilaku Kekerasan
Analysis of the Dominant Factors Associated with the Incidence of Covid-19 in Prehospital and Intra-Hospital Nurses Khotimah, Nur Intan Hayati Husnul; Muslim, Dede Nur Aziz; Puspitasari, Santi; Imam, Haerul
International Journal of Research in Community Services Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Research Collaboration Community (Rescollacom)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46336/ijrcs.v5i2.625

Abstract

Nurses are the main lead in tackling the Covid-19 pandemic as if they are risking contracted by Covid-19. High stress during a pandemic has an impact on psychological problems, Personal Protective Equipment (PPE) usage, decision-making difficulty on triage, and fatigue in which those can decrease the immune systems. The aim of study was to identify the dominant factors related to the incidence of Covid-19 in nurses. This observational study used Cross Sectional Study design and consecutive sampling techniques at 136 respondents. Questionnaires was used as instruments tested by validity and reliability to measure Fatigue, Psychological Problems (Depression, Anxiety, Stress), Decision-Making Ability of Triage-EWS Screening Covid-19, Vaccination history, risks of exposure, PPE usage and Covid-19 Incidents. Dominant factor analysis was assessed using multivariate analysis by logistic regression test. Based on the results of the logistic regression test, it was found that the risk of exposure to Covid-19 was the dominant factor with the incidence of Covid-19 among nurses in the pre-intra-hospital settings with significance of the test results p value <0.0. Handling of Covid-19 incidents in health workers is crucial. It has been clear that the risk of exposure to people who are confirmed positive can increase the incidence of Covid-19, so it necessary to make prevention program by implementing physical distancing and increasing activities that impact on increasing of immunity.