Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Peran Rumah Tahfizh Jaringan Rumah Qur’an Haramain Karangpandan dalam Penyelenggaran Pendidikan Al-Qur’an Putra, Rizky Pratama; Amrulloh, Muhamad; Saputra, Akhmadiyah
Jurnal Riset Multidisiplin dan Inovasi Teknologi Том 2 № 01 (2024): Jurnal Riset Multidisiplin dan Inovasi Teknologi
Publisher : PT. Riset Press International

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59653/jimat.v2i01.373

Abstract

This research discusses the study of the role of tahfizh house network qur'an haramain karangpandan in organizing al-qur'an education with the subject matter of how the role of tahfizh house network qur'an haramain karangpandan in organizing al-qur'an education the role of tahfizh house network qur'an haramain karangpandan in organizing al-qur'an education. The purpose of the research. First, to know the role of tahfizh house in organizing al-qur'an education in children in Karangpandan. Second, want the role of tahfizh house network qur'an haramain karangpandan in organizing al-qur'an education in karangpandan. The method used is qualitative and analytical descriptive.
Makna Lafazh Al-Bala' dalam Al-Qur'an: Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah Amrulloh, Muhamad; Ningsih, Sucila
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 6 No. 1 (2022): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v6i1.116

Abstract

Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa hidup diwarnai dengan ujian. Ujian dibahasakan menggunakan lafazh Al-Bala’. Ujian bisa berbentuk kebaikan dan keburukan. Namun seringkali dalam kebudayaan sosial bangsa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif. Karenanya penulis akan mengkaji makna Al-Bala’’, serta memaparkan kelebihan dan kekurangan dari kitab tafsir Al-Mishbah. Dalam Bahasa Arab Al-Bala’’ bermakna Al-Ikhtibar, juga berarti ujian dan petaka (Al-Ihtibaru wa Al-Imtihanu), Al-Bala’’ terkandang bermakna kegembiraan agar seseorang semakin bertambah syukur kepada Allah juga bermakna kesusahan agar seseorang bisa makin bersabar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Al-Bala’ dalam Tafsîr Al-Mishbâh. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode tematik (maudhu’i. Adapun sumber primer yang digunakan, yaitu kitab Tafsîr Al-Mishbâh dan buku-buku yang terkait dengan tema Al-Bala’’. Hasil penelitian ini, menjelaskan bahwa lafazh Al-Bala bermakna ujian yang mencakup kebaikan dan keburukan. Adapun kelebihan dari kitab tafsir Al-Mishbah antara lain menggunakan bahasa Indonesia yang dapat memudahkan para pembaca, Tafsir Al-Mishbah termasuk tafsir kontemporer penyempurna tafsir-tafsir nusantara sebelumnya, Sumber-sumbernya menggunakan Tafsir bil Ma’tsur dan bi Ar-Ra’yi, selalu konsisten dalam mengurai kalimat-kalimat dalam setiap ayat Al-Quran, penggunaan rujukan yang beragam sehingga mudah untuk dipahami berbagai kalangan. Adapun kekurangannya adalah penafsirannya menggunakan bahasa Indonesia yang menunjukkan tafsir-tafsir tersebut bersifat lokal, juga lebih didominasi bil ra’yi. M. Quraish Shihab juga terkadang seringkali menukil pendapat ilmuan-ilmuan, Orientalis, Filsuf Barat, juga kitab perjanjian lama dan baru dan Mufassir Syi’ah, penukilan hadits yang dilakukan tidak berpedoman pada ketentuan yang tetapkan para oleh ulama hadits, seringkali penafsirannya mengalami pengulangan-pengulangan yang dapat menimbulkan kejenuhan. Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya untuk bisa mengkaji tema Al- Bala’’ ini dalam tafsir Al-Mishbah dengan lebih luas dan mencantumkan ayat-ayat sekaligus derivasi-nya dari Al-Qur’an agar lebih mudah dipahami dan bermanfaat bagi yang lain.
Telaah Ayat-Ayat Pembebasan Baitul Maqdis dalam Tafsir Al-Azhar Sulthoni, Akhmad; Amrulloh, Muhamad
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 7 No. 1 (2023): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v7i1.149

Abstract

Baitul Maqdis memiliki posisi penting bagi umat Islam. Perjuangan pembebasan kawasan Baitul Maqdis telah dilakukan sejak zaman Rasulullah saw. diawali dengan menanamkan ilmu, kemudian politik dan militer. Sekian banyak surat al-Qur’an memiliki keterkaitan dengan Baitul Maqdis, disebutkan secara langsung, penyebutan dengan sifat keutamaan, ataupun sebagai tempat kejadian kisah-kisah. Ayat-ayat pembebasan Baitul Maqdis dapat ditemukan dalam kisah Bani Israil setelah keluar dari negeri Mesir di dataran Sinai. Kisah ini disebutkan dalam surat al-Baqarah 58-59, al-Baqarah ayat 246-252, al-Maidah ayat 21-26, dan surat al-A’raf ayat 137. Penelitian ini fokus pada penafsiran Hamka dalam Tafsir al-Azhar, relevansi penafsiran dengan perjuangan umat Islam, dan karakter para pejuang pembebas Baitul Maqdis, dengan menggunakan metode library research yang bersifat deskriptif-analitis, dengan pendekatan maudhu’i. Dari penelitian ini disimpulkan: a. Hamka menafsirkan bahwa Bani Israil saat dipimpin oleh Musa as, menolak perintah Allah untuk berjuang membebaskan Baitul Maqdis. Keberhasilan membebaskan Baitul Maqdis berikutnya didapatkan oleh generasi baru yang taat dari kalangan Bani Israel. Sejarah pembebasan ini merupakan sejarah umat para Nabi utusan Allah. Keimanan dan ilmu merupakan pondasi utama dalam perjuangan. Allah menetapkan aturan yang ditetapkan bagi Bani Israil apabila mereka menguasai Baitul Maqdis, merupakan aturan dan akhlaq yang harus dilaksanakan pula oleh umat Islam saat menguasai sebuah tempat, sebagaimana telah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw saat memasuki kota Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah. b. Baitul Maqdis bukanlah hak warisan yang dimiliki oleh bangsa Yahudi, melainkan hak bagi siapapun umat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. c. Para Pejuang Pembebasan Baitul Maqdis dipimpin oleh seorang pimpinan yang unggul dalam keilmuan dan fisik, pasukan yang taat terhadap pimpinan, dan memiliki kualitas keimanan yang kuat, dan kepercayaan yang tinggi kepada janji Allah Ta’ala.
Kajian Qalbun Salim Dalam Tafsir Al-Azhar rohman, maulana; Amrulloh, Muhamad; Murdianto
El-Wasathy: Journal of Islamic Studies Vol 2 No 2 (2024): El-Wasathy: Journal of Islamic Studies
Publisher : Lembaga Swadaya Masyarakat Asosiasi Masyarakat Madani Indonesia (AMMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61693/elwasathy.vol22.2024.283-298

Abstract

Hati yang bersih dalam artian terbebas dari segala pengaruh yang mengikat hati, tentunya terbebas dari kesyirikan dan telah mencapai tauhid yang sejati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam tentang makna Qalbun salim. Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan beberapa sumber data yang berasal dari buku, naskah, dokumen, kitab-kitab tafsir dan karya-karya lain yang berkaitan dengan tema yang sedang dikaji dengan sumber utama yaitu tafsir Al-Azhar. Hasil penelitian ini menyebutkan arti dari Qalbun salim adalah hati yang bersih, jernih, dan terbebas dari segala kotoran yang akan mendapat kebahagiaan, kedamaian batin, dan ketenangan jiwa. Karena Qalbun Salim merupakan kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati
Konsep Al-Birr Menurut Tafsir An-Nur Karya Hasbi Ash-Shiddieqy Nugraha, Aliffian Cahya; Amrulloh, Muhamad; Wirastho, Edy
Hamalatul Qur'an : Jurnal Ilmu Ilmu Alqur'an Vol. 5 No. 1 (2024): June 2024
Publisher : Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/hq.v5i1.106

Abstract

This research examines the concept of al-Birr according to Tafsir An-Nur by Hasbi Ash-Shiddieqy and its implementation in contemporary life. The Qur'an describes humans as creatures created with the best forms and abilities, and in their social interactions, humans are ordered to help each other in virtue and piety as stated in Surah Al-Maidah verse 2. This research uses a descriptive qualitative method with a literature approach, where the main data comes from Tafsir An-Nur and other supporting sources from books, journals, and related documents. The results show that al-Birr in Hasbi Ash-Shiddieqy's view includes two main aspects: aspects of faith and belief, as well as aspects of charity and deeds. The aspect of faith includes belief in Allah, the last day, angels, books, and prophets, while the aspect of charity includes the implementation of worship such as prayer and zakat, as well as social virtues such as providing assistance to the needy and being kind to others. The implementation of the concept of al-Birr in modern life emphasises the consistency of faith, the implementation of worship with solemnity, and sincere intentions in charity. True virtue according to the Qur'an and Hasbi Ash-Shiddieqy's interpretation is done without seeking popularity or human praise. This research reveals that the relevance of al-Birr in today's life is as a practical guide to living a better and meaningful life, and avoiding phenomena that eliminate the values of piety such as riya' and showing off.
Azab Penghuni Neraka dalam Al-Qur’an Menurut Tafsîr Al-Marâghî Karima, Litakuna; Amrulloh, Muhamad; Saputra, Akhmadiyah
Hamalatul Qur'an : Jurnal Ilmu Ilmu Alqur'an Vol. 5 No. 2 (2024): December 2024
Publisher : Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/hq.v5i2.161

Abstract

This research examines of punishment in hell according to Ahmad Musthafa al-Maraghi. Tafsir Maraghi, as one of the contemporer exagesis known for its explicit and in-depth approach to the Quran, provides valuable insights into this theme. This research aims to analyze the concept of hell punishment for its dwellers according to Tafsir Maraghi, focusing on the interpretation of relevant Quranic verses. The analysis results indicate that Tafsir Maraghi emphasizes the consequences of evil deeds in human life and their consequences in the hereafter, namely the punishment of hell. This punishment is severe and inevitable for those who commit sins and do not repent. Tafsir Maraghi also describes various forms of punishment experienced by the dwellers of hell, such as the torment of fire and the torment of boiling water, and emphasizes the importance of avoiding sinful acts and repenting to Allah as an efforts to avoid such punishment. This research is expected to contribute to a deeper understanding of the punishment in hell for its dwellers in Islam, particularly through the perspective of Tafsir Maraghi. The findings of this research are also expected to serve as a useful reference for academics, researchers, and practitioners interested in the conciseness of exegesis and Islamic studies
Penafsiran Lafadz Rahmat dalam Tafsir Al Maraghi Khoiriyah, Khoiriyah; Sulthoni, Akhmad; Amrulloh, Muhamad
Hamalatul Qur'an : Jurnal Ilmu Ilmu Alqur'an Vol. 5 No. 2 (2024): December 2024
Publisher : Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/hq.v5i2.214

Abstract

This research examines the interpretation of the term "Rahmat" (blessing) according to Ahmad Musthofa Al Maraghi in his Tafsir Al Maraghi. Tafsir Al Maraghi is one of the most renowned contemporary commentaries on the Quran, known for its detailed and profound approach to understanding the Quran and its interpretations. The study aims to analyze the concept of Rahmat as presented in Tafsir Al Maraghi, focusing on the interpretations of several relevant verses. The analysis reveals that in Tafsir Al Maraghi, the term "Rahmat" is interpreted as Allah's mercy towards His servants. This mercy manifests in various forms. Firstly, it is seen as the ultimate reward of paradise, which represents the highest benefit that believers can attain. Secondly, it is understood as the sending of Prophet Muhammad as a messenger with the message of Islam, aimed at bringing benefit to both the world and the hereafter. Thirdly, it is associated with the role of the Prophet Muhammad in guiding humanity, which is a fundamental aspect of his prophethood. Additionally, it is interpreted as paradise again, emphasizing the ultimate reward. Lastly, it is seen as seeking goodness, encouraging actions that lead to a sense of love and compassion among Muslims. This interpretation highlights the multifaceted nature of Allah's mercy in Islam as understood through Tafsir Al Maraghi.
Penafsiran Ayat-Ayat Kaffarat Perspektif Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Az-Zuhaili Fahmi, Rahmat Fahmi; Amrulloh, Muhamad
Bunyan al-Ulum : Jurnal Studi Islam Vol. 2 No. 1 (2025): Bunyan al-Ulum : Jurnal Studi Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Isy Karima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/bunyanalulum.v2i1.355

Abstract

Penelitian ini mengkaji penafsiran ayat-ayat kaffarat dalam Tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhaili, yang mencakup tiga ayat utama: Surat An-Nisa ayat 92 tentang diyat pembunuhan tidak disengaja, Surat Al-Maidah ayat 89 tentang kaffarat sumpah, dan Surat Al-Maidah ayat 95 tentang kaffarat pelanggaran dalam keadaan ihram. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metodologi penafsiran Wahbah Az-Zuhaili terhadap ayat- ayat kaffarat dalam Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan data primer berupa Kitab Tafsir Al-Munir dan Al- Qur'an, serta data sekunder dari literatur tafsir klasik dan kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Wahbah Az-Zuhaili memberikan penafsiran komprehensif yang menggabungkan aspek linguistik, hukum, dan kontekstual dalam memahami konsep kaffarat. Kaffarat diartikan sebagai tebusan dosa yang berfungsi untuk penebusan kesalahan, pemulihan hubungan spiritual dengan Allah, dan penegakan hukum syariat. Az- Zuhaili menekankan fleksibilitas hukum Islam melalui gradasi sanksi berdasarkan kondisi pelaku dan status korban, serta mengutamakan konsep keadilan restoratif yang fokus pada pemulihan dan kompensasi dibandingkan hukuman retributif. Penafsiran ini menunjukkan relevansi hukum Islam dengan sistem hukum kontemporer dan memberikan dimensi spiritual serta sosial dalam penanganan pelanggaran syariat.