Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

An Analytical Study of the Quranic Tafsir Translation in the "Al-Quran Terjemahan Tafsir" Application Jannah, Uzlifatil; Sulthoni, Akhmad; Ridho, Mukharrom
Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah: Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol 21, No 2 (2024)
Publisher : South East Asia Regional Intellectual Forum of Qoran Hadith (SEARFIQH)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jim.v21i2.24474

Abstract

Quranic tafsir plays a crucial role in facilitating the understanding of the Quran. Initially, interpretations were conducted in Arabic, but as Islam spread worldwide, these interpretations were translated into various languages. With technological advancements, many tafsirs are now available online, such as on websites and mobile applications. This research examines the source references, strengths, and weaknesses of the tafsir translations in the "Al-Quran Terjemahan Tafsir", one of the available Quranic tafsir applications in Indonesia. This study employs a literature review with a descriptive-analytical method by collecting, processing, and analyzing online data from the application. The results of the study indicate that, first, the translation of Tafsir Ibn Kathir in the "Al-Quran Terjemahan Tafsir" application refers to the translated book of Tafsir Ibn Kathir published by PT. Sinar Baru Algensindo, available in ebook format from kampungsunnah.org. Secondly, the strength of this application lies in the completeness of its source references, which are not abridged. However, it lacks a clear citation of source references and has flaws in its layout and writing, which may cause confusion for readers in understanding the content presented.
Etika Keluarga dalam QS. At-Tahrim Perspektif Hasby Ash–Shiddieqy dalam Tafsir An–Nur Albab, Hasbi Ulul; Sulthoni, Akhmad; Romadlon, Arif Firdausi Nur
El-Wasathy: Journal of Islamic Studies Vol 2 No 1 (2024): El-Wasathy: Journal of Islamic Studies
Publisher : Lembaga Swadaya Masyarakat Asosiasi Masyarakat Madani Indonesia (AMMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61693/elwasathy.vol21.2024.38-57

Abstract

Keluarga yang harmonis adalah pilar utama dalam kehidupan pasangan suami istri. Keharmonisan ini merupakan kunci kebahagiaan dalam hubungan keluarga dan didorong oleh adanya etika dalam interaksi keluarga. Penelitian ini memfokuskan pada analisis etika dalam keluarga berdasarkan Surah At-Tahrim, menurut ulama tafsir Hasby Ash-Shiddieqy dalam Tafsir An-Nur. Etika di sini merujuk pada pola perilaku yang terdiri dari nilai dan norma yang diambil dari konteks sosial masyarakat. Karena keluarga adalah unit terkecil masyarakat, etika keluarga memiliki peran krusial dalam menciptakan harmoni di dalamnya. Kurangnya etika dalam keluarga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tugas-tugas keluarga, bahkan hingga perceraian dan konflik. Hasil penelitian ini menyoroti beberapa aspek etika yang penting dalam keluarga, termasuk kontrol emosi saat cemburu, kelemahlembutan dalam menasehati, membimbing keluarga ke arah ketaatan, dan mempertahankan iman meskipun pasangan melakukan perbuatan syirik. Dengan memahami dan menerapkan etika ini, diharapkan keluarga dapat memperkuat keharmonisannya dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua anggotanya.
Konsep Kerugian dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Al-Misbah Tubagus; Sulthoni, Akhmad; Murdianto
El-Wasathy: Journal of Islamic Studies Vol 2 No 1 (2024): El-Wasathy: Journal of Islamic Studies
Publisher : Lembaga Swadaya Masyarakat Asosiasi Masyarakat Madani Indonesia (AMMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61693/elwasathy.vol21.2024.94-111

Abstract

Kerugian merupakan konsep yang diperhatikan secara mendalam dalam Al-Qur'an, mengingat implikasinya terhadap perilaku manusia dan hubungannya dengan kehidupan dunia dan akhirat. Penafsiran Al-Misbah oleh M. Quraish Shihab menjadi landasan untuk memahami konsep kerugian dalam perspektif Al-Qur'an. Melalui analisis tafsir ini, dapat dipahami bahwa kerugian dalam Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada dimensi materi, tetapi juga meliputi kerugian spiritual, moral, dan sosial. Al-Qur'an menyoroti kerugian sebagai hasil dari perilaku yang menyimpang dari ajaran-Nya, seperti kesesatan, kezaliman, dan penyalahgunaan kekuasaan. Di sisi lain, Al-Qur'an juga menawarkan solusi untuk menghindari kerugian, seperti taat kepada Allah, berbuat baik kepada sesama, dan memperhatikan keadilan dalam semua aspek kehidupan. Tafsir Al-Misbah memberikan pemahaman mendalam tentang konsep kerugian dalam Al-Qur'an, mengarahkan umat Islam untuk menjauhi perilaku yang dapat menyebabkan kerugian dan mengamalkan nilai-nilai yang menghasilkan keselamatan dan keberkahan. Tafsir Al-Misbah memberikan pemahaman mendalam tentang konsep kerugian dalam Al-Qur'an, mengarahkan umat Islam untuk menjauhi perilaku yang dapat menyebabkan kerugian dan mengamalkan nilai-nilai yang menghasilkan keselamatan dan keberkahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep kerugian dalam Al-Qur’an melalui perspektif Tafsir Al-Misbah. Konsep kerugian menjadi focus karena relevansinya dalam kehidupan manusia dan ajaran Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian kepustakaan (library research) dengan pendekatan tematik menggunakan Al-Qur’an dan Tafsir Al-Misbah sebagai sumber utama. Dengan memperdalam pemahaman terhadap konsep ini, umat Islam dapat mengimplementasikan ajaran-ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat.
Studi Penafsiran Lafazh Al-‘Adl dalam Tafsir Al-Maraghi Sulthoni, Akhmad; Adawiyah, Robiatul
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 5 No. 2 (2021): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v5i2.103

Abstract

Di dalam al-Qur’an terdapat kata al-‘Adl yang hampir terjemahan al-Qur’an dan beberapa liternatur kitab tafsir mengartikannya dengan “adil”. Makna al-‘adl sendiri tidak hanya adil atau menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya, tapi apabila dilihat dari kitab akhlak atau bila dilihat dari sisi al-Qur’an m3akna al-‘Adl memiliki signifi kansi yang berbeda. Karena itu, kita perlu untuk mengetahu makna lafazh al-‘Adl yang terdapat di dalam al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an terdapat 28 lafazh al-‘Adl yang terbagi pada beberapa ayat al-Qur’an. 2 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran lafazh al-‘Adl oleh Ahmad Mushthafa al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi, serta untuk mengetahui metode yang beliau gunakan dalam menafsirkan ayat-ayat yang mengandung lafazh al-‘Adl. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, dan metode penelitian yang digunakan adalah metode tematik yaitu menghimpun seluruh ayat yang mengandung tema yang sama, kemudian menjelaskan dari penafsirannya. Hasil penelitian didapatkan lafazh al-‘Adl yang dipaparkan oleh al-Maraghi dalam tafsirnya memiliki makna 1)tebusan: al-Baqoroh: 48,123, al-an’am:70, 2)adil: al-Baqoroh:282, anNisa:3,58,129, al-Maidah:8,95,106, al-An’am:115,152, al-A’raf:159,181, an-Nahl:76,90, asy-Syu’ra:15, al-Hujurat:9, at-Talaq:2, 3)seimbang atau sebanding: al-Maidah:9, al-Infitar:7, 4)sekutu: an-Nisa’:135, al-An’am:1,150, an-Naml:60. Dalam menafsirkan ayat-ayat yang mengandung lafazh al-‘Adl al-Maraghi mengunakan gabungan metode penafsiran yaitu disebagian ayat beliau menjelaskan dengan metode ijmali (global) dan sebagian yang lain beliau menjelaskan dengan metode tahlili (analisis).
Quo Vadis I'jaz 'Ilmi : Karakteristik dan Persinggungannya dengan Fakta Sains Khoiri, Shohib; Sulthoni, Akhmad
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 8 No. 1 (2024): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v8i1.195

Abstract

This study aims to examine the development of the study of i'jaz ilmi and the signs that must be considered so that the study of i'jaz ilmi does not deviate. The focus of this study consists of several important points, namely the development of tafsir ilmi and its characteristics, a critical study of the definition of i'jaz ilmi and tafsir ilmi that developed in the community, and the signs in the study of i'jaz ilmi so that no mistakes occur. This research uses qualitative-descriptive-analytic methodology. Based on the research, it is found that: First, Despite the pros and cons among scholars, i'jaz and tafsir ilmi is one of the studies of the Qur'an that is widely discussed by scholars, this is evident from the emergence of several works related to it, including in Indonesia. Second, some scholars argue that i'jaz ilmi and tafsir ilmi are two different things, this difference lies in the potential error that will occur. I'jaz ilmi is considered a definite truth while tafsir ilmi has the possibility of error. However, in practice i'jaz ilmi also has the possibility of being wrong as long as there is no explicit signal that shows the relationship of a verse with scientific facts, meaning that if the condition is so then i'jaz ilmi and tafsir ilmi are only based on conjectures that have the possibility of being wrong. Third, to minimize the occurrence of errors, it is necessary to pay attention to some of the signs in the study, namely the use of sentences that can be used in the study.
Konsep Al-Qur'an dalam Menghadapi Era Modern: (Studi Penafsiran Abul Hasan Ali An-Nadwi atas Surat Al-Kahfi) Sulthoni, Akhmad
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2017): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v1i1.66

Abstract

Teks Al-Quran dan hadits nabawi sebagai sumber utama ajaran Islam telah sempurna disampaikan dengan wafatnya Rasulullah saw. Di sisi lain, masalah-masalah yang timbul di tengah umat manusia, senantiasa berkembang seiring perubahan zaman. Respons umat Islam atas permasalahan ini dapat dilihat dalam usaha para ulama Islam untuk melakukan kajian yang mendalam atas dua sumber ajaran Islam itu untuk menjawab sekian banyak masalah kehidupan. Salah satu dari usaha itu adalah kajian Al-Quran secara maudhu’i atau tematik. Di antara kajian Al-Quran dengan tema tantangan era global atau zaman modern adalah kajian Abul Hasan Ali an-Nadwi atas surat Al-Kahfi, yang ia tulis dalam buku, ‘asShira` baina ad-Din wal Madiyyah, Taammulat fi Surati al-Kahfi’. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian Library Research, dan termasuk dalam kategori kajian tafsir Maudhu’i. Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa an-Nadwi menjadikan surat Al-Kahfi sebagai objek kajian yang berfokus pada tema konsep Al-Quran dalam menghadapi era global. Konsep AlQuran dalam menghadapi era global disimpulkan oleh an-Nadwi dari kajiannya atas empat kisah utama dalam surat Al-Kahfi, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pemilik dua kebun, kisah pertemuan Nabi Musa as dengan Hidzir, dan kisah Dzhulqarnain. Keempat kisah tersebut memuat beberapa konsep besar tentang cara pandang seorang muslim dalam menghadapi kehidupan modern, yaitu konsep keimanan, cara pandang seorang mukmin terhadap harta, cara pandang terhadap ilmu, dan konsep umum kepemimpinan.
Hermeneutika Al-Qur’an Prespektif Ad-Dakhil Fi At-Tafsir Sulthoni, Akhmad
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2019): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v3i2.24

Abstract

Penafsiran atas ayat-ayat al-Quran merupakan suatu usaha yang telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Beliau menerangkan kandungan al-Quran, dan meluruskan pemahaman-pemahaman (penafsiran) yang keliru atas beberapa ayat al-Quran, baik kesalahan yang muncul dari kalangan sahabat, ataupun dari pihak luar Islam. Dalam perkembangannya, penafsiran al-Quran sebagaimana telah ada hingga saat ini telah banyak termasuki pemahaman-pemahaman yang dinilai menyimpang oleh para ulama, dan dikenal dengan istilah ad-dakhil fi at-tafsir.Munculnya teori hermeneutika dalam ranah tafsir al-Quran menjadi sebuah permasalahan baru yang dapat dinilai pula keotentikannya dengan pendekatan teori ad-Dakhil fi tafsir ini. Penafsiran yang tidak memiliki landasan yang valid dikategorikan oleh para ulama sebagai ad-Dakhil (infiltrasi) dalam penafsiran al-Quran. Tulisan ini memaparkan gambaran persoalan diatas, dengan memberikan contoh penerapan hermeneutika dalam tafsir al-Quran, dan mengghasilkan kesimpulan bahwa penerapan hermeneutika dalam ranah tafsir al-Quran didapatkan seringkali tidak memiliki landasan yang telah ditetapkan dalam keilmuan Islam, terutama keilmuan al-Quran dan Tafsir, sehingga dapat diposisikan sebagai sebuah dakhil atau infiltrasi yang menyimpang dalam penafsiran al-Quran.
Telaah Ayat-Ayat Pembebasan Baitul Maqdis dalam Tafsir Al-Azhar Sulthoni, Akhmad; Amrulloh, Muhamad
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 7 No. 1 (2023): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v7i1.149

Abstract

Baitul Maqdis memiliki posisi penting bagi umat Islam. Perjuangan pembebasan kawasan Baitul Maqdis telah dilakukan sejak zaman Rasulullah saw. diawali dengan menanamkan ilmu, kemudian politik dan militer. Sekian banyak surat al-Qur’an memiliki keterkaitan dengan Baitul Maqdis, disebutkan secara langsung, penyebutan dengan sifat keutamaan, ataupun sebagai tempat kejadian kisah-kisah. Ayat-ayat pembebasan Baitul Maqdis dapat ditemukan dalam kisah Bani Israil setelah keluar dari negeri Mesir di dataran Sinai. Kisah ini disebutkan dalam surat al-Baqarah 58-59, al-Baqarah ayat 246-252, al-Maidah ayat 21-26, dan surat al-A’raf ayat 137. Penelitian ini fokus pada penafsiran Hamka dalam Tafsir al-Azhar, relevansi penafsiran dengan perjuangan umat Islam, dan karakter para pejuang pembebas Baitul Maqdis, dengan menggunakan metode library research yang bersifat deskriptif-analitis, dengan pendekatan maudhu’i. Dari penelitian ini disimpulkan: a. Hamka menafsirkan bahwa Bani Israil saat dipimpin oleh Musa as, menolak perintah Allah untuk berjuang membebaskan Baitul Maqdis. Keberhasilan membebaskan Baitul Maqdis berikutnya didapatkan oleh generasi baru yang taat dari kalangan Bani Israel. Sejarah pembebasan ini merupakan sejarah umat para Nabi utusan Allah. Keimanan dan ilmu merupakan pondasi utama dalam perjuangan. Allah menetapkan aturan yang ditetapkan bagi Bani Israil apabila mereka menguasai Baitul Maqdis, merupakan aturan dan akhlaq yang harus dilaksanakan pula oleh umat Islam saat menguasai sebuah tempat, sebagaimana telah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw saat memasuki kota Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah. b. Baitul Maqdis bukanlah hak warisan yang dimiliki oleh bangsa Yahudi, melainkan hak bagi siapapun umat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. c. Para Pejuang Pembebasan Baitul Maqdis dipimpin oleh seorang pimpinan yang unggul dalam keilmuan dan fisik, pasukan yang taat terhadap pimpinan, dan memiliki kualitas keimanan yang kuat, dan kepercayaan yang tinggi kepada janji Allah Ta’ala.
Perumpamaan Binatang dengan Al-Qur’an menurut As-Sa’di dalam Kitab Tafsir Taisir Al-Karim Ar-Rahman Fii Tafsir Kalam Al-Manan Nasiroh, Sari Dewi; Sulthoni, Akhmad
Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol 4 No 2 (2020): Al Karima : Jurnal Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Isy Karima Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58438/alkarima.v4i2.60

Abstract

Mentadabburi Al-Quran adalah salah satu kewajiban kita terhadap Al-Quran. Salah satu aspek tadabbur adalah ayat-ayat kauniah yang ada di jagat raya, diantaranya mengenai ayat-ayat binatang. Dalam Al-Quran beberapa binatang tersebutkan sebagai sarana perumpamaan (amtsal). Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dengan pendekatan metode maudhu’i (tematik) tentang matsal binatang-binatang dalam kitab Tafsir Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm Al-Manân karya Abdurrohman As Sa’di, dan apa nilai-nilai hikmah yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini didapatkan pada surat Al-Baqoroh 26 bahwa Allah tidak segan membuat perumpamaan sekalipun dengan hal-hal yang dianggap remeh atau lebih dari itu misalnya terhadap seekor nyamuk. Al-Baqoroh 65, Al-Maidah 60, Al-A’rof 163, ketiga ayat ini berkaitan dalam menjelaskan kisah kaum sabat yang diazab menjadi kera karena durhaka dengan ketentuan Allah. Al-A'rof 176 manusia yang cenderung kepada dunia dan hawa nafsunya setelah diberikan nikmat ayat-ayat Allah diperumpamakan dengan anjing yang jika dihalau atau dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya. Jum'ah 5 berisi perumpamaan ahlu kitab yang tidak menyampaikan isinya kepada ummatnya adalah seperti keledai yang membawa kitab di atas punggungnya. Al-Ankabut 41 menjelaskan tentang lemahnya hamba yang bersandar kepada selain Allah seperti lemahnya sarang laba-laba. Al-Muddatsir 49-51 membahas perumpamaan orang kafir yang berpaling dari Allah seperti larinya keledai dari kejaran pemburu.
Comparative Study Of Maryam's Storytelling In Ibn Kathir's Tafseer And Sibel Eraslan's Siret-i Meryem (Cennet Kadınların Sultanı): Studi Komparasi Penyampaian Kisah Maryam dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Novel Siret-i Meryem (Cennet Kadınlarının Sultanı) Karya Sibel Eraslan Sulthoni, Akhmad; Khairi, Shohib; Muttaqin, Kholil
Civilization Research: Journal of Islamic Studies Vol 4 No 1 (2025): Civilization Research: Journal of Islamic Studies
Publisher : PT. Student Rihlah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61630/crjis.v4i1.73

Abstract

This research aims to comparatively analyze the presentation of Maryam’s story in Tafsir Ibn Kathir and the novel by Sibel Eraslan, identifying their similarities and differences. The methodology employed is library research with a descriptive-analytical approach. Data analysis was conducted using comparative methods to evaluate the elements of characters, plot, setting, and narrative style. The findings indicate that Tafsir Ibn Kathir presents Maryam’s story based on authentic narrations with a scholarly approach emphasizing the accuracy of sources. Conversely, Sibel Eraslan’s novel incorporates fictional elements into the characters, plot, and setting, with a literary style aimed at evoking emotional responses from readers. Both share similarities in the core story of Maryam but differ in their narrative enrichments: Tafsir Ibn Kathir highlights scholarly and spiritual aspects, whereas Sibel Eraslan’s work offers emotional and aesthetic nuances. The implications of this study underscore the importance of understanding the boundaries between religious texts and creative interpretations in literary works. These findings contribute to the development of interdisciplinary studies between Qur'anic exegesis and contemporary literature, enriching the dialogue between scholarly traditions and creative arts.