Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

TEKTONIK SESAR CIMANDIRI, PROVINSI JAWA BARAT Haryanto, Iyan; Hutabarat, Johanes; Sudrajat, Adjat; Ilmi, Nisa Nurul; Sunardi, Edy
Bulletin of Scientific Contribution Vol 15, No 3 (2017): Bulletin of Scientific Contribution:GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1146.649 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v15i3.15103

Abstract

ABSTRACTCimandiri fault formed during stage II orogenesis is the oldest fault at the end of the middle Eocene. The Cimandiri fault is the active fault that developed a paleo high and uplifted the Ciletuh Formation within front arc basin. The stage III orogenesis at the Late Eocene indicated by regional compression in the Java that affected to reactivation fault. This fault known to be the same as the Baribis thrust fault. Finally, the compression tectonic decreased that it created the normal fault on Cimandiri thrust-fold. Therefore, we can define the Cimandiri fault into two regional fault patterns. The first pattern, the thrust fault that indicated by high bedding inclined. The second pattern, the next pattern is the normal fault that revealed by fault scarps inclination more than 50o or even vertical in some locations. Keywords: Cimandiri fault, front arc basin, Ciletuh valley, Cimandiri Valley. ABSTRACKSesar Cimandiri merupakan sesar tua yang terbentuk selama berlangsungnya orogenesa tahap II, yaitu pada waktu Akhir Eosen Tengah. Pada saat itu  batuan sedimen Formasi Ciletuh berumur Eosen Tengah yang terbentuk di dalam Cekungan Depan Busur  sudah terangkat ke permukaan. Sesar ini terus aktif hingga menyebabkan terbentuknya  tinggian purba (paleo-hight) antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri. Pada Akhir Tersier, tektonik kompresi kembali terjadi, menyebabkan untuk ketiga kalinya sesar Cimandiri teraktifkan kembali sebagai sesar naik. Peristiwa ini disimpulkan sebagai orogenesa ke III di Pulau Jawa. Salah satu struktur sesar regional yang terbentuk pada saat itu adalah Sesar Baribis. Setelah tektonik kompresi berkurang terjadi kesetimbangan menyebabkan terbentuknya sesar normal pada jalur lipatan anjakan Cimandiri. Oleh karena itu, Sesar Cimandiri terdiri atas dua sesar regional yang pertama sebagai sesar naik yang dicirikan oleh deformasi lipatan batuannya yang umumnya tegak, dan sebagai sesar normal yang dicirikan dengan terbentuknya gawir sesar dengan kemiringan di atas 50° bahkan di beberapa lokasi mendekati vertical. Kata Kunci: Sesar Cimandiri, Cekungan Depan Busur, Lembah Ciletuh, Lembah Cimandiri.
EVALUASI BATUAN INDUK DAN PEMODELAN KEMATANGAN BATUAN INDUK PADA BLOK "F", CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Darmawan, Muhammad Farhan; Gani, Reza Mohammad Ganjar; Ilmi, Nisa Nurul; Husaeni, Ahmad; Bumolo, Firman Ardiansyah
Bulletin of Scientific Contribution Vol 19, No 2 (2021): Bulletins of Scientific Contribution : Geology
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v19i2.34464

Abstract

Penelitian dilakukan di Sub-Cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara dengan menggunakan metode geokimia. Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik batuan induk, biomarker, potensi batuan induk, sejarah pemendaman dan korelasi minyak bumi-batuan induk pada sumur D22, D26, dan D29. Hasil analisis menunjukan bahwa karakteristik geokimia pada Formasi Jatibarang dan Talang Akar dari masingmasing sumur memiliki nilai TOC, S1, S2, dan PY yang cukup baik dengan tipe kerogen II-III sehingga menghasilkan hidrokarbon dengan jenis minyak dan gas bumi serta memiliki tingkat kematangan yang matang. Potensi Formasi Jatibarang dan Talang Akar sebagai batuan induk termasuk kedalam klasifikasi batuan induk efektif, Formasi Baturaja dan Main Upper Cibulakan termasuk batuan induk potensial, dan Formasi Parigi termasuk batuan induk memungkinkan. Proses pengendapan pada daerah penelitian terjadi secara terus menerus karena pada Formasi Jatibarang tidak ditemukan suatu unconformity berupa erosional maupun non-deposisional. Korelasi minyak-batuan induk pada Formasi Jatibarang menunjukan minyak yang ada pada Formasi Jatibarang berasal dari batuan induk yang ada di Formasi Jatibarang sedangkan minyak yang ada pada Formasi Talang Akar berasal dari batuan induk yang ada di Formasi Talang Akar.
VULKANISME DAN KARBONAT UMUR MIOSEN DI DAERAH BANJAR-PANGANDARAN, JAWA BARAT Haryanto, Iyan; Ilmi, Nisa Nurul; Adhiperdana, Billy G.; Fauziely, Lili; Sunardi, Edy
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY Vol 16, No 2 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2494.618 KB) | DOI: 10.24198/bsc geology.v16i2.17293

Abstract

Daerah Banjar-Pangandaran merupakan bagian dari Zona Pegunungan Selatan yang sebagian besar disusun batuan volkaniklastik Formasi Jampang. Batuannya didominasi oleh breksi, tuf dan batupasir kasar. Seluruhnya membentuk morfologi perbukitan sedang hingga terjal, dengan punggungan berarah barat-timur. Di bagian tepi dari lereng perbukitannya, tersingkap batugamping yang berumur lebih muda, yaitu Formasi Klapangunggal dan Formasi Pamutuan. Di lapangan tidak ditemukan kontak litologi, namun berdasarkan pada umur batuan yang menerus, serta kedudukannya di lapangan diduga keduanya memiliki hubungan stratigrafi yang selaras. Penelitian ini masih dalam tahap awal yang dilakukan hanya berdasarkan pada data singkapan. Analisis dilakukan dengan melakukan rekontruksi pola struktur (pola jurus), serta dipandu dengan interpretasi geologi melalui DEM.Hasil sementara menunjukan bahwa pertumbuhan carbonate mulai berlangsung ketika aktivitas volkanisma pawa waktu Miosen Bawah Berakhir. Pada saat itu di antara tinggian volkanik, memiliki lingkungan marin yang tenang dan dangkal, sehingga memungkinkan terbentuknya pertumbuhan carbonate. Di lihat dari peyebarannya, carbonate disimpulkan sebagai barrier kecil dan lainnya sebagai pitch reef.
PEMANFAATAN LIMBAH SEKTOR PERTANIAN DEDAK PADI MENJADI RICE BRAN OIL SEBAGAI PENERAPAN SISTEM NIHIL LIMBAH DI DESA TALAGASARI Sakhia Mira Rosalina; Morin Azzahra; Siti Patimah Saidah; Fildza Ndarusasti Madarina; Ezra Khagi Himura; Murni Sulastri; Edy Sunardy; Nisa Nurul Ilmi
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia (JAMIN) Vol 4 No 2 (2022): JURNAL ABDI MASYARAKAT INDONESIA (JAMIN)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/jamin.v4i2.14325

Abstract

Pemanfaatan limbah sektor pertanian dedak padi menjadi rice bran oil adalah sebagai penerapan sistem nihil limbah di desa Talagasari. Limbah sektor pertanian yang dapat diolah dan dimanfaatkan pada desa Talagasari salah satunya yaitu hasil penggilingan padi yaitu dedak yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak dedak atau rice bran oil.  Rice bran oil merupakan minyak yang didapatkan dari hasil ekstraksi menggunakan Soxhlet kemudian dievaporasi hingga menghasilkan air suling dan minyak sehingga mendapatkan minyak dedak. Minyak dedak memiliki peluang besar menjadi salah satu alternatif pengganti minyak sawit. Minyak dedak padi memiliki banyak manfaat dan kandungannya yang lebih sehat. Salah satu manfaat rice bran oil yaitu dapat mengurangi kolesterol, karena kandungan lemak jenuhnya sedikit dan cenderung lebih stabil. Tujuan penelitian pengolahan dedak padi menjadi rice bran oil selain untuk mengurangi limbah sektor pertanian sebagai penerapan sistem nihil limbah, pengolahan produk limbah pertanian sehingga limbah memiliki value sebagai sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Maka dari itulah penelitian pengolahan dedak padi menjadi rice bran oil dilakukan oleh mahasiswa pada kegiatan KKN-PM integratif di vila Kadeudeuh, desa Talagasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat.