Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Instrumen Kompetensi Profesional Guru Matematika Terintegrasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Zamsiswaya; Giantara , Febri
Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan Vol 21 No 01 (2024): Jurnal Mutharahah : Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan
Publisher : LPPM Institut Agama Islam Diniyyah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46781/al-mutharahah.v21i01.1030

Abstract

Abstract One of the problems with mathematics education in Indonesia can be seen from the fact that there are not many mathematics teachers who explain mathematics material that is integrated with the values ​​of Islamic Religious Education. In order to measure the professional competence of mathematics teachers, an instrument is needed. The professional competency instruments for mathematics teachers used so far do not fully contain the values ​​of Islamic Religious Education in their aspects and indicators. Therefore, it is necessary to develop a professional competency instrument for mathematics teachers that is integrated with the values ​​of Islamic Religious Education. The development method used is ADDIE. Data collection and data analysis techniques use quantitative and qualitative approaches. This research was conducted at SMA Tapung District with a sample size of 210 obtained using the Issac Michael formula. From the results of research and development and product trials, a valid and reliable mathematics teacher professional competency instrument was obtained so that it can be used. Keywords: Professional competence, integration, Islamic education Abstrak Permasalahan pendidikan matematika di Indonesia salah satunya dapat dilihat dari belum banyaknya guru matematika yang menjelaskan materi matematika yang terintegrasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam. Agar dapat mengukur kompetensi profesional guru matematika dibutuhkan sebuah instrumen. Instrumen kompetensi profesional guru matematika yang digunakan selama ini belum sepenuhnya memiliki nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada aspek dan indikatornya. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan sebuah instrumen kompetensi profesional guru matematika yang terintegrasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam. Metode pengembangan yang digunakan adalah ADDIE. Teknik pengumpulan data dan analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMA Kecamatan Tapung dengan jumlah sampel 210 yang diperoleh dengan menggunakan rumus Issac Michael. Hasil penelitian dan pengembangan hingga uji coba produk diperoleh sebuah instrument kompetensi profesioanal guru matematika yang valid dan reliabel sehingga dapat untuk digunakan. Kata Kunci: Kompetensi profesional, integrasi, Pendidikan Agama Islam.
Model Pengembangan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate) dalam Pembelajaran Pendidikan Islam Bahosin Sihombing; Zamsiswaya; sawaluddin
Journal of Islamic Education El Madani Vol. 4 No. 1 (2024): Desember
Publisher : Yayasan Marwah Madani Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55438/jiee.v4i1.135

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang model pengembangan 4D (define, design, develop, dan disseminate).  Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui tentang model pengembangan 4D. Adapun penelitian ini menggunakan penelitian metode kualitatif dengan mengkombinasikan pendekatan library research dengan teknik pengumpualan data dokumentasi. Penulis juga menggunakan teknik content analisis. Pembahasan yang bersifat penelitian mendalam dengan mengumpulkan semua informasi baik dalam bentuk tulisan-tulisan maupun dalam bentuk informasi media massa. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, define (pendefinisian) dengan melakukan front-end analysis untuk memetakan masalah, learner analysis untuk mengetahui karakteristik peserta didik, concept analysis untuk mengetahui konsep materi diajarkan dan penentuan capaian pembelajaran yang diinginkan. Kedua, design (perencanaan) dengan membuat uji kriteria, pemilihan media pembelajaran dan permainan yang sesuai, bentuk penyajian pembelajaran, simulasi materi dengan media dan permainan yang telah dirancang. Ketiga, develop (pengembangan) dengan melakukan expert appraisal rancangan pembelajaran berbasis permainan kepada ahli permainan dan ahli materi, revisi desain pembelajaran, uji coba pembelajaran berbasis permainan dalam skala kecil, dan revisi model pembelajaran berbasis permainan. Keempat, disseminate (penyebaran) dengan menerapkan pembelajaran berbasis permainan dalam seting kelas sesungguhnya.
Curriculum innovation in the part-time madrasah learning system in Singapore Sarkiman, Akhmudi; Zamsiswaya; Husti, Ilyas; Salman, Nola Fibriyani Bte
Idarah Tarbawiyah: Journal of Management in Islamic Education Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/itjmie.v6i1.17496

Abstract

Singapore is a secular government system, where every policy does not include religious elements, including education. However, the Singapore government is quite responsive in providing support for the sustainability of Islamic educational activities. This study aims to analyze the management and curriculum of part-time madrassas and also find out how the role of part-time madrassas in equipping Muslim children of various ages with secular education to understand and practice Islam as a way of life especially in facing the challenges of the times. This study offers an overview and look at the management, curriculum and role of part-time madrasas in Singapore. Using a qualitative method that includes a literature review and field study, the research is a combination of object research conducted directly at the research site, combined with literature research. Data was obtained through interviews with several parties involved in part-time education as well as research papers related to the basics of Islamic education in Singapore either in the form of books or journal articles, as well as other documents. The results show that the Islamic Religious Council of Singapore (MUIS) plays a major role in monitoring and managing the development of Islamic education in Singapore. Since the Muslim community in Singapore needs to display progressive characteristics and have a vision of a model community that creates a distinctive Singaporean Islamic thought, MUIS introduced the aL.I.V.E (Learning Islamic Values Everyday) Program curriculum established through SIES (Singapore Islamic Education System) for part-time madrassas. Abstrak Singapura adalah sistem pemerintahan sekuler, di mana setiap kebijakan tidak memasukkan unsur agama, termasuk pendidikan. Namun, pemerintah Singapura cukup responsif dalam memberikan dukungan bagi keberlangsungan kegiatan pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen dan kurikulum madrasah paruh waktu dan juga mengetahui bagaimana peran madrasah paruh waktu dalam membekali anak-anak Muslim dari berbagai usia yang berpendidikan sekuler untuk memahami dan mengamalkan Islam sebagai pandangan hidup terutama dalam menghadapi tantangan zaman. Penelitian ini menawarkan gambaran dan melihat manajemen, kurikulum dan peran madrasah paruh waktu di Singapura. Dengan menggunakan metode kualitatif yang mencakup tinjauan literatur dan studi lapangan, dimana penelitian yang dilakukan merupakan gabungan antara penelitian obyek yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian, dipadukan dengan penelitian kepustakaan. Data diperoleh melalui wawancara dengan beberapa pihak yang terlibat dalam pendidikan paruh waktu serta penelitian makalah yang berkaitan dengan dasar-dasar pendidikan Islam di Singapura baik dalam bentuk buku atau artikel jurnal, serta dokumen lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) berperan besar dalam memantau dan mengelola perkembangan pendidikan Islam di Singapura. Karena komunitas Muslim di Singapura perlu menampilkan karakteristik progresif dan memiliki visi model komunitas yang menciptakan pemikiran Islam khas Singapura, MUIS memperkenalkan kurikulum Program aL.I.V.E (Learning Islamic Values Everyday) yang dibentuk melalui SIES (Singapore Islamic Education System) untuk madrasah paruh waktu.
The Problematics of Qur'an Teaching in Singapore's Half-Time Madrasah Tokyan, Muhaimin Bin; Zamsiswaya
Idarah Tarbawiyah: Journal of Management in Islamic Education Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/itjmie.v5i2.16502

Abstract

The half-time madrasah is an outgrowth of the earliest institutions of Islamic learning in Singapore. Half-term madrasah offers religious education for students attending mainstream schools. The half-term madrasa curriculum uses an Islamic religious education model called "Program aLIVE," or Learning Islamic Values Every Day. However, it is observed that students who have the potential to read the Qur'an well and correctly are low. This article tries to explain some of the problems that become obstacles to learning the Qur'an in Madrasah Separuh Masa. The research method used is a type of qualitative research with a literature study approach. The data used is sourced from observation, interviews, and documentation. The results show that there are several challenges that become problematic in the process of teaching the Qur'an at Madrasah Separuh Masa Singapore. First, the lack of learning time, limited human resources, the difficulty of building student motivation, and Qur'an teaching methods. Abstrak Madrasah separuh masa merupakan hasil perkembangan dari institusi pembelajaran agama Islam paling awal di Singapura. Madrasah separuh masa menawarkan pendidikan agama bagi siswa yang mengikuti sekolah umum. Kurikulum madrasah separuh masa menggunakan model Pendidikan Agama Islam yang disebut dengan “Programme aLIVE” atau Learning Islamic Values Every Day. Namun demikian, dari hasil pengamatan didapat hasil bahwa siswa yang berpotensi bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar rendah. Artikel ini mencoba memaparkan beberapa problem yang menjadi kendala dalam pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah Separuh Masa. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatifdengan pendekatan studi pustaka. Data yang digunakan bersumber dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada beberapa tantangan yang menjadi problematika dalam proses pengajaran al-Qur’an di Madrasah Separuh Masa Singapura. Pertama, kurangnya waktu pembelajaran, keterbatasan sumber daya manusia, sulitnya membangun motivasi siswa, dan metode pengajaran Al-Qur’an.
Value Education in Qur'anic Learning Based on Sab’atu Al-Ahrāf Sinwan, Husaini Bin; Zamsiswaya
Idarah Tarbawiyah: Journal of Management in Islamic Education Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/itjmie.v5i2.16503

Abstract

Sab'atu Al-Ahrāf is a concept of teaching the Qur'an with differences in seven Arabic variations in pronunciation. This concept has been known since the time of the Prophet Muhammad. This difference in qiraat makes the Qur'an so rich in wisdom values, both in a cultural perspective and in a religious perspective. This study aims to integrate value education with Sab'atu Al-Ahrāf-based Qur'an learning. The research method used is a qualitative method, and the type of research is library research that uses a descriptive analysis approach. The results showed that there are three value educations that can be integrated with Sab'atu Al-Ahrāf-based Qur'anic learning, namely moral education, religious education, and socio-cultural education. Moral education includes moral education, character education, ethics education, and value education; religious education includes education about sharia, tawhid, tasawwuf, and tawhid; and socio-cultural education includes education about human relations in the socio-culture of a society. Integralization of the three educations can create a comprehensive understanding and knowledge of the Qur'an and the values associated with it. Abstrak Sab’atu Al-Ahrāf merupakan konsep pengajaran al-Qur’an dengan perbedaan tujuh variasi bahasa Arab dalam pengucapannya. Konsep ini sudah dikenal sejak masa Rasulullah SAW. Perbedaan qiraat ini menjadikan al-Qur’an begitu kaya dengan nilai-nilai kearifan, baik dalam perspektif budaya maupun dalam perspektif agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan pendidikan nilai dengan pembelajaran al-Qur’an berbasis Sab’atu Al-Ahrāf. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah penelitian pustakayang menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada tiga pendidikan nilai yang bisa diintegrasikan dengan pembelajaran al-Qur’an berbasis Sab’atu Al-Ahrāf, yaitu pendidikan moral, pendidikan keagamaan, dan pendidikan sosial budaya. Pendidikan moral meliputi meliputi pendidikan akhlak, pendidikan karakter, pendidikan etika, dan pendidikan nilai; Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan tentang syariat, tauhid, tasawwuf, dan tawhid; dan Pendidikan sosial budaya meliputi pendidikan tentang hubungan antar manusia dalam sosial budaya sebuah masyarakat. Integralisasi ketiga pendidikan tersebut dapat menciptakan pemahaman dan pengetahuan yang komprehensif tentang Al-Qur’an dan nilai-nilai yang terkait dengannya.
Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Moderasi Beragama di Madrasah Aliyah Swasta Kabupaten Pelalawan Zamsiswaya; Jisman; Handayani, Satri
Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan Vol 22 No 01 (2025): Al-Mutharahah : Jurnal Penelitian dan Sosial Keagamaan
Publisher : LPPM Institut Agama Islam Diniyyah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46781/al-mutharahah.v22i01.1403

Abstract

Abstract This study examines the implementation of the Islamic Religious Education (IRE) curriculum based on religious moderation at Private Madrasah Aliyah in Pelalawan Regency. Using a qualitative-descriptive approach, the study aims to: (1) analyze the policy foundation and implementation of the IRE curriculum; (2) identify the supporting and hindering factors in its implementation; (3) describe the concept of religious moderation from the perspective of the teachers; and (4) design a curriculum based on religious moderation. The findings of the study show that: (1) the IRE curriculum has been implemented, supported by the tolerant cultural roots of the community, government regulations, and other facilities; (2) challenges include the lack of understanding among educators about the broader values of religious moderation and insufficient supervision; (3) the concept of religious moderation among teachers emphasizes nine core values of moderation: Tawassuth (the middle path), Tawazun (balance), I’tidal (steadfastness), Tasamuh (tolerance), Musawah (equality), Syura (consultation), Ishlah (reform), Al-Muhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah (preserving relevant old traditions while adopting better new practices), and Tathawwur wa Ibtikar (innovation); and (4) the realization of the Islamic Religious Education curriculum design based on religious moderation, in both written curriculum and hidden curriculum formats. This design is based on the Qur'an and Hadith. Keywords: Curriculum, Islamic Religious Education, Religious Moderation Abstrak Penelitian ini mengkaji penerapan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis moderasi beragama di Madrasah Aliyah Swasta Kabupaten Pelalawan. Dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis dasar kebijakan dan penerapan kurikulum PAI; (2) mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya; (3) menggambarkan konsep moderasi beragama dari perspektif guru; dan (4) merancang desain materi kurikulum berbasis moderasi beragama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan kurikulum telah dilaksanakan, didukung oleh budaya masyarakat yang toleran, regulasi pemerintah, dan sarana prasarana; (2) kendala yang dihadapi meliputi kurangnya pemahaman pendidik terhadap nilai-nilai moderasi dan minimnya pengawasan; (3) konsep moderasi beragama di kalangan guru menekankan sembilan nilai utama moderasi: Tawassuth (jalan tengah), Tawazun (keseimbangan), I’tidal (ketegasan), Tasamuh (toleransi), Musawah (egaliter), Syura (musyawarah), Ishlah (reformasi), Al-Muhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah (melestarikan tradisi lama yang relevan dan mengadopsi hal baru yang lebih baik), serta Tathawwur wa Ibtikar (inovatif); dan (4) terwujudnya desain materi kurikulum PAI berbasis moderasi beragama, baik dalam bentuk written curriculum maupun hidden curriculum. Desain ini didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Kata kunci: Kurikulum, Pendidikan Agama Islam, Moderasi Beragama