Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS HUKUM TERHADAP STRATEGI KEBIJAKAN PROVINSI LAMPUNG DALAM PENINGKATAN EKONOMI S DAN KETAHANAN KELUARGA Dharmayani, Dharmayani; Mu’in, Fathul
Jurnal Hukum Malahayati Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Malayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap kebijakan yang diambil baik oleh pemerintah pusat maupun daerah harus sesuai dengan hukum. Jika tidak, maka pelaksanannya tidak akan efektif dan berpotensi didugat di pengadilan. Penelitian ini  akan menganalisa strategi kebijakan Provinsi Lampung dalam peningkatan ekonomi Sumatera dan ketahanan keluarga dalam perspektif hukum. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan studi lapangan dan didukung dengan studi dokumen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitis. Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan Pemerintah Provinsi Lampung di berdampak positif dalam peningkatan ekonomi, bahkan akibat kebijakan itu laju pertumbuhan ekonomi Lampung menjadi yang tertinggi di Sumatera. Namun, dalam ketahanan ekonomi rumah tangga belum cukup optimal karena kebijakan PSBB dan PPKM, ditambah bantuan  kepada masyarakat yang terdampak covid-19 juta kurang memadai. Dianalisis berdasarkan hukum administrasi negara, kebijakan yang diambil Provinsi Lampung sudah sesuai karena mengikuti kebijakan pemerintah pusat yakni undang-undang dan peraturan pemerintah. Sedangkan aturan turunan di tingkat daerah pemerintah Provinsi Lampung menggunakan peraturan daerah.
Rekontekstualisasi Fikih Keluarga di Era Modern: Studi Perbandingan Indonesia, Tunisia, dan Turki Hadaiyatullah, Syeh Sarip; Fikri, Arif; Dharmayani, Dharmayani; Karini, Eti; Ismail, Habib
Moderasi : Journal of Islamic Studies Vol. 4 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54471/moderasi.v4i2.70

Abstract

The recontextualization of family law in Muslim-majority countries has gained significance amidst contemporary social, political, and legal transformations. This study examines the reforms of family law in Indonesia, Tunisia, and Turkey, focusing on gender equality, women's rights, and the limitation of polygamy. Employing a qualitative methodology with a comparative approach, data were gathered from literature reviews, legal documents, and regulations in each country. In Indonesia, the Compilation of Islamic Law (KHI) integrates Islamic jurisprudence with local traditions and human rights principles. Tunisia’s Code du Statut Personnel (CSP) replaces traditional Islamic family law with a secular system emphasizing gender equality. In Turkey, the secular Turkish Civil Code incorporates some elements of Islamic jurisprudence, particularly in inheritance. The findings reveal that while all three countries aim to improve women's positions and align family law with social progress, their approaches differ based on socio-cultural and political contexts. The study concludes that the recontextualization of family law in these countries reflects efforts to balance tradition and modernity, offering improved protection for women's rights through varying local adaptations. These findings contribute to a deeper understanding of family law dynamics in Muslim societies and provide recommendations for reform in similar contexts.
Efektivitas Program Konseling Pra-Nikah dalam Mengurangi Konflik Rumah Tangga: Studi Perbandingan di Indonesia dan Malaysia Dharmayani, Dharmayani; Hendriyadi, Hendriyadi; Bunyamin, Mahmudin; Santoso, Rudi
Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society Vol. 5 No. 2 (2024): Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Hasyim Asy'ari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33752/tjiss.v5i2.8446

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas program konseling pra-nikah dalam mengurangi tingkat konflik rumah tangga dan perceraian di Indonesia dan Malaysia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui studi literatur dari jurnal, buku, dan website yang relevan, termasuk laporan dari lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling pra-nikah memiliki dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan komunikasi pasangan, mengurangi konflik, dan menurunkan tingkat perceraian di kedua negara. Di Indonesia, pasangan yang mengikuti konseling pra-nikah mengalami tingkat perceraian yang lebih rendah (2,5%) dibandingkan dengan pasangan yang tidak mengikuti konseling (15-20%). Sementara itu, di Malaysia, program ini juga menunjukkan hasil yang serupa dengan tingkat perceraian yang lebih rendah (5-8%). Selain itu, program konseling juga berkontribusi pada pengurangan kekerasan rumah tangga dan peningkatan kepuasan pernikahan di kedua negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program termasuk kualitas konselor, keterbukaan pasangan, kesesuaian program dengan nilai budaya, serta dukungan keluarga. Perbedaan signifikan antara Indonesia dan Malaysia terletak pada struktur program, tingkat partisipasi, dan dukungan sosial yang lebih kuat di Malaysia. Temuan ini menunjukkan bahwa konseling pra-nikah dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan kualitas pernikahan dan mengurangi konflik rumah tangga, meskipun tantangan budaya dan keterbatasan sumber daya di Indonesia masih perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas program di negara tersebut.
Rekonstruksi Perkawinan Nyentana dalam Masyarakat Bali: Perspektif Kesetaraan Gender Dharmayani, Dharmayani; Karini, Eti; Ismail , Habib; Iwaannudin, Iwaannudin; Arsyad, Mufid
Tasyri' : Journal of Islamic Law Vol. 4 No. 1 (2025): Tasyri'
Publisher : STAINI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53038/tsyr.v4i1.258

Abstract

This research aims to explore and analyze the reconstruction of nyentana marriage in Balinese society from a gender equality perspective. Nyentana marriage, which involves the groom living with the bride's family, is a unique tradition that has the potential to elevate the status of women and promote gender equality. However, negative stigma towards this type of marriage still exists in certain segments of Balinese society, as it is considered to conflict with the dominant patrilineal customary norms. This study uses a qualitative approach with a case study method in several regions of Bali, including Tabanan, Gianyar, and Badung. Data were collected through in-depth interviews with couples practicing nyentana marriage, customary leaders, and religious figures, as well as participatory observations during nyentana wedding ceremonies. Thematic analysis was employed to identify the factors influencing the acceptance or rejection of this tradition and its impact on gender equality. The research findings indicate that despite challenges posed by negative stigma, nyentana marriage has the potential to alter social structures and strengthen the position of women in Balinese society. Therefore, the role of customary institutions and religious leaders is crucial in supporting a better understanding of gender equality through this tradition. This research is expected to provide new insights into how the nyentana marriage tradition can contribute to achieving gender equality goals and support sustainable development in Bali.
Childfree dalam Pernikahan Kembali Duda dan Janda: Perspektif Kemaslahatan dan Gender Hermanto, Agus; Bunyamin, Mahmudin; Dharmayani, Dharmayani; Hadaiyatullah, syeh Sarip; Yuhani’ah, Rohmi
JOM Vol 6 No 1 (2025): Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, March
Publisher : Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/ijhass.v6i1.6867

Abstract

This study examines the phenomenon of childfree decisions in remarriage among widows and widowers, particularly within older generations, despite Islam’s emphasis on regeneration through marriage. The research aims to analyze the arguments underlying the choice to remain childfree in remarriage from a gender perspective, focusing on the principle of maslahat (benefit). Employing a qualitative approach with a gender lens, the study utilizes in-depth interviews to collect data from remarried individuals over the age of 50 who have previously been married. The findings reveal that the primary motivations for choosing to remain childfree include having children from previous marriages and prioritizing their upbringing, as well as focusing on career advancement at its peak without the additional responsibility of raising children. From a gender perspective, this choice is perceived as a form of maslahat as it promotes a balanced distribution of responsibilities and partnership within the family. Theoretically, this study contributes to discussions on gender roles in marriage by demonstrating how remarried individuals negotiate parental responsibilities and career aspirations within the framework of maslahat.
The Urgency of Mediation of the Religious Courts System on Islamic Law Perspective Dharmayani, Dharmayani; Hermanto, Agus; Hidayat, Iman Nur; Rakhmat, Rakhmat; Setiawan, Agus
Jurnal Mahkamah : Kajian Ilmu Hukum dan Hukum Islam Vol. 7 No. 1 June (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jm.v7i1.2288

Abstract

Mediation is a Religious Court facility to resolve disputes outside the court; however, it is often found that the phenomenon of cases that have not been completed from the handling of mediation, for example, in family law disputes, is divorce. What is interesting to study is, what is the role and position of mediation in the Religious Courts? This paper aims to describe and analyze the role and function of mediation in the religious court environment, with the type of qualitative research in the form of library research. The conclusion of this study is that the court has carried out the mediation process with the position of the judge as a mediator. In contrast, the judge is the main role as well as the policymaker, so it becomes a very difficult task to be able to resolve cases outside the court plus, a case that has been entered into court are cases that have been screened through family, community and even customary approaches, and did not visit thoroughly and then refer to the court, what is often the problem is that the mediator who has been the judge, while the judge has a dual role, namely adjudicating and concurrently being a mediator
Efektivitas Program Konseling Pra-Nikah dalam Mengurangi Konflik Rumah Tangga: Studi Perbandingan di Indonesia dan Malaysia Dharmayani, Dharmayani; Hendriyadi, Hendriyadi; Bunyamin, Mahmudin; Santoso, Rudi
Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society Vol. 5 No. 2 (2024): Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Hasyim Asy'ari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33752/tjiss.v5i2.8446

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas program konseling pra-nikah dalam mengurangi tingkat konflik rumah tangga dan perceraian di Indonesia dan Malaysia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui studi literatur dari jurnal, buku, dan website yang relevan, termasuk laporan dari lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling pra-nikah memiliki dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan komunikasi pasangan, mengurangi konflik, dan menurunkan tingkat perceraian di kedua negara. Di Indonesia, pasangan yang mengikuti konseling pra-nikah mengalami tingkat perceraian yang lebih rendah (2,5%) dibandingkan dengan pasangan yang tidak mengikuti konseling (15-20%). Sementara itu, di Malaysia, program ini juga menunjukkan hasil yang serupa dengan tingkat perceraian yang lebih rendah (5-8%). Selain itu, program konseling juga berkontribusi pada pengurangan kekerasan rumah tangga dan peningkatan kepuasan pernikahan di kedua negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program termasuk kualitas konselor, keterbukaan pasangan, kesesuaian program dengan nilai budaya, serta dukungan keluarga. Perbedaan signifikan antara Indonesia dan Malaysia terletak pada struktur program, tingkat partisipasi, dan dukungan sosial yang lebih kuat di Malaysia. Temuan ini menunjukkan bahwa konseling pra-nikah dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan kualitas pernikahan dan mengurangi konflik rumah tangga, meskipun tantangan budaya dan keterbatasan sumber daya di Indonesia masih perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas program di negara tersebut.