Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

The importance of mother’s care for improving exclusive breastfeeding practices Winda Irwanti; Kristen M Hurley; Tony Arjuna; Keith P West, Jr; Jane Chao; Hamam Hadi
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 7 ISSUE 3, 2019
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2019.7(3).%p

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Secara global, prevalensi ibu yang memberikan ASI (air susu ibu) secara eksklusif untuk bayinya sampai dengan usia 6 bulan masih rendah (38%). Di Indonesia, pemberian ASI sudah dipraktikkan secara luas, namun yang memberikan hingga 6 bulan hanya 15,3% dan belum meningkat, meskipun Panduan Pemberian Makan Bayi dan Anak dari WHO telah tersedia.Tujuan: Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi pentingnya pengasuhan oleh ibu (yaitu ibu memiliki peran terbesar dan menghabiskan waktu terbanyak untuk merawat bayinya sehari-hari) untuk meningkatkan praktik ASI Eksklusif pada populasi dengan tingkat ekonomi rendah.Metode: Studi cross-sectional ini dilakukan pada 408 anak usia 6 - 24 bulan dan pengasuhnya di daerah pedesaan Indonesia. Data riwayat ASI, pengasuhan anak, dan status sosio-ekonomi diambil dengan instrumen kuesioner terstruktur oleh pewawancara yang terlatih.Hasil: Lebih dari setengah (61%) Ibu di populasi ini memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya sampai dengan usia 6 bulan. Hasil menunjukkan bahwa bayi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk diberikan ASI eksklusif jika diasuh oleh ibu kandungnya (OR = 4.6., 95% CI = 1.75 - 12.2) dan berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah (OR = 1.9 95% CI = 1.08 - 3.2), setelah mengendalikan variabel lain.Kesimpulan: Pada populasi berpenghasilan rendah dimana praktik pemberian ASI telah dilakukan, tetapi pengasuhan anak dilakukan oleh seseorang selain ibu kandung, pentingnya pemberian ASI eksklusif harus terus ditekankan. Edukasi untuk meningkatkan motivasi ibu dan anggota keluarga lainnya dalam memberikan ASI, serta membangun lingkungan kerja yang ramah menyusui adalah hal yang penting untuk dilakukan.KATA KUNCI: ASI eksklusif; pengasuh; ibu kandung; tingkat ekonomi; Indonesia Timur ABSTRACTBackground: Globally, the prevalence of women who exclusively breastfeed their infants to 6 months of age remains low (38%). In Indonesia, breastfeeding is widely practiced but the prevalence of exclusive breastfeeding at 6 months is only 15,3% and has not increased over time, despite WHO IYCF guidelines.Objectives: This study aims to examine the importance of mother’s care for improving exclusive breastfeeding practices in low-income populations in Indonesia.Methods: This cross-sectional study was conducted using 408 children aged 6 - 24 months and their caregivers in rural Indonesia. five districts. Data on breastfeeding history, childcare, and socioeconomic status of families were collected using structured questionnaires by trained interviewers.Results: Over half (61%) of mothers in this population exclusively breastfed their infant at 6 months (?) Results showed that infants are more likely to receive exclusive breastfeeding if they were cared by biological mothers (OR = 4.6., 95% CI = 1.75 - 12.2) and reside in low-income households (OR = 1.9 95% CI = 1.08 - 3.2), after adjusting for confounding variables.Conclusion: In low-income populations where breastfeeding is common but the provision of child care is provided by someone besides the biological mother, the importance of exclusive breastfeeding should continue to be emphasizedKEYWORDS: exclusive breastfeeding; caregivers; biological mothers; economic level; Eastern Indonesia
Riwayat pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini sebagai prediktor terjadinya stunting pada baduta di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur Asweros Umbu Zogara; Hamam Hadi; Tony Arjuna
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.68 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(1).41-50

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting is a chronic nutrition problem that reflects failure in growth accumulated before and after birth. Many factors affect the incidence of stunting, among others are exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food. The result of a survey carried out by FAO, WFP, and UNICEF in 2010 showed the prevalence of stunting in children under five years old at Timor Tengah Selatan District was 61%.Objectives: To find out whether history of exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were predictors of stunting in children under two years old at Timor Tengah Selatan District.Methods: This was observational study by cross sectional design used quantitative and qualitative methods. Qualitative data obtained from focus group discussion. Subject of the study consisted of 408 children 6 to 24 months from 14 villages at Amanuban Barat and Kie Subdistrict selected through simple random sampling technique. Retrieval of data used a structured questionnaire. Stunting in children under two years old measured by indicators of body length by age. Data were analysed by chi square and logistic regression tests with 95% confident interval.Results: The proportion of stunting in children under two years old at Amanuban Barat and Kie Subdistrict was 49%. The proportion of exclusive breastfeeding was 61%, and early introduction of complementary food was 36,8%. Exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were not factors affecting the incidence of stunting in children under two years old. Factors more strongly affecting the incidence of stunting in children under two years old were energy intake and characteristics of parents that comprised education and occupation.Conclusions: Exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were not predictors of stunting in children under two years old at Amanuban Barat and Kie Subdistrict.KEYWORDS: stunting, exlusive breastfeeding, early introduction of complementary food, children under two years oldABSTRAKLatar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dapat memberikan gambaran kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kejadian stunting diantaranya pemberian ASI eksklusif dan pengenalan MPASI dini. Hasil survei yang dilakukan FAO, WFP, dan UNICEF tahun 2010 menunjukkan prevalensi stunting pada balita di Kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 61%.Tujuan: Untuk mengetahui apakah riwayat pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini merupakan prediktor terjadinya stunting pada anak di bawah dua tahun (baduta) di Kabupaten Timor Tengah Selatan.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional yang menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh melalui focus group discussion. Sampel penelitian sebanyak 408 anak berusia 6-24 bulan yang berasal dari 14 desa di Kecamatan Amanuban Barat dan Kie yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner terstruktur. Stunting pada baduta diukur menggunakan indikator panjang badan menurut umur (WHO 2005). Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik dengan 95% confident interval.Hasil: Proporsi baduta yang mengalami stunting sebesar 49%. Proporsi pemberian ASI eksklusif pada baduta sebesar 61% dan proporsi pemberian MPASI dini sebesar 36,8%. Pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini bukan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada baduta. Faktor-faktor yang lebih kuat pengaruhnya terhadap terjadinya stunting pada baduta adalah asupan energi dan karakteristik orang tua yang meliputi pendidikan dan pekerjaan orang tua.Kesimpulan: Pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini bukan merupakan prediktor terjadinya stunting pada baduta di Kecamatan Amanuban Barat dan Kie.KATA KUNCI: stunting, ASI eksklusif, MPASI dini, baduta
Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Ade Rindiarti; Tony Arjuna; Nindita Kumalawati Santoso
JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia) (Indonesian Journal of Nursing and Midwifery) Vol 1, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.476 KB) | DOI: 10.21927/jnki.2013.1(1).1-5

Abstract

Berdasarkan data dari SDKI menunjukkan bahwa tingkat pemakaian kontrasepsi semakin meningkat kecuali kontrasepsi IUD yang mengalami penurunan. Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun dapat disebabkan karena beberapa faktor salah satunya ketidaktahuan tentang kelebihan KB IUD. Pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang alat kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang berada di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 wanita usia subur. Analisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian tingkat pendidikan responden yaitu SD berjumlah 16 responden (53,3%), pemakaian alat kontrasepsi sebagian besar kontrasepsi suntik berjumlah 24 responden (80,0%), berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak IRT sehingga tidak mempunyai penghasilan berjumlah 22 responden (73,3%), dan tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD sebagian besar dengan kategori kurang yaitu berjumlah 15 responden (50,0%). Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan wanita usia subur di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul tergolong rendah.
EVALUASI USABILITY APLIKASI “MUGITELAS” Ridna Tri Widyaningrum; Tony Arjuna; Anis Fuad
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 36, No 6 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/bkm.55733

Abstract

AbstrakLatar Belakang :  Seperti yang distandarkan dalam akreditasi RS, ahli gizi harus melakukan monitoring evaluasi terhadap asugan gizi diantaranya mengamati sisa makanan pasien, karena berimplikasi klinis seperti asupan yang tidak adeqwat, memperpanjang hari perawatan, meningkatkan biaya,  membuang sisa makanan yang sia-sia dan  berakibat kematian. Sayangnya, kegiatan evaluasi sisa makanan sering tidak dilakukan karena metode yang selama digunakan membutuhkan waktu yang lama untuk dikerjakan. RSU Haji Surabaya telah mencoba membuat aplikasi “Mugitelas” yaitu untuk evaluasi sisa makanan  dan asupan pasien  belum diuji usabilitas dan efisiensinya.Tujuan  :   Mengetahui usabilitas dan efisiensi waktu dari aplikasi “Mugitelas”.Metode  : Untuk mengetahui usabilitas dengan diskriptif kwantitatif menggunakan System Usability Scale (SUS) sedangkan untuk meneliti efisiensi waktu menggunakan quasi eksperimental sebelum dan sesudah penggunaan aplikasi dengan menggunakan paired t-test dan Univariate Multi way Analysis of Variance (ANOVA).Hasil : Dari uji usabilitas didapat angka 88 yang berarti aplikasi “Mugitelas” ini dapat diterima untuk digunakan sebagai alat pengamatan sisa makanan  dan menaksir nilai gizi asupan pasien di RSU Haji Surabaya. Sedangkan dari uji paired t-tes didapat pv = 0,000   yang artinya aplikasi ini bisa menghemat waktu sebesar 293,9 detik atau 4,9 menit per pasien dibandingkan dengan cara manual. Sedangkan untuk uji Annova, semua variable, umur, pendidikan, lama menggunakan HP android dan lama bekerja tidak signifikan terhadap waktu penggunaan aplikasi yang berarti aplikasi ini bisa digunakan oleh semua ahli gizi di RSU Haji Surabaya. Untuk uji paired t-test penggunaan aplikasi pada minggu 1 dengan minggu ke-2 dan ke-3 didapat pv= 0,0006 dan pv = 0,0165 yang berarti butuh waktu tidak lebih dari satu minggu untuk beradaptasi dengan aplikasi ini. Kesimpulan : Aplikasi “Mugitelas” ini bisa diterima untuk pengamatan sisa makanan dan menaksir nilai gizi asupan pasien, serta dapat menghemat waktu sebesar rata-rata 5 menit per pasien dan butuh waktu tidak lebih dari satu minggu untuk bisa beradaptasi dengan aplikasi ini. 
IMPROVEMENT OF STUDENTS’ KNOWLEDGE AND READINESS AFTER A SHORT COURSE PILOT OF IPE IN GERIATRIC CARE Setiawan, Ide Pustaka; Mawardi, Fitriana; Riskiyana, Rilani; Arjuna, Tony; Samekto, Perdana; Madyaningrum, Ema; Anggraeni, Vita Yanti; Ariwibowo, Eko
Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian Journal of Medical Education Vol 12, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpki.84788

Abstract

Background: A five-day interprofessional education (IPE) pilot program in geriatric care was introduced to advanced students in clinical rotation. The program focused on providing students with interprofessional experience in managing elderly care. This study aimed to understand the knowledge, readiness, and perception of students from three different professional programs (medical, nursing, and health nutrition students regarding this pilot program Methods: A descriptive quantitative research with open-ended questions was conducted. Wilcoxon analysis was performed to find the difference in students' knowledge and readiness regarding interprofessional collaboration practice before and after the pilot program. Open-ended questions were distributed online to evaluate students' reflections upon participating in the program. Results: There were 27 participants consisting of 8 medical students, 10 nursing students, and 9 health nutrition students involved in this study. The quantitative study found an increase in interprofessional knowledge and readiness (p<0.001). There were also improvements in intra-professional knowledge of the medical, nursing, and dietetics students with p<0.001 in each profession. A descriptive analysis of open-ended questions revealed that teacher competence and good program coordination were regarded as important for the program's success. Students reported that they had a better understanding of the role of other professions in managing patients’ problems. Interprofessional communication was regarded as important to ensure patient safety. Students also learned that interprofessional collaboration in elderly care is important to improve the patient’s quality of life. Conclusion: The pilot IPE program improved both interprofessional and intra-professional knowledge and readiness of the students in geriatric clinical rotation. Moreover, students felt this activity had a positive impact on their understanding of interprofessional collaboration and patient health outcomes.
Stunting dan Keragaman Pangan pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia (Analisis Data Indonesian Family Life Survey Tahun 2014-2015): Stunting and Dietary Diversity in Children 24-59 Months in Indonesia (Analysis of Indonesian Family Life Survey 2014-2015) Hariawan, Muhammad Hafizh; Hasanbasri, Mubasysyir; Arjuna, Tony
Amerta Nutrition Vol. 8 No. 3SP (2024): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 4th Amerta Nutrition Conferenc
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v8i3SP.2024.380-389

Abstract

Background: Stunting is impaired growth and cognitive development that could decrease learning ability and productivity and increase morbidity and mortality. In 2018, 30.8% of children under the age of five in Indonesia were stunting. Chronic lack of nutrition as a cause of stunting is well known. However, the type of food that causes differences in the conditions between stunting and non-stunting children still needs further investigation. Dietary diversity is an indicator to identify the type and quality of food consumed. Objectives: Analyzing the relationship between dietary diversity and stunting and determinants of stunting in children aged 24-59 months in Indonesia. Methods: This was an observational study using a cross-sectional design. Secondary data from the (IFLS) 5 was used. Bivariate analysis was conducted using the chi-square test. Multivariate analysis used the logistic regression test. The subjects in this study were 2421 children aged 24-59 months. Results: Bivariate analysis showed a significant relationship between dietary diversity and stunting. Significant relationships were found between meat, eggs, milk and its products, and vitamin A-rich vegetables and stunting. Multivariate analysis showed LBW, economic status, area of residence, and maternal education are predictors of stunting. Conclusions: Dietary diversity, especially consumption of animal protein such as eggs, meat, fish, and milk could improve the quality of children’s diets. Improving the quality of diets could potentially reduce the risk of stunting. Therefore, efforts and strategies are needed to increase accessibility to various foods and increase nutritional knowledge.
EVALUATION OF THE ACTIVITY OF GIVING READY-TO-USE THERAPEUTIC FOOD PLUMPY NUTS TO MALNOURISHED CHILDREN IN TANGERANG CITY Amir, Chindy; Susetyowati, Susetyowati; Arjuna, Tony
International Journal of Multidisciplinary Research and Literature Vol. 3 No. 5 (2024): INTERNATIONAL JOURNAL OF MULTIDISCIPLINARY RESEARCH AND LITERATURE
Publisher : Yayasan Education and Social Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53067/ijomral.v3i5.320

Abstract

Background: RUTF is a high-energy lipid-based food used for the treatment of Severe Acute Malnutrition (SAM) children. RUTF is given to SAM children under five years old who are entering the rehabilitation and outpatient phase at the public health centre. RUTF plumpy nut (eeZeePaste) as a nutrition intervention for treatment SAM in Tangerang City. The implementation provision of RUTF has been going on for one year in Tangerang City. but in practice there are variations in its use. Objective: This study aim to evaluation of provision RUTF plumpy nut to SAM children in Tangerang City. Methods: A qualitative study with a case study approach aim to  evaluation of provision RUTF plumpy nut to SAM children in Tangerang City. Results: The provision of RUTF Plumpy Nut in Kota Tangerang has not been well implemented. There is no specific SOP regarding the provision of RUTF Plumpy Nut, which has led to the suboptimal provision of RUTF Plumpy Nut. RUTF Plumpy Nut is not ideally given to malnourished children in Tangerang City because the RUTF Plumpy Nut given to malnourished toddlers is not well received in terms of taste, portion size and ingredients that are not in accordance with the habits and tastes of children in the Tangerang City area. Conclusion: The provision of RUTF Plumpy Nut to malnourished children has not gone well and malnourished children in Tangerang City don’t like RUTF Plumpy Nut
Monitor and evaluation of food management for COVID-19 patients at the central isolation shelter in Sleman Regency, Yogyakarta Amalliyah, Puji; Rahmawati, Vista Ari; Arjuna, Tony
BKM Public Health and Community Medicine PHS8 Accepted Abstracts
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: The COVID-19 outbreak hit the world starting at the end of 2019 and spread to Indonesia in the first quarter of 2020. As of early November 2021, the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University (JHU) COVID-19 Data and Our World In Data showed 4.25 million cases with 143 thousand deaths in Indonesia. When the number of COVID-19 cases was very high, the Indonesian government gave instructions to establish centralized isolation shelters in each area by utilizing hajj dormitory facilities, village halls, and government buildings. The Tagana Public Kitchen was responsible for patient and shelter staff food management in Sleman Regency under the Social Service supervision. Content: The Tagana Public Kitchen Sleman served food needs for patients and staff at three centralized isolation shelters in Sleman. The isolation shelters were Yogyakarta Hajj Dormitory (Sinduadi), Rusunawa Gemawang (Sinduadi), and Universitas Islam Indonesia (UII) shelter (Umbulmartani). Interviews with kitchen managers found no significant obstacles in providing food for patients in isolation shelters. However, after being observed, the current state of the Tagana Sleman Public Kitchen was not yet standardized, especially in the layout of the kitchen, completeness of facilities, and sanitation hygiene. These were very important to improve because the consumers served were Covid-19 patients. Although the patient had quite good satisfaction with food management, as shown in the survey result, there were still suggestions for improving food variety and temperature. The challenge of improving this standard was budget. Based on the current menu analysis results, the diet provided had not met the patient's nutritional needs because they should follow the TKTP (High-Calorie High Protein) diet of 2200-2400 kcal. In budget calculations, if the menu is improved and follows the diet, the current budget of IDR 15,000/per person/per meal is not sufficient. Likewise, repairing kitchen facilities will undoubtedly require more funds. Latar belakang: Wabah COVID-19 telah melanda dunia mulai akhir tahun 2019 dan mulai menyebar ke Indonesia di triwulan pertama tahun 2020. Terhitung sampai awal November 2021 berdasarkan data dari JHU CSSE COVID-19 Data dan Our World In Data, jumlah kasus di Indonesia tercatat 4,25 juta dengan 143 ribu meninggal dunia. Pada saat jumlah kasus COVID-19 sangat tinggi, Pemerintah Indonesia memberikan instruksi untuk membentuk shelter isolasi terpusat di masing-masing daerah dengan memanfaatkan fasilitas asrama haji, balai desa, gedung pemerintah, dan sebagainya. Pelayanan makanan untuk pasien dan petugas shelter di Kabupaten Sleman dikelola oleh Dapur Umum Tagana yang berada dalam pengawasan Dinas Sosial. Konten: Dapur Umum Tagana Sleman berada di Tridadi, Sleman. Setiap harinya saat ini melayani kebutuhan makan untuk pasien dan petugas di 3 shelter isolasi terpusat (isoter) Sleman. Isoter tersebut adalah Asrama Haji Yogyakarta (Sinduadi), Rusunawa Gemawang (Sinduadi), dan shelter UII (Umbulmartani). Wawancara dengan pengelola dapur, tidak ditemukan kendala yang berarti selama penyelenggaraan makanan untuk pasien di isoter. Namun setelah diobservasi, keadaan Dapur Umum Tagana Sleman saat ini belum terstandar terutama tata letak dapur, kelengkapan fasilitas, dan higine sanitasi. Hal tersebut tentu sangat penting untuk diperbaiki karena konsumen yang dilayani adalah pasien Covid-19 yang notabennya sangat butuh perlakuan khusus. Walaupun dari hasil survei kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan ditemukan hasil yang cukup baik, tetapi masih ada masukan untuk perbaikan variasi makanan dan suhu makanan. Tantangan dari perbaikan standar ini adalah anggaran. Berdasarkan hasil analisis menggunakan menu saat ini, kebutuhan gizi pasien belum terpenuhi karena seharusnya mengikuti diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi protein) 2200-2400 kkal. Dalam perhitungan anggaran jika menu diperbaiki dan sesuai dengan diet maka anggaran Rp15.000,-/per orang/per sekali makan saat ini tidak mencukupi. Begitu juga dengan perbaikan fasilitas dapur tentunya akan membutuhkan dana lebih.
Laksa Gurih web application in strengthening surveillance and assistance for malnourished children in Tangerang City Amir, Chindy; Fitri, Yuni Pradilla; Arjuna, Tony
BKM Public Health and Community Medicine PHS8 Accepted Abstracts
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objective: e-Laksa Gurih is present as an innovation of the Tangerang City Health Office in reducing malnutrition rates. This application innovation is related to strengthening the mentoring and surveillance of malnutrition in the City of Tangerang. Content: Laksa Gurih is a program to overcome malnutrition in the City of Tangerang. The Tangerang City Health Office developed the book into a web-based application starting as a pocketbook for Laksa Gurih cadres. The Health Office cooperated with the Tangerang City Communications and Information Office to make applications targetting the Health Office, nutritionists at the puskesmas, and cadres to accompany malnourished children in Tangerang City. It has been introduced to cadres through a training program for managing malnutrition at the Health Office. Its web application contains a dashboard for the development of malnutrition data, daily data entry for malnourished children, cohort reports, and readable and downloadable reference guidebooks. One companion cadre accompanies one malnourished child. They make home visits to toddlers every day and record the results of these visits into the e-Laksa Gurih application, which are weight, height, upper arm circumference, children's eating diaries, children's activities, other children's activities, and children's conditions. The cadres are very enthusiastic about the application because it makes it easier for them to assist and record during monitoring of malnourished children. The advantages are that monitoring and condition of malnourished children are known faster, more accurately, and more precisely. Health center nutritionists and the Tangerang City Health Office no longer wait for the end of the month to get data on malnourished children to take the next step quickly. The drawback of this application is that access to Laksa Gurih via cellphone is still too complicated, so further development is needed. Objective: e-Laksa Gurih hadir sebagai inovasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang dalam menurunkan angka gizi buruk. Inovasi aplikasi ini berkaitan dengan penguatan pendampingan dan surveilans gizi buruk di Kota Tangerang. Content: Laksa gurih merupakan sebuah program penanggulangan gizi buruk di Kota Tangerang. Berawal dari sebuah buku saku kader pendamping laksa gurih, Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengembangkan buku tersebut menjadi sebuah aplikasi webbased. Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Kominfo Kota Tangerang dalam pembuatan aplikasi. Sasaran pengguna aplikasi ini yaitu Dinas Kesehatan, ahli gizi puskesmas dan kader pendamping anak gizi buruk di Kota Tangerang. Aplikasi web Laksa Gurih berisi dashboard perkembangan data gizi buruk, entry data harian anak gizi buruk, laporan kohort dan referensi buku-buku panduan yang bisa dibaca serta di download. Satu anak gizi buruk didampingi satu orang kader pendamping. Kader pendamping melakukan kunjungan rumah balita setiap hari dan mencatat hasil kunjungan tersebut kedalam aplikasi e-Laksa Gurih. Data yang harus diinput kader kedalam aplikasi tersebut berupa berat badan, tinggi badan, LLA, catatan harian makan anak, kegiatan anak, kegiatan lain anak dan kondisi anak. Aplikasi ini sudah diperkenalkan kepada kader-kader melalui acara pelatihan tatalaksana gizi buruk di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Para kader sangat antusias terhadap aplikasi tersebut karena memudahkan mereka dalam pendampingan dan pencatatan selama pemantauan anak gizi buruk. Kelebihan aplikasi ini yaitu pemantauan dan keadaan anak gizi buruk lebih cepat diketahui, lebih akurat dan lebih spesifik. Ahli gizi puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang tidak lagi menunggu akhir bulan untuk mendapatkan data anak gizi buruk sehingga bisa dengan cepat mengambil langkah selanjutnya. Kekurangan aplikasi ini yaitu akses Laksa Gurih melalui handphone masih terlalu rumit, sehingga dibutuhkan pengembangan lebih lanjut.
Prevalence and Determinants of Malnutrition Among Children Under Five in Ethiopia: Ethiopian Mini Demographic Health Survey (EMDHS) 2019 Degu, Dawit Ayenew; Hasanbasri, Mubasysyir; Arjuna, Tony
BKM Public Health and Community Medicine The 12th UGM Public Health Symposium
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Purpose: This study aims to assess the prevalence and determinants of malnutrition among children under five in Ethiopia, with evidence from the 2019 Ethiopian demographic and health survey as evidence. Methods: The data were analyzed from the 2019 EMDHS, and 3680 (939 urban and 2,741 rural) children under 5 years old were considered in this analysis. The data was extracted, edited, and analyzed using SPSS Version 26. Binary logistic regression models were used to identify the determinants of children's malnutrition. Results: The prevalence of stunting, wasting, and underweight was 31.7%, 9.4%, and 17%, respectively. About 24.5% of children were both stunted and wasted. Among the factors considered in this study, residence region, breastfeeding, electricity, mothers’ education level, household wealth index, child sex, and water and toilet facilities were significantly associated with under-five malnutrition in Ethiopia. Conclusion: Malnutrition among under-five children is one of Ethiopia's public health problems. Therefore, the influence of these factors should be considered in developing an evidence-based health policy and implementing interventions in the healthcare system that target stunting, wasting, and underweight, which can lead to better outcomes for children under five in Ethiopia.