Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kontroversi Hukum Game Online dalam Perspektif Fikih Islam Mas Teguh Wibowo; Ali Imran Sinaga; Nur Alfina Sari Sitepu; Asril Azhari Hasibuan; Miftahul Jannah
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 5 No. 1 (2025): Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2025
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/mudabbir.v5i1.660

Abstract

Artikel ini bertujuan mengkaji hukum game online melalui perspektif fikih Islam dengan pendekatan studi literatur dari Al-Qur'an, hadis, pendapat ulama, dan kaidah fikih. Dalam analisisnya, ditemukan bahwa ayat-ayat seperti QS. Al-An'am: 32 dan QS. Al-Maidah: 90 memperingatkan agar hiburan seyogyanya adalah yang tidak melalaikan kewajiban agama atau mengandung unsur yang dilarang, seperti perjudian, pornografi dan kekerasan di dalamnya. Hadis Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya pemanfaatan waktu dengan bijak. Pandangan ulama menitikberatkan pada konten game dan dampaknya. Kaidah fikih seperti "hukum asal segala sesuatu adalah mubah kecuali ada dalil yang mengharamkan" menjadi panduan utama, selama game online tidak melibatkan unsur negatif. Sehingga dapat diambil garis besar bahwa hukum game online bersifat kontekstual. Game yang sesuai dengan nilai Islam, memberikan manfaat, dan dilakukan dengan niat baik, diperbolehkan. Sebaliknya, game dengan unsur haram atau dengan efek merusak akhlak dan moral umat Islam dihukumi haram. Solusinya, orang tua dan pendidik harus mendampingi anak - anak dalam memilih game, pemerintah perlu meregulasi konten game, dan masyarakat perlu dididik tentang pemanfaatan teknologi yang etis. Harapannya, umat Islam dapat memanfaatkan game online secara positif tanpa melanggar nilai - nilai agama, sehingga tercipta keseimbangan antara hiburan dan tanggung jawab.
Efektivitas Kajian Program Organisasi Kajian Hadis dalam Pengembangan Keilmuan Islam Asril Azhari Hasibuan; Nur Alfina Sari Sitepu; Pipi Darsina Siregar; Nurhadani Nasution; Zaini Dahlan
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 5 No. 1 (2025): Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2025
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/mudabbir.v5i1.678

Abstract

Penelitian ini membahas efektivitas program organisasi kajian hadis dalam pengembangan keilmuan Islam di Masjid Al-Izzah UIN Medan. Kajian hadis memiliki peran strategis sebagai sumber ajaran Islam yang tidak hanya menjadi pedoman hidup, tetapi juga fondasi dalam membangun sistem keilmuan berbasis nilai-nilai ilahiah. Program kajian ini dirancang untuk memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap hadis, mengintegrasikannya dengan disiplin ilmu lainnya, serta menjawab tantangan kehidupan modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk menggambarkan efektivitas program tersebut. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dokumentasi, dengan teknik triangulasi untuk memastikan validitas data. Subjek penelitian meliputi pengurus organisasi kajian hadis dan peserta kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kajian hadis di Masjid Al-Izzah dilaksanakan secara rutin dan terstruktur dengan dukungan pemateri yang kompeten serta metode pengajaran interaktif. Sebagian besar peserta mengakui peningkatan pemahaman mereka terhadap konteks hadis dalam kehidupan modern dan relevansi ajarannya dalam praktik sehari-hari. Evaluasi berkala juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas program.
Nilai-nilai Ketauhidan di Pondok Pesantren Irsyadul Islamiyah Tanjung Medan Asril Azhari Hasibuan; Sapri
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 5 No. 1 (2025): Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2025
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/mudabbir.v5i1.715

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai ketauhidan yang diterapkan di Pondok Pesantren Irsyadul Islamiyah Tanjung Medan. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai ketauhidan ditanamkan melalui berbagai metode, termasuk pembelajaran formal berbasis kitab kuning, pembiasaan ibadah harian, dan pembinaan keagamaan. Para pengajar menggunakan beragam pendekatan seperti pengajaran di kelas, pembiasaan ibadah, pembinaan keagamaan, dan praktik langsung untuk menanamkan nilai-nilai ketauhidan. Pengamalan nilai-nilai ini berdampak signifikan terhadap kehidupan santri, menciptakan kesadaran spiritual yang mendalam, pembentukan akhlak mulia, dan pengembangan hubungan sosial yang positif. Meskipun demikian, penerapan nilai-nilai ketauhidan menghadapi berbagai tantangan, termasuk pengaruh lingkungan luar, keterbatasan sumber daya, dan perkembangan teknologi yang pesat. Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang implementasi nilai-nilai ketauhidan dalam konteks pendidikan pesantren modern dan dapat menjadi referensi bagi pengembangan pendidikan Islam berbasis tauhid.
Paradigma Wahdatul Ulum dan Pemahaman Integrasi Ilmu dan Agama pada Pandangan Gen Z di Era Digital Afdhalurrahman; Asril Azhari Hasibuan; Dia Ayu Khairani; Miftahul Jannah; Salminawati
PEMA Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/pema.v5i1.728

Abstract

Paradigma Wahdatul Ulum menawarkan integrasi ilmu dan agama yang menyatukan nilai spiritual dan rasionalitas dalam menghadapi tantangan zaman. Generasi Z, sebagai kelompok digital native, memiliki potensi besar untuk memahami konsep ini, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan era digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan Generasi Z terhadap integrasi ilmu dan agama dalam kerangka Wahdatul Ulum. Pendekatan kualitatif digunakan melalui wawancara mendalam dengan mahasiswa dan pelajar dari lembaga pendidikan Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun Generasi Z memahami pentingnya integrasi ilmu dan agama, pengaruh konten digital dan globalisasi menjadi tantangan signifikan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pendidikan yang inovatif berbasis Wahdatul Ulum untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dalam konteks keilmuan modern.
Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kesiapan Siswa Menghadapi Tantangan Era Digital dan Revolusi Industri 4.0 di MTs Tamansiswa Medan Afdhalurrahman; Asril Azhari Hasibuan; M. Hasan Ishfi; Siti Halimah
EDU SOCIETY: JURNAL PENDIDIKAN, ILMU SOSIAL DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 5 No. 2 (2025): June-September 2025
Publisher : Association of Islamic Education Managers (Permapendis) Indonesia, North Sumatra Province

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/edu.v5i2.1135

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Kurikulum Merdeka di MTs Tamansiswa Medan dalam meningkatkan kesiapan siswa menghadapi tantangan era digital dan Revolusi Industri 4.0. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka mulai diimplementasikan secara bertahap melalui pembelajaran berdiferensiasi, proyek penguatan profil pelajar, dan integrasi nilai-nilai keislaman. Meskipun terdapat kendala seperti keterbatasan infrastruktur digital dan kesiapan guru dalam menerapkan pendekatan baru, madrasah secara aktif melakukan pelatihan, kolaborasi antar guru, serta penguatan literasi digital siswa. Implementasi kurikulum ini menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan kompetensi abad 21 siswa, seperti berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan beradaptasi dengan teknologi. Studi ini merekomendasikan penguatan sinergi antara guru, siswa, dan orang tua dalam mendukung keberlanjutan transformasi pendidikan berbasis nilai dan teknologi.
The Relevance of Alexander Sutherland Neil's Humanistic Education to the Merdeka Curriculum in Promoting Student Autonomy Adnan Syah Sitorus; Asril Azhari Hasibuan
International Journal of Basic Educational Research Vol. 2 No. 2 (2025): IJBER: International Journal of Basic Education Research
Publisher : Doctoral Program In Elementary Madrasah Teacher Education Faculty Of Tarbiyah And Education - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ijber.v2i2.11586

Abstract

Education that places student freedom and autonomy at the core of the learning process is becoming increasingly relevant in efforts to shape education that humanizes humanity. This article examines the relevance of Neill's educational thinking to the principles of the Merdeka Curriculum. This research is a literature review using a comparative qualitative approach, aiming to analyze Alexander S. Neill's thoughts on humanistic education and compare them with the Merdeka Curriculum principles, particularly in developing student autonomy. Data was collected through documentation techniques, namely by searching and selecting literature such as books and scientific articles published in relevant national and international journals using keywords such as "A.S. Neill," "humanistic education," "Summerhill School," "Merdeka Curriculum," and "student autonomy" in various scientific databases such as Google Scholar and Scopus over the past 10 years. The core concept of Neill's educational approach is student freedom. He believed that excessive pressure and control from teachers and the curriculum fostered anti-learning attitudes, dishonesty, and emotional damage in children. At Summerhill, students are not required to attend specific classes and can choose activities based on their interests and readiness. Some principles of the Merdeka Curriculum that support student freedom include emphasizing differentiated learning, the principle of freedom realized through the Pancasila Student Profile Strengthening Project (P5), and student-centered learning. Both place students as active subjects in the educational process, emphasize freedom's importance and encourage teachers to act as facilitators in a supportive learning environment. This relevance can be understood through the framework of humanistic education theory, particularly Abraham Maslow's view on self-actualization, Carl Rogers' perspective on student-centered learning, and the Self-Determination Theory of Motivation, which emphasizes the importance of autonomy, competence, and relationships in fostering intrinsic motivation.