Harwina Widya Astuti
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Kontribusi Terapi Dzikir dalam Pemulihan Pasien dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran Arifin, Nur Afni Wulandari; Fresia, Sinta; Astuti, Harwina Widya; Novita, Sherliana
Jurnal Kesmas Asclepius Vol 6 No 2 (2024): Jurnal Kesmas Asclepius
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/jka.v6i2.11324

Abstract

This research aims to determine the effectiveness of psychoreligious therapy: dhikr in reducing the signs and symptoms of auditory hallucinations. This descriptive case study method involved 2 patients who had signs and symptoms of auditory hallucinations. Participants were given psychoreligious therapy by saying Allahu Akbar, Lailahailaallah, Alhamdulillah, Subhanallah 33 times for 10-20 minutes. The results of the study showed that there was a decrease in the score of signs and symptoms of hallucinations in client I and client II. Before implementing dhikr therapy, client I had 6 signs and symptoms of hallucinations while client II had 4 signs and symptoms of hallucinations. After being given dhikr therapy intervention, client I's signs and symptoms of hallucinations were 3 while client II's were 1. Conclusion, psychoreligious therapy: Dhikr is effective in reducing signs and symptoms in patients with auditory hallucinations. Keywords: Auditory Hallucinations, Psychoreligious Therapy: Dhikr, Sensory Perception Disorders, Background: A person who experiences hallucinations will feel false sensations such as sound, touch, taste, smell or sight. Efforts that can be made by nurses in dealing with patients with percussion sensory disorders: hallucinations apart from applying generalist therapy by identifying hallucinations, teaching how to rebuke, complying with taking medication, teaching how to talk to other people when hallucinations appear, and carrying out scheduled activities can be implemented psychoreligious therapy: dhikr. Dhikr therapy aims to enable patients to focus attention (khusyu') by remembering the greatness and oneness of Allah. Objective: To find out how effective psychoreligious therapy: Dhikr is in reducing the signs and symptoms of hallucinations in patients. Method: This research uses descriptive observational with a case study approach. The number of samples in this study was 2 people. Clients are taught to say Allahu akbar, Lailahailaallah, Alhamdulillah, Subhanallah 33 times for 10-20 minutes. The results of the study showed that the signs and symptoms of hallucinations in client I before implementation had a score of 6 signs of hallucinations and after being given the intervention had a score of 3 and client II before implementation had a score of 4 signs of hallucinations and after being given the intervention had a score of 1. This intervention was given for 3 days with a time duration adjusted to the frequency of hallucinations for each respondent. Conclusion: Psychoreligious therapy (dhikr) is effective in reducing signs and symptoms of auditory hallucinations. The client knows that the action that must be taken is dhikr and does so to divert attention from the hallucinations. Keywords: Sensory perception disorders, auditory hallucinations, psychoreligious therapy: dhikr
Implementasi Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Apendiktomi di Ruang Merak RSAU Dr. Esnawan Antariksa Raka, Raka pradana; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/52dgaj98

Abstract

Apendiksitis merupakan kondisi gangguan pencernaan berupa peradangan pada usus buntu yang dipengaruhi beberapa faktor seperti konsumsi makanan cepat saji dan aktivitas yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa nyeri. Apendiktomi merupakan intervensi bedah yang bertujuan untuk mengurangi risiko memperburuk kondisi pasien. Pada beberapa pasien post apendiktomi rasa nyeri yang timbul mengakibatkan keengganan untuk bergerak, hal tersebut dapat memperpanjang waktu pemulihan dan meningkatkan kemungkinan komplikasi. Mobilisasi dini sebagai salah satu intervensi non-farmakologis untuk menurunkan skala nyeri yang timbul pada pasien post apendiktomi. Studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post apendiktomi di Ruang Merak RSAU dr. Esnawan Antariksa. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus deskriptif. Subjek studi kasus ini sebanyak 2 subjek sesuai kriteria inklusi. Pengambilan data diambil dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi Numeric Rating Scale dan standar prosedur operasional terapi mobilisasi dini. Hasil studi kasus setelah dilakukan mobilisasi dini menunjukkan tingkat nyeri dari kedua pasien mengalami penurunan dari skala nyeri 6-7 (nyeri sedang) ke skala nyeri 1 (ringan). Kesimpulan dari studi kasus ini menunjukkan bahwa ada penurunan skala nyeri pada kedua pasien yang terjadi setelah dilakukan pemberian mobilisasi dini pada pasien post apendiktomi.   Appendicitis is a condition of indigestion in the form of inflammation of the appendix which is influenced by several factors such as consumption of fast food and excessive activity, causing pain. Appendectomy is a surgical intervention that aims to reduce the risk of worsening the patient's condition. In some patients post appendectomy the pain results in reluctance to move, which can prolong recovery time and increase the likelihood of complications. Early mobilization is one of the non-pharmacological interventions to reduce the pain scale that arises in post appendectomy patients. This case study aims to describe the implementation of early mobilization to reduce the pain scale in post appendectomy patients in the Merak Room of RSAU dr. Esnawan Antariksa. The research method used is a descriptive case study. The subjects of this case study were 2 subjects according to the inclusion criteria. Data collection was taken using instruments in the form of, Numeric Rating Scale observation sheets and standard operational procedures for early mobilization therapy. The results of the case study after early mobilization showed that the pain level of the two patients decreased from a pain scale of 6-7 (moderate pain) to a pain scale of 1 (mild). The conclusion of this case study shows that there is a decrease in the pain scale in both patients that occurs after the provision of early mobilization in post appendectomy patients.
Implementasi Angkle Pump Exercise dengan  Elevasi  30 derajat Untuk Mengurangi Edema pada Pasien CKD ON HD Di RSAU Dr.Esnawan Antariksa lukman al hakim; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/b4251e28

Abstract

Gagal Ginjal Kronik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kerusakan fungsi ginjal yang bersifat irreversible yang disebabkan hipertensi, diabetes melitus, penyakit sistemik lain, dan batu saluran kemih. Prevalensi GGK di Provinsi DKI Jakarta sebesar 4,5% di tahun 2018. Salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan sisametabolisme tubuh yaitu terapi Hemodialisis. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan terapi Hemodialisis adalah peningkatan beratbadan akibat penumpukan cairan yang ditandai dengan edema. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi edema yaitu terapi ankle pump exercisedan elevasi 300. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengaruhimplementasi ankle pump exercise dan elevasi 300 untuk mengurangiedema di Ruang Hemodialisis. Metode penelitian jenis rancanganpenelitian ini adalah deskriptif studi kasus. Subjek studi pada penelitian iniberjumlah 2 subjek. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasiedema. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penurunan edema.Edema pada subjek satu sebelum dilakukan intervensi adalah derajat III (4mm), setelah dilakukan intervensi mengalami penurunan menjadi derajatII (2mm). Derajat edema pada subjek dua sebelum dilakukan intervensiadalah derajat III (5mm), setelah dilakukan intervensi mengalamipenurunan menjadi derajat II (2mm). Kesimpulan dari studi kasus iniadalah terapi kombinasi ankle pump exercise dan elevasi 300 pada keduasubjek memberikan pengaruh terhadap penurunan edema pada pasienCKD di ruang Hemodialisis.   Chronic Kidney Failure is a condition of a person who irreversible damage to kidney function caused by hypertension, diabetes mellitus, other systemic diseases, and urinary tract stones. The prevalence of CKD in DKI Jakarta Province was 4.5% in 2018. One of the therapy used to reduce the body's metabolic waste is hemodialysis therapy. Hemodialysis. Signs and symptoms that appear in patients with Hemodialysis therapy is an increase in body weight due to fluid accumulation characterized by edema. with edema. Efforts made to overcome edema are ankle therapy The purpose of the study was to determine the description of the effect of implementing ankle pump exercise and elevation 300 to reduce edema in the Hemodialysis Room. edema in the Hemodialysis Room. Research method this type of research design is a descriptive case study. The study subjects in this study amounted to 2 subjects. The instrument used was an edema observation sheet. The results showed a decrease in edema. Edema in subject one before the intervention was degree III (4mm), after the intervention decreased to degree II (2mm). The degree of edema in subject two before the intervention was degree III (5mm), after the intervention decreased to degree II (2mm). intervention decreased to degree II (2mm). The conclusion of this case study is that the combination of ankle pump exercise and elevation therapy 30° in both subjects has an effect on reducing edema in patients with COPD.  
Efektivitas Terapi Otot Progresif dalam Mengurangi Kram Otot pada Pasien Hemodialisa di RSAU Dr. Esnawan Antariksa Deannova, Farrel Chandra; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 4 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/v8gxcx87

Abstract

Gagal ginjal kronis adalah kondisi dimana peran ginjal menurun dan tidak dapat diperbaiki penyakit ini banyak diderita orang di dunia. Di Indonesia sendiri pada tahun 2018 terdapat 66.433 pasien baru. Salah satu terapi untuk penyakit gagal ginjal kronis adalah hemodialisa. Salah satu masalah yang kerap dirasakan oleh pasien hemodialisa adalah kram otot, sebanyak 46,9% pasien hemodialisa mengalami kram otot. Dalam mengurangi kram otot diperlukan teknik non-farmakologi, yaitu terapi otot progresif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskrisikan kram otot sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Otot Progresif pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSAU Dr. Esnawan Antariksa. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan studi kasus. Penelitian ini menggunakan 2 subyek penelitian. Instrumen penelitian ini dengan alat ukur yang digunakan adalah Cramp Questionnaire Chart. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat penurunan skor kram otot dengan klasifikasi kram sedang menjadi kram ringan. Kesimpulan penelitian ini adalah terapi otot progresif dapat menurunkan skor kram otot pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.    Chronic kidney failure is a condition where the function of the kidneys decreases and cannot be repaired. This disease affects many people in the world. In Indonesia alone, in 2018 there were 66,433 new patients. One of the therapies for chronic kidney failure is hemodialysis. One of the problems often experienced by hemodialysis patients is muscle cramps. As many as 46.9% of hemodialysis patients experience muscle cramps. To reduce muscle cramps, non-pharmacological techniques are needed, namely progressive muscle therapy. The aim of this study was to describe muscle cramps before and after Progressive Muscle Therapy in patients undergoing hemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa. This research design is descriptive with a case study. This study used 2 research subjects. The research instrument used for this research is the Cramp Questionnaire Chart. The results of this study showed that there was a decrease in muscle cramp scores with the classification of moderate cramps to mild cramps. The conclusion of this study is that progressive muscle therapy can reduce muscle cramp scores in patients undergoing hemodialysis therapy.
Pendampingan Keluarga Dalam Peningkatan Kesehatan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Astuti, Harwina Widya; Luluk Eka Meylawati; Fitri Anggraeni; Dwi Ambarwati; Mayang Dwi Riksa
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/1txt8t24

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang menyebar dengan cepat ke seluruh daerah. Penyakit ini adalah salah satu masalah kesehatan yang terus meningkat dan menyebar di Indonesia. Jumlah kasus DBD meningkat dari 8 kali dalam dua dekade terakhir. Penyakit ini meningkat pada setiap awal musim hujan dan mengakibatkan kejadian luar biasa dan menimbulkan wabah lima tahunan di Indonesia. Angka kematian akibat DBD sebanyak 145 kasus. Kasus DBD di wilayah Jakarta Timur terutama di wilayah Kecamatan Makasar menempati urutan ke-10. Meningkatnya kejadian DBD dan cepatnya siklus hidup nyamuk Aedes aegypti betina menjadi alasan penting perlunya dilakukan pengendalian vektor dengan melakukan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tujuan pengabdian ini adalah melakukan upaya pencegahan DBD di Perum Pulo Nirwana Regency. Metode kegiatan ini dengan melakukan PSN baik melakukan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) dan melakukan fogging. Hasil kegiatan adalah tidak ditemukannya jentik nyamuk dan telah dilaksanakan fogging di lima blok perumahan. Kesimpulan pada pelaksanaan kegiatan bahwa lingkungan bersih, tidak ada pengumpulan udara yang menjadi sarang nyamuk, tampungan udara dalam keadaan tertutup baik, tidak ada barang-barang bekas dan setiap rumah telah mendapatkan fogging.   Dengue fever is a disease transmitted through the bite of female Aedes aegypti mosquitoes that spreads rapidly to all regions. This disease is one of the growing and spreading health problems in Indonesia. The number of dengue cases has increased more than 8 times in the last two decades. The disease increases at the beginning of each rainy season and results in extraordinary events and five-year outbreaks in Indonesia. The death rate from DHF is 145 cases. DHF cases in East Jakarta, especially in Makasar sub-district, ranked 10th. The increasing incidence of DHF and the fast life cycle of the female Aedes aegypti mosquito are important reasons for the need to control vectors by preventing and eradicating mosquito nests (PSN). The purpose of this service is to make efforts to prevent DHF in Perum Pulo Nirwana Regency. The method of this activity is by doing PSN both doing 3 M (draining, covering, and burying) and doing fogging. The results of the activity were that no mosquito larvae were found and fogging was carried out in five housing blocks. The conclusion on the implementation of the activity is that the environment is clean, there are no puddles that become mosquito nests, water reservoirs are well closed, there are no used items and every house has received fogging.
Implementasi Kompres Hangat Untuk Menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Gastritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa *, Gita Cahya Ramadhani; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/7nrt5j95

Abstract

Gastritis atau penyakit maag merupakan suatu kondisi peradangan pada mukosa atau dinding lambung akibat peningkatan asam lambung yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, kembung, mual, dan rasa panas atau terbakar pada perut bagian atas. Angka kejadian penyakit Gastritis di Indonesia sebesar 40,8% dari 238.452.952 jiwa penduduk dan merupakan penyakit yang menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak di DKI Jakarta pada tahun 2020. Upaya mengatasi masalah nyeri akibat gastritis salah satu intervensi keperawatan mandiri adalah dengan pemberian terapi non farmakologi yaitu kompres hangat. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran implementasi kompres hangat untuk mengurangi skala nyeri pada pasien gastritis. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Jumlah subyek studi penelitian sebanyak dua subyek studi. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar observasi skala nyeri Visual Analog Scale. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek I dengan skala nyeri sebelum implementasi yaitu skala nyeri 6 dan sesudahnya dengan skala nyeri 0, begitu juga dengan subyek II dari skala nyeri 6 lalu diberikan implementasi menjadi skala nyeri 0. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kompres hangat efektif untuk menurunkan skala nyeri pada pasien gastritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa.     Gastritis or ulcer disease is an inflammatory condition of the stomach mucosa or wall due to an increase in stomach acid which causes abdominal discomfort, bloating, nausea, and burning in the upper abdomen. The incidence of gastritis in Indonesia is 40.8% of the 238,452,952 population and is a disease that ranks third out of the 10 most common diseases in DKI Jakarta in 2020. In an effort to overcome the problem of pain due to gastritis, one of the independent nursing interventions is to provide non-pharmacological therapy, namely warm compresses. The purpose of this study was to describe the implementation of warm compresses to reduce the pain scale in gastritis patients. This research design is descriptive research with a case study approach. The number of research study subjects was two study subjects. The research instrument used in this study was the Visual Analog Scale pain scale observation sheet. The results of this study indicate that subject I with a pain scale before implementation is a pain scale of 6 and afterward with a pain scale of 0, as well as subject II from a pain scale of 6 and then given implementation to a pain scale of 0. The conclusion of this study is that warm compresses are effective for reducing pain scales in gastritis patients at RSAU dr. Esnawan Antariksa.
Implementasi Breathing Exercise Terhadap Fatigue pada Pasien Hemodialisa Di RSAU dr. Esnawan Antariksa Kasih Maharani, Valencia; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/4gkshn62

Abstract

Gagal ginjal diartikan sebagai kerusakan ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus di angka 15 ml/menit/1,73 m2. Penyakit gagal ginjal kronis meningkat sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Seseorang yang mengalami gagal ginjal diharuskan menjalani terapi hemodialisa untuk kelangsungan hidup. Salah satu keluhan yang sering dialami pasien pada saat menjalani hemodialisa yaitu fatigue atau kelelahan. Fatigue dapat diatasi dengan teknik non farmakologi yaitu breathing exercise dengan tujuan menurunkan tingkat fatigue yang dialami. Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran implementasi pada tindakan keperawatan dalam melaksanakan breathing exercise terhadap fatigue pada pasien hemodialisa di RSAU dr. Esnawan Antariksa. Desain penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan studi kasus. Penelitian ini menggunakan dua subyek sebagai studi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner facit fatigue scale. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan pada skor fatigue dengan jumlah > 30, dimana subyek 1 didapatkan hasil skor 38 dan 39, kemudian subyek 2 didapatkan hasil skor 34 dan 31, angka tersebut masuk ke dalam kriteria lelah ringan. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini yaitu breathing exercise dapat mengatasi tingkat fatigue pada pasien hemodialisa di RSAU dr. Esnawan Antariksa.   Acute kidney injuryis defined as kidney damage characterized by a decrease in the glomerular filtration rate at 15 ml/minute/1.73 m2. Chronic acute kidney injuryhas increased by 50% from the previous year. A person who experiences acute kidney injuryis required to undergo hemodialysis therapy for survival. One of the complaints often experienced by patients during hemodialysis is fatigue. Fatigue can be overcome with non-pharmacological techniques, namely breathing exercise with the aim of reducing the level of fatigue experienced. The purpose of this study is to provide an overview of the implementation of nursing actions in carrying out breathing exercises for fatigue in hemodialysis patients at RSAU dr. Esnawan Antariksa. The design of this study is descriptive research with a case study. This study has two study subjects. The instrument used in this study is the facit fatigue scale questionnaire. The results of the study showed that the increase in fatigue scores with a total of > 30, where subject 1 obtained scores of 38 and 39, then subject 2 obtained scores of 34 and 31, these numbers are included in the criteria for mild fatigue. The conclusion obtained in this study is that breathing exercise can overcome fatigue levels in hemodialysis patients at RSAU dr. Esnawan Antariksa.
Pendampingan skrining pertumbuhan dan perkembangan sebagai pendeteksian dini pada anak usia prasekolah Anggraeni, Fitri; Meylawati, Luluk Eka; Astuti, Harwina Widya
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 5 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i5.1157

Abstract

Background: National development is essentially the development of the whole person. Efforts to develop the whole person must begin as early as possible, namely from the time a person is still in the womb and during infancy. Child development services play a crucial role, as early detection of developmental disorders allows for appropriate intervention. Delayed detection and intervention of developmental disorders can hinder a child's development and reduce the effectiveness of therapy. Purpose: To provide knowledge on conducting growth and development screening in preschool children. Methods: This community service activity was conducted at Angkasa 1 Kindergarten, Jakarta, targeting preschool-aged children. It involved 60 second-year students from the Diploma III Nursing Program, Faculty of Health Sciences, Universitas Suryaya (UNSURYA), and teachers at Angkasa 1 Kindergarten. Participants for the growth screening were 54 children present at school on the day of the community service activity. The developmental screening used a Pre-Screening Development Questionnaire (KPSP) instrument adapted to the children's age. The implementation of the Growth and Development Screening Assistance program in Early Detection in Preschool Children is designed holistically to ensure that early detection is carried out effectively. Results: The mean age of respondents was 63.0 months with a standard deviation of 9.10 months, ranging from 37 to 75 months. The majority of respondents (25) were in the 61-72 month range (46.3%), with a majority of males (29) being male (53.7%), and the majority of growth measurement results were in the good nutritional status category (42) (77.8%). Conclusion: The community service activity provided significant benefits for students, teachers, and children. Students had the opportunity to directly implement the child growth and development screening process. For teachers, this activity provided understanding and improved skills in conducting growth and development screening for preschool children. Keywords: Early detection; Growth and development; Preschool children; Screening Pendahuluan: Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Upaya membangun manusia seutuhnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan dan semasa balita. Pelayanan tumbuh kembang anak memiliki peran yang sangat penting, karena deteksi dini terhadap kelainan tumbuh kembang memungkinkan pemberian intervensi yang tepat. Jika kelainan tumbuh kembang terlambat dalam pendeteksian dan intervensi, maka hal ini dapat menghambat perkembangan anak dan mengurangi efektivitas terapi. Tujuan: Memberikan pengetahuan dalam melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan pada anak prasekolah. Metode: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di TK Angkasa 1 Jakarta dengan sasaran anak-anak usia prasekolah yang melibatkan 60 mahasiswa tingkat 2 dari Program Studi Diploma III Keperawatan FIKES UNSURYA serta guru-guru di TK Angkasa 1 Jakarta. Peserta untuk skrining pertumbuhan adalah 54 anak yang hadir di sekolah pada hari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Melakukan skrining perkembangan menggunakan instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang disesuaikan dengan usia anak. Pelaksanaan program Pendampingan Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dalam Pendeteksian Dini pada Anak Usia Prasekolah dirancang secara holistik untuk memastikan deteksi dini dilakukan secara efektif. Hasil: Mendapatkan usia rata-rata responden adalah 63.0 bulan dengan standar deviasi 9.10 bulan dalam rentang 37-75 bulan. Sebagian besar usia responden dalam rentang 61-72 bulan sebanyak 25 (46.3%), mayoritas berjeniskelamin laki-laki sebanyak 29 (53.7%) dan sebagian besar hasil pengukuran aspek pertumbuhan dalam kategori status gizi baik sebanyak 42 (77.8% Simpulan: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah memberikan manfaat yang signifikan bagi mahasiswa, guru, dan anak-anak. Mahasiswa berkesempatan untuk mengimplementasikan secara langsung proses skrining pertumbuhan dan perkembangan anak. Bagi guru, kegiatan ini memberikan pemahaman dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.
Budaya Dokumentasi Keperawatan Berbasis Android di Rumah Sakit Militer TNI: Studi Deskriptif Kuantitatif suroso, suroso; Widiastuti, Sri Hunun; Astuti, Harwina Widya
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 2 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/74pf9w12

Abstract

Dokumentasi keperawatan merupakan komponen esensial dalam menjamin kualitas asuhan keperawatan yang aman dan akuntabel. Penerapan teknologi informasi melalui sistem dokumentasi berbasis Android menjadi salah satu inovasi dalam pelayanan kesehatan, termasuk di lingkungan rumah sakit militer TNI. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan budaya dokumentasi keperawatan berbasis Android serta mengevaluasi efektivitas dan tingkat kepatuhan penggunaannya oleh perawat. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling terhadap 60 perawat di Rumah Sakit TK. II TNI. Instrumen berupa kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil menunjukkan bahwa 83% responden menyatakan dokumentasi berbasis Android mempermudah pencatatan, namun hanya 60% yang konsisten dalam penggunaan tepat waktu. Diperoleh bahwa adopsi budaya dokumentasi digital belum merata dan masih membutuhkan penguatan dari sisi pelatihan dan supervisi. Penelitian ini merekomendasikan pendekatan transformasional dalam membangun budaya dokumentasi digital yang kuat dan berkelanjutan.