Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Transformation of Islamic education in the digital age: Challenges and opportunities Restalia, Winda; Khasanah, Nur
Tadibia Islamika: Journal of Holistic Islamic Education Vol 4 No 2 (2024): Tadibia Islamika: Journal of Holistic Islamic Education, November 2024
Publisher : Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/tadibia.v4i2.8964

Abstract

The rapid development of digital technology has driven the transformation of Islamic education, presenting both challenges and opportunities. This study employs a descriptive qualitative approach to explore how technology reshapes teaching and learning processes in Islamic educational institutions, such as madrasahs. By involving key stakeholders—teachers, students, school principals, and parents—selected through purposive sampling, the research captures diverse perspectives on the integration of technology in Islamic education. Data collection methods include semi-structured interviews, participatory observations, and analysis of relevant documents, with thematic analysis used to identify patterns and themes. Findings highlight significant challenges, including the digital divide in underdeveloped regions, limited digital literacy among educators, and curricula that are misaligned with technological advancements. Despite these barriers, technology offers vast opportunities to enhance Islamic education. E-learning platforms and Islamic applications expand access to education globally, fostering inclusivity. Interactive digital content, such as Quran learning apps and educational games, enriches learning experiences, while enabling personalized approaches. Moreover, technology facilitates global collaboration among institutions, promoting resource sharing and curriculum standardization. These findings underscore the importance of addressing digital disparities and equipping educators with the skills needed to harness technology effectively, ensuring that Islamic education thrives in the digital era. 
Pengalaman Guru dalam Memanfaatkan AI (Artificial Intelligence) untuk Pengembangan Media Pembelajaran IPAS di SD Negeri 2 Sokosari Restalia, Winda
Jurnal Pendidikan Sultan Agung Vol 5, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jp-sa.v5i1.42439

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman guru dalam memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk pengembangan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di SD Negeri 2 Sokosari. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan AI mampu meningkatkan kreativitas guru dalam merancang media pembelajaran interaktif, efektif, dan menarik. Guru menggunakan platform berbasis AI seperti Canva dan Powtoon untuk menciptakan video animasi, infografis, dan simulasi pembelajaran. Kendala yang dihadapi meliputi keterbatasan keterampilan teknis, akses terhadap perangkat teknologi, dan pengelolaan waktu. Solusi yang diusulkan adalah pelatihan intensif penggunaan AI, peningkatan infrastruktur teknologi, dan pengelolaan waktu yang lebih efektif. Pemanfaatan AI diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kualitas pembelajaran IPAS dan mendorong inovasi dalam proses pengajaran di sekolah dasar. Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bagi sekolah dan pengambil kebijakan untuk menyediakan dukungan teknis dan pelatihan berkelanjutan bagi guru agar pemanfaatan AI dapat optimal. 
EVALUASI EFEKTIVITAS ASESMEN BERBASIS KARAKTER KOLABORATIF DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS 2 SD Restalia, Winda; Muniroh, Siti Mumun
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/teaching.v5i2.5386

Abstract

This study aims to evaluate the effectiveness of the implementation of collaborative character-based assessment in cooperative learning for grade 2 students of SD Negeri 02 Sokosari. The background of this study is based on the tendency of traditional assessments that only emphasize cognitive aspects, so that the development of student character, especially the ability to collaborate, is less accommodated. The focus of the study is directed at how assessments that explicitly measure collaborative aspects can improve the effectiveness of cooperative learning and student understanding as a whole. This study uses a case study method with a qualitative and quantitative approach. Data were collected through participatory observation, interviews with teachers and students, and analysis of assessment documents. The research steps include designing assessment instruments, implementing cooperative learning, and evaluating the results of collaborative assessments. The results of the study indicate that the implementation of collaborative character-based assessments can increase student involvement in the learning process, strengthen cooperation skills, and provide a more complete picture of student development. The main conclusion of this study emphasizes the importance of comprehensive assessments that not only measure cognitive aspects, but also character, in order to support effective cooperative learning. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan asesmen berbasis karakter kolaboratif dalam pembelajaran kooperatif pada siswa kelas 2 SD Negeri 02 Sokosari. Latar belakang penelitian ini didasari oleh kecenderungan asesmen tradisional yang hanya menitikberatkan pada aspek kognitif, sehingga perkembangan karakter siswa, khususnya kemampuan berkolaborasi, kurang terakomodasi. Fokus penelitian diarahkan pada bagaimana asesmen yang secara eksplisit mengukur aspek kolaborasi dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran kooperatif dan pemahaman siswa secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara dengan guru dan siswa, serta analisis dokumen asesmen. Langkah-langkah penelitian meliputi perancangan instrumen asesmen, pelaksanaan pembelajaran kooperatif, serta evaluasi hasil asesmen berbasis kolaborasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan asesmen berbasis karakter kolaboratif mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, memperkuat kemampuan kerja sama, dan memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai perkembangan siswa. Simpulan utama penelitian ini menegaskan pentingnya asesmen komprehensif yang tidak hanya mengukur aspek kognitif, tetapi juga karakter, guna mendukung pembelajaran kooperatif yang efektif.
REVITALISASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF: OPTIMALISASI KOLABORASI KEGIATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN Restalia, Winda; Atiyah, Atiyah; Kamal, Rahmat
STRATEGY : Jurnal Inovasi Strategi dan Model Pembelajaran Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/strategi.v5i2.5085

Abstract

Cooperative learning has been recognized as an effective approach in improving students' academic outcomes and social skills. However, its implementation is often suboptimal due to teachers' lack of understanding of collaborative strategies, ineffective group management, and unfair assessments. This article aims to revitalize cooperative learning strategies through a systematic approach that emphasizes optimizing collaboration to achieve learning success. Using a literature review method, this study analyzes various cooperative learning models, including Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, and Think-Pair-Share, and identifies challenges and solutions in their implementation. The results of the study indicate that revitalizing cooperative learning requires several key steps, namely (1) ongoing teacher training to improve competence in designing and managing collaborative learning, (2) the formation of heterogeneous learning groups to encourage positive dynamics and inclusivity, (3) integration of digital technology to facilitate collaboration in both offline and online learning, and (4) the implementation of an authentic assessment system that combines individual and group aspects. Optimizing collaboration in cooperative learning has been proven to increase learning motivation, deeper conceptual understanding, and the development of 21st century skills such as communication, creativity, and problem solving. ABSTRAKPembelajaran kooperatif telah diakui sebagai pendekatan yang efektif dalam meningkatkan hasil akademik dan keterampilan sosial siswa. Namun, implementasinya sering kali tidak optimal karena kurangnya pemahaman guru tentang strategi kolaboratif, manajemen kelompok yang tidak efektif, dan penilaian yang tidak adil. Artikel ini bertujuan untuk merevitalisasi strategi pembelajaran kooperatif melalui pendekatan sistematis yang menekankan optimalisasi kolaborasi untuk mencapai kesuksesan belajar. Dengan menggunakan metode kajian literatur, penelitian ini menganalisis berbagai model pembelajaran kooperatif, termasuk Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, dan Think-Pair-Share, serta mengidentifikasi tantangan dan solusi dalam penerapannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa revitalisasi pembelajaran kooperatif memerlukan beberapa langkah kunci, yaitu (1) pelatihan guru yang berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dalam merancang dan mengelola pembelajaran kolaboratif, (2) pembentukan kelompok belajar yang heterogen untuk mendorong dinamika positif dan inklusivitas, (3) integrasi teknologi digital untuk memfasilitasi kolaborasi baik dalam pembelajaran luring maupun daring, dan (4) penerapan sistem penilaian autentik yang menggabungkan aspek individu dan kelompok. Optimalisasi kolaborasi dalam pembelajaran kooperatif terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar, pemahaman konseptual yang lebih mendalam, serta pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.
KETERAMPILAN GURU SEKOLAH DASAR DI ERA KURIKULUM MERDEKA: KAJIAN LITERATUR SISTEMATIS Restalia, Winda; Atiyah, Atiyah; Kamal, Rahmat; Anwar, Khairul
Jurnal Pendidikan Sultan Agung Vol 5, No 3 (2025)
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jp-sa.5.3.348-363

Abstract

Kurikulum Merdeka menuntut guru Sekolah Dasar (SD) untuk memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21. Kajian literatur sistematis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis keterampilan dasar yang diperlukan guru SD dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Metode yang digunakan meliputi penelusuran, seleksi, dan analisis literatur dari berbagai sumber, seperti jurnal ilmiah, buku, dan dokumen kebijakan. Hasil kajian menunjukkan bahwa guru SD perlu menguasai beragam keterampilan, antara lain: (1) pedagogik, meliputi pembelajaran berpusat pada peserta didik, asesmen holistik, dan pembelajaran berbasis proyek; (2) teknologi, meliputi literasi digital dan pemanfaatan platform pendidikan; (3) sosial-emosional, meliputi empati, komunikasi efektif, dan manajemen kelas positif; dan (4) kepemimpinan, meliputi kemampuan berinovasi, kolaborasi, dan advokasi. Pengembangan profesional guru yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan implementasi Kurikulum Merdeka yang efektif.Kata Kunci: Kurikulum Merdeka, keterampilan dasar guru, Sekolah Dasar.
EKSPLORASI STRATEGI GURU DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI POSITIF SEBAGAI BENTUK PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DI SD NEGERI 02 SOKOSARI Restalia, Winda; Salim, Muhlisin; Bambang, Bambang
MANAJERIAL : Jurnal Inovasi Manajemen dan Supervisi Pendidikan Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/manajerial.v5i4.7558

Abstract

This qualitative research aims to explore the strategies employed by teachers in building positive communication as a form of marketing educational services at SD Negeri 02 Sokosari. This case study employed a qualitative approach, collecting data through in-depth interviews with teachers, participant observation of teacher interactions with parents and students, and document analysis, including communication agendas. The results revealed that teacher strategies manifested themselves in three main ways. First, empathetic interpersonal communication, where teachers actively listened to parents' concerns and aspirations. Second, transparency of information through regular meetings and a contact book regarding students' academic and behavioral progress. Third, active collaboration with parents in resolving children's learning challenges. This positive communication has been shown to build trust and a strong sense of belonging among parents. Ultimately, this parental satisfaction translates into the most effective form of organic marketing: word-of-mouth recommendations, which strengthen the school's positive image in the community. These findings highlight the critical role of teachers not only as educators but also as marketing spearheads, building the school's reputation through humane and sustainable relationships. The implication of this research is the need for schools to systematically support and develop teachers' capacity in strategic communication. ABSTRAKPenelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi yang diterapkan oleh guru dalam membangun komunikasi positif sebagai bentuk pemasaran jasa pendidikan di SD Negeri 02 Sokosari. Studi kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan para guru, observasi partisipatif terhadap interaksi guru dengan orang tua dan siswa, serta analisis dokumen seperti agenda komunikasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa strategi guru terwujud dalam tiga bentuk utama. Pertama, komunikasi interpersonal yang empatik, dimana guru aktif mendengarkan keluhan dan aspirasi orang tua. Kedua, transparansi informasi melalui pertemuan rutin dan buku penghubung mengenai perkembangan akademik dan perilaku siswa. Ketiga, kolaborasi aktif dengan orang tua dalam memecahkan masalah belajar anak. Komunikasi positif ini terbukti mampu membangun kepercayaan (trust) dan rasa memiliki yang kuat di kalangan orang tua. Pada akhirnya, kepuasan orang tua ini berubah menjadi bentuk pemasaran organik yang paling efektif, yaitu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang memperkuat citra positif sekolah di masyarakat. Temuan ini menyoroti peran kritis guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai ujung tombak pemasaran yang membangun reputasi sekolah melalui hubungan yang manusiawi dan berkelanjutan. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya sekolah secara sistematis mendukung dan mengembangkan kapasitas guru dalam hal komunikasi strategis.
PROSES PEMBENTUKAN JIWA KEPEMIMPINAN MELALUI PROGRAM "CLASS CAPTAIN" DI KELAS TINGGI SD NEGERI 02 SOKOSARI Atiyah, Atiyah; Restalia, Winda; Khasanah, Nur; Salim, Muhlisin; Bambang, Bambang
MANAJERIAL : Jurnal Inovasi Manajemen dan Supervisi Pendidikan Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/manajerial.v5i4.7559

Abstract

This qualitative research aims to investigate the process of leadership development in students through the “Class Captain” program in upper grades (IV, V, and VI) of SD Negeri 02 Sokosari. This research uses a case study approach to explore the experiences and understanding of participants in depth. Data were collected through participant observation in the classroom, in-depth interviews with six students who had served as Class Captains, two homeroom teachers, and four other students, and supported by study documentation. The research findings reveal that the process of leadership development occurs through three interrelated stages: (1) the Recruitment Stage, which emphasizes the values ??of democracy and sportsmanship through the process of acceptance and voting; (2) the Coaching Stage, where teachers provide guidance and space for students to carry out daily leadership tasks, such as leading prayers and coordinating friends; and (3) the Evaluation Stage, which includes reflection and feedback to build accountability. Through this experiential process, key leadership aspects that develop in students include an increased sense of responsibility, self-confidence, communication skills, initiative, and empathy. The main supporting factors are teacher commitment and active student participation, while the main obstacles are shyness and minor social conflict dynamics. This study concludes that the Class Captain program serves as an effective leadership laboratory, providing crucial hands-on experience in instilling the foundations of leadership character in elementary school students. ABSTRAKPenelitian kualitatif ini bertujuan untuk menginvestigasi proses pembentukan jiwa kepemimpinan siswa melalui program “Class Captain” di kelas tinggi (IV, V, dan VI) SD Negeri 02 Sokosari. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus untuk menggali pengalaman dan pemahaman para partisipan secara mendalam. Data dikumpulkan melalui observasi partisipan di dalam kelas, wawancara mendalam dengan enam siswa yang pernah menjabat sebagai Class Captain, dua guru wali kelas, serta empat siswa lainnya, dan didukung oleh studi dokumentasi. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa proses pembentukan jiwa kepemimpinan berlangsung melalui tiga tahap yang saling terkait: (1) Tahap Rekrutmen, yang menekankan nilai demokrasi dan sportivitas melalui proses nominasi dan pemungutan suara; (2) Tahap Pembinaan, dimana guru memberikan pendampingan dan ruang bagi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan sehari-hari, seperti memimpin doa dan mengkoordinir teman; dan (3) Tahap Evaluasi, yang melibatkan refleksi dan umpan balik untuk membangun akuntabilitas. Melalui proses eksperiensial ini, aspek-aspek kepemimpinan utama yang berkembang pada siswa mencakup peningkatan rasa tanggung jawab, kepercayaan diri, kemampuan komunikasi, inisiatif, dan empati. Faktor pendukung utamanya adalah komitmen guru dan partisipasi aktif siswa, sementara kendala utama adalah rasa malu dan dinamika konflik sosial minor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa program Class Captain berfungsi sebagai sebuah laboratorium kepemimpinan yang efektif, memberikan pengalaman langsung yang kritis dalam menanamkan fondasi karakter kepemimpinan pada siswa sekolah dasar.
EKSPLORASI MAKNA "TEMAN BELAJAR" BAGI SISWA KELAS II SD DALAM MEMBANGUN SEMANGAT BELAJAR Suhermi, Lulut; Restalia, Winda; Ani, Ani
EDUCATIONAL : Jurnal Inovasi Pendidikan & Pengajaran Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/educational.v5i4.7839

Abstract

Learning enthusiasm is a crucial factor in the academic achievement of elementary school students. In the second grade, social interactions with peers begin to play a significant role. This study focuses on understanding the meaning of "study buddy" from the students' own perspective and its contribution to building learning enthusiasm. It explores the meaning of "study buddy" and describes the role of study buddy in building learning enthusiasm according to second grade elementary school students. This study uses a qualitative approach with a phenomenological method. Data collection was conducted through passive participant observation and semi-structured in-depth interviews with 8 second grade elementary school students selected using a purposive sampling technique. Data were analyzed using the Miles and Huberman data analysis model (data reduction, data presentation, and conclusion drawing). The research findings reveal three main themes. First, study buddy is interpreted as a "partner in difficulty" who is there to help each other with assignments. Second, study buddy as a "source of encouragement" through behaviors such as inviting, waiting, and providing verbal motivation. Third, study buddy as a "playmate" who makes the learning process feel fun and not boring. For second-grade elementary school students, a "study buddy" is not just a nearby individual, but rather a figure who provides academic, emotional, and social support. The presence of a study buddy creates a safe, enjoyable, and supportive learning environment, which ultimately significantly builds and maintains their enthusiasm for learning. The implications of this research can be considered by teachers to further encourage and design collaborative learning activities. ABSTRAKSemangat belajar merupakan faktor krusial dalam pencapaian akademik siswa sekolah dasar. Di jenjang kelas II SD, interaksi sosial dengan teman sebaya mulai memegang peran penting. Penelitian ini berfokus untuk memahami makna "teman belajar" dari perspektif siswa itu sendiri dan kontribusinya dalam membangun semangat belajar. Mengeksplorasi makna "teman belajar" dan mendeskripsikan peran yang dijalankan teman belajar dalam membangun semangat belajar menurut siswa kelas II SD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipan pasif dan wawancara mendalam secara semi-terstruktur terhadap 8 siswa kelas II SD yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan). Temuan penelitian mengungkap tiga tema utama. Pertama, teman belajar dimaknai sebagai "partner dalam kesulitan" yang hadir untuk saling membantu mengerjakan tugas. Kedua, teman belajar sebagai "sumber semangat" melalui perilaku mengajak, menunggu, dan memberikan motivasi verbal. Ketiga, teman belajar sebagai "teman bermain" yang menjadikan proses belajar terasa menyenangkan dan tidak membosankan. Bagi siswa kelas II SD, "teman belajar" bukan hanya sekadar individu yang berada di dekatnya, melainkan sebuah figur yang memberikan dukungan akademik, emosional, dan sosial. Keberadaan teman belajar menciptakan lingkungan belajar yang aman, menyenangkan, dan saling mendukung, yang pada akhirnya secara signifikan membangun dan menjaga semangat belajar mereka. Implikasi dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk lebih mendorong dan merancang aktivitas pembelajaran kolaboratif.