Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE SHOPEE Chaniago, Alfajri Muhammad; Siregar, Mahmul; Arifiyanto, Joiverdia
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH Vol 8, No 1 (2025): February 2025
Publisher : Smart Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54314/jssr.v8i1.2693

Abstract

Abstract: Paylater has become popular because it is inclusive, flexible, and offers a simple registration process and various attractive promos. However, the increasing use of Paylater, such as SPayLater from Shopee, poses a risk of bad debt and personal data theft. Several cases, such as billing that does not comply with regulations and hacking of ShopeePay balances, show weaknesses in data security and management on the E-commerce platform. Therefore, research is needed to strengthen legal protection of consumer personal data in Shopee E-commerce transactions. The research uses a juridical-normative method with a legislative and literature approach. The results of this study are summarized in several conclusions, namely that legal protection of consumer personal data in e-commerce in Indonesia has developed, especially with the enactment of Law No. 27 of 2022. Although e-commerce service providers are obliged to maintain data confidentiality and security, challenges in implementing the law and consumer understanding of their rights still need to be overcome. From this conclusion, it is recommended that the government needs to strengthen supervision and enforcement of Law No. 27 of 2022 concerning Personal Data Protection by tightening security requirements and conducting periodic audits on e-commerce platforms.Keyword: Personal Data, Consumer, E-Commerce Abstrak: Paylater menjadi populer karena inklusif, fleksibel, dan menawarkan proses pendaftaran yang sederhana serta berbagai promo menarik. Namun, meningkatnya penggunaan Paylater, seperti SPayLater dari Shopee, menimbulkan risiko kredit macet dan pencurian data pribadi. Beberapa kasus, seperti penagihan yang tidak sesuai aturan dan peretasan saldo ShopeePay, menunjukkan kelemahan dalam keamanan dan manajemen data di platform E-commerce. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk memperkuat perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen dalam transaksi E-commerce Shopee. Penelitian menggunakan metode yuridis-normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan literatur. Hasil penelitian ini dirangkum dalam beberapa kesimpulan yakni bahwa perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen dalam e-commerce di Indonesia telah mengalami perkembangan, terutama dengan adanya UU No. 27 Tahun 2022. Meskipun penyedia layanan e-commerce berkewajiban menjaga kerahasiaan dan keamanan data, tantangan dalam penerapan hukum dan pemahaman konsumen tentang hak-hak mereka masih perlu diatasi. Dari kesimpulan ini, disarankan pemerintah perlu memperkuat pengawasan dan penegakan UU No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi dengan memperketat persyaratan keamanan dan melakukan audit berkala pada platform e-commerce.Kata kunci: Data Pribadi, Konsumen, E-Commerce
Pelindungan Korban Pemalsuan Data Diri dalam Transaksi Pinjaman Online melalui Penegakan Hak untuk Dilupakan Simbolon, Elsa Daniella; Siregar, Mahmul; Arifiyanto, Joiverdia
Neoclassical Legal Review: Journal of Law and Contemporary Issues Vol. 3 No. 2 (2024): Neoclassical Legal Review: Journal of Law and Contemporary Issues
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/nlrjolci.v3i2.18351

Abstract

Pelindungan data pribadi merupakan hal yang urgensi dalam layanan pinjaman online, terutama potensi resiko kegagalan dalam melindungi data pribadi seperti kebocoran data yang berpotensi menyebabkan kerugian bagi pengguna layanan seperti pemalsuan data nasabah untuk kepentingan oknum tertentu. Selain adanya sanksi pidana kehadiran mekanisme hak untuk dilupakan menjadi penting sebagai usaha pemulihan data. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual dan dianalisis dengan metode analisis data normatif yang bersifat kualitatif. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa UU No 27 Tahun 2022 Tentang Pelindungan Data Pribadi merupakan rujukan utama bagi pelindungan data pribadi masyarakat, jika dikaitkan pada sektor jasa keuangan peer to peer lending maka pengendali berkewajiban menjaga kerahasian data pribadi peminjam dan menginformasikan kegagalan pelindungan data pribadi. Didalam Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi telah mengakomodir konsep Hak Untuk Dilupakan Pasal 43 mengenai penghapusan data dan Pasal 44 mengenai pemusnahan data. Secara historis pengaturan Hak Utuk Dilupakan juga telah diatur dalam Pasal 26 UU ITE mengenai penghapusan informasi kurang relevan melalui penetapan pengadilan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaran Dan Sistem Transasksi Elektronik Pasal 16 (right to erasure) dan Pasal 17 (right to delisting). Peraturan tersebut harus diharmonisasikan sesuai dengan ketentuan UU PDP. Pada Pasal 58 UU PDP mengamanatkan pembentukan lembaga PDP yang tugasnya inheren dalam mengawasi penegakan right to be forgotten di Indonesia. Mulai dari sebagai regulator, pengawas, fasilitator penyelesaian sengketa alternatif dan penegakan sanksi adimistratif
Raising Awareness to Prevent Sexual Violence for Mosque Teenager Rosmalinda, Rosmalinda; Siregar, Ade Rahmawati; Arifiyanto, Joiverdia; Agusmidah, Agusmidah; Siagian, Fahrizal S.
Kosmik Hukum Vol. 25 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/kosmikhukum.v25i1.25079

Abstract

This article was conducted in the form of community service “training of trainer”. The goal of this activity is to improve youth knowledge, understanding, skills and roles in preventing sexual violence. This research involves the committee and members of mosque youth who trained in preventing sexual violence. Adult education methods are used in community service as well as legal research to analyze participation of mosque youth in preventing sexual violence at worship place use a legal, case and conceptual approach. The research found: (1) The number of sexual violence cases increases every year in susceptible locations such as public spaces, terminals/stations, roadsides/sidewalks, public transportation, mass or social media, residential areas, workplaces/offices and campuses. (2) The absence of worship place on susceptible locations list does not mean sexual harassment against women and children has not existed. It could be happened to anyone regardless of gender, age, religion or social background. (3) knowledge, understanding, ability and role to prevent sexual violence among mosque youth increased after participated and practice through "Let's Practice Being a Trainer/Facilitator on Sexual Violence Prevention ". As conclusions: (1) mosque youth have an important role to reduce the number of various forms of and/or prevent of sexual violence, (2) the Indonesian Mosque Youth Communication Agency (BKPRMI) has capacity and roles to improve the knowledge, ability and role of mosque youth in preventing sexual violence, especially in the mosque/prayer room area.
ARRANGING THE RHYTHM OF ROYALTY OBLIGATIONS IN THE BROADCASTING OF SONGS AND MUSIC BY LOCAL RADIO IN MEDAN CITY Devi Azwar, T. Keizerina; Siagian, Putri Rumondang; Desiandri, Yati Sharfina; Arifiyanto, Joiverdia; M. Wau, Hilbertus Sumplisius
NOMOI Law Review Vol 6, No 1 (2025): May Edition
Publisher : NOMOI Law Review

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/nomoi.v6i1.24692

Abstract

Local radio stations play a vital role in the broadcasting industry, serving as a key platform for sharing information and entertainment with the community. However, as the digital music industry continues to evolve, local radio stations in Medan face increasingly complex challenges in complying with copyright laws for songs and music. This study explores the struggles of local radio stations in meeting royalty payment obligations while also examining the regulatory and economic barriers that impact the enforcement of copyright laws in the broadcasting sector. Using a juridical-normative approach with qualitative methods, this research conducts a case study of several local radio stations in Medan. The findings reveal that although awareness of royalty obligations is growing, significant challenges remain. These include unclear regulations, financial burdens, and a lack of understanding of how royalties are distributed. This study highlights the need for greater collaboration between the government, collective copyright management organizations, and radio industry players to establish a fairer and more sustainable system for ensuring compliance with music copyright laws in local broadcasting.
Company Forms in Digital Economy Era Arifiyanto, Joiverdia
Neoclassical Legal Review: Journal of Law and Contemporary Issues Vol. 2 No. 1 (2023): Neoclassical Legal Review: Journal of Law and Contemporary Issues
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/nlr.v2i1.11512

Abstract

The acceleration of globalization driven by the massive development of information and communication technology in all sectors of human life has changed human attitudes and lifestyles. This change then creates an awareness that creative and innovative human resources are more reliable than just industrial strength. This awareness encourage the birth of a creative economy that focuses on industries based on creativity and talent. Indonesia’s creative economy has entered the digital economy era. Basically, Indonesia is a potential country in the Creative Economy, but has problems with global marketing. The creative economy focuses on goods and services based on talent and expertise with an orientation towards overcoming unemployment problems and encouraging the development of companies based on the economic potential of a region. The element of the creative industry is a combination of intellectuals with art, technology or business that work in a synergy. One of the driving forces of Indonesia’s creative economy is MSMEs. Marketing problems through new business forms such as startups open up special opportunities for MSME business entities that can take advantage of e-commerce models that provide direct buying and selling services on online website or act as shopping center service providers
Perlindungan Hukum Terhadap Angel Investor Atas Kerugian Pada Permodalan UMKM Rizal, Asyraful; Siregar, Mahmul; Arifiyanto, Joiverdia
Jurnal Ilmu Multidisiplin Vol. 4 No. 3 (2025): Jurnal Ilmu Multidisplin (Agustus - September 2025)
Publisher : Green Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jim.v4i3.1168

Abstract

Keterbatasan modal merupakan masalah utama yang sering dihadapi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Modal sangat penting dalam mendukung perkembangan usaha. Banyak pelaku UMKM kesulitan mengembangkan usahanya karena kekurangan dana. Angel investor adalah individu yang memberikan dukungan modal kepada UMKM, terutama pada tahap awal, serta membantu melalui bimbingan dan jaringan bisnis. Namun, kerja sama ini tidak selalu berjalan sesuai harapan dan dapat menimbulkan wanprestasi, sehingga memicu persoalan hukum antara kedua pihak.Penelitian ini menggunakan metode yuridis-empiris dengan mengacu pada peraturan yang berlaku dan data lapangan, serta menggunakan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada regulasi khusus di Indonesia yang secara jelas mengatur kedudukan, hak, dan kewajiban angel investor dalam investasi kepada UMKM. Hubungan antara angel investor dan UMKM umumnya berdasarkan perjanjian. Oleh karena itu, diperlukan aturan khusus untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap risiko kerugian bagi kedua belah pihak.
KEPASTIAN HUKUM PERIZINAN BERUSAHA UMKM SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM DI KOTA MEDAN Sitorus, Chrismo H; Siregar, Mahmul; Arifiyanto, Joiverdia
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH Vol 8, No 3 (2025): August 2025
Publisher : Smart Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54314/jssr.v8i3.4271

Abstract

Abstract:MSMEsstillfacevariousobstacles, especially in termsofregulationsandlicensingwhich are oftenconfusingand not in syncbetweenlawsandtheirimplementingregulations. Changestotheprovisions in Law Number 6 of 2023 concerningJobCreation, such as articlesthat are open tomultipleinterpretations, make MSME actorsreluctanttotakecareofpermitsdueto legal uncertainty, complicatedprocesses, andconcernsabouttaxes. Therefore, itisnecessarytostrengthenthe legal umbrella, simplifythebureaucracy, andoptimizeempowermentfromthegovernmentsothatMSMEscandevelop, competehealthily, andbecomethe main pillars in supportingthenationaleconomy. Thesematerials were thenanalyzedqualitativelywith a descriptiveanalyticalapproach. Legal certainty in theempowermentanddevelopmentofMSMEsthroughbusinesslicensingbasedon Law Number 6 of 2023 concerningJobCreationand Law Number 20 of 2008 concerningMicro, Smalland Medium Enterprises isseenfromArticle 87 whichstatesthewordsexemptlicensingfeeswhileArticle 92 Paragraph 2, thisprovidesdifferentinterpretationsofwhethermicrobusinessesactuallygetfreefeesor not. Becausethephrase "can" in Article 92 Paragraph 2 canmeanyesorno, whilethephrase "freeinglicensingfees" in Article 87 meanscompletelyfreeing. The contradictionbetweenthesearticlescreates legal uncertaintyregardingtheexemptionoflicensingfeesandthereductionoflicensingfeesforMSMEs.  Keyword:Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs), Licensing, Empowerment and Development  Abstrak: UMKM masih menghadapi berbagai kendala, terutama dalam aspek regulasi dan perizinan yang seringkali membingungkan dan tidak sinkron antara undang-undang dan aturan pelaksananya. Perubahan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja, seperti pasal yang multitafsir, membuat pelaku UMKM enggan mengurus perizinan karena ketidakpastian hukum, proses yang rumit, serta kekhawatiran terhadap pajak. Oleh karena itu, diperlukan penguatan payung hukum, penyederhanaan birokrasi, serta pemberdayaan yang lebih optimal dari pemerintah agar UMKM dapat berkembang, bersaing secara sehat, dan menjadi pilar utama dalam menopang perekonomian nasional. Bahan-bahan tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis Kepastianhukumdalampemberdayaan dan pengembangan UMKM melaluiperizinanberusahaberdasarkanUndang-UndangNomor 6 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja dan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Menengahdilihatdari Pasal 87 yang menyebutkan kata membebaskanbiayaperizinansedangkan Pasal 92 Ayat 2, halinimemberikanpenafsiran yang berbeda-bedaapakahsejatinya Usaha mikromendapatkanbebasbiayaatautidak. Karena frasa kata dapat pada Pasal 92 Ayat 2 bisaberartiyaatautidak, sedangkanfrasamembebaskanbiayaperizinandalam Pasal 87 berartisepenuhnyamembebaskan. Adanya kontradiksiantarpasalinimenimbulkanketidakpastianhukumterhadappembebasanbiayaperizinan dan keringananbiayaperizinanberusahapelaku UMKM. Kata kunci: Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Perizinan, Pemberdayaan dan  Pengembangan