Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

KLASTERISASI KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI KABUPATEN KAYONG UTARA Belvi Vatria; Budy Wiryawan; Eko Sri Wiyono; Mulyono S. Baskoro
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 10 No. 1 (2019): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.787 KB) | DOI: 10.29244/jmf.10.1.%p

Abstract

ABSTRACTOne of the main problems in the development of small-scale capture fisheries is their characteristics that vary in each region. Lack of information about the characteristics of small-scale capture fisheries in each region can make intervention by the Government in development programs ineffective. The purpose of this study is to describe the local characteristics of small-scale fisheries in Kayong Utara Regency based on six aspects of fisheries development, namely: natural, human, physical, financial, social and institutional aspects then grouping fishing villages in Kayong Utara Regency according to their characteristics. The method used to group fishing villages was using multi criteria analysis (MCA). The MCA is performed by simple linear evaluation and hierarchical clustering anaylisis. The results showed that the the most important characteristic were human aspect and the lowest was institutional aspect. The fishing villages in North Kayong Regency are grouped into 4 clusters according to their respective character similarities. Cluster 1 consisted 2 fishing villages, namely Dusun Besar and Sutra. In Cluster 2, there were 4 fishing villages, namely Dusun Kecil, Rantau Panjang, Pulau Kumbang, and Mas Bangun. Then cluster 3 there were 4 fishing villages namely Tanjung Satai, Pemangkat, TBS, and TBU. Whereas cluster 4 there were 2 fishing villages namely Riam Berasap and Alur Bandung. Keywords: development, fishing village, intervention, livelihoodABSTRAKSalah satu permasalahan utama dalam pembangunan perikanan tangkap skala kecil adalah karakteristiknya yang berbeda-beda di setiap daerah. Keragaman karakteristik perikanan skala kecil ini dapat membuat intervensi yang dilakukan pemerintah dalam program pembangunan menjadi tidak efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan karakteristik perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Kayong Utara berdasarkan enam aspek pembangunan perikanan, yaitu: aspek alam, manusia, fisik, keuangan, sosial dan kelembagaan kemudian mengelompokan tipologi desa-desa nelayan di Kabupaten Kayong Utara sesuai dengan kemiripan karakteristiknya. Metode yang digunakan untuk mengelompokkan desa-desa nelayan menggunakan analisis multi kriteria (MCA). MCA dilakukan dengan simple linear evaluation dan hierarchical clustering anaylisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik yang paling unggul adalah aspek manusia dan yang paling lemah adalah aspek kelembagaan. Desa-desa nelayan di Kabupaten Kayong Utara dikelompokkan menjadi 4 klaster sesuai dengan kemiripan karakteristiknya. Klaster 1 terdiri dari 2 desa nelayan, yaitu Dusun Besar dan Sutra. Pada klaster 2 terdapat 4 desa nelayan, yaitu Dusun Kecil, Rantau Panjang, Pulau Kumbang, dan Mas Bangun. Kemudian klaster 3 terdapat  4 desa nelayan yaitu Tanjung Satai, Pemangkat, TBS, dan TBU. Klaster 4 terdapat  2 desa nelayan yaitu Riam Berasap dan Alur Bandung.Kata kunci: desa nelayan, intervensi, mata pencaharian, pembangunan
MANFAAT HUTAN MANGROVE PADA EKOSISTEM PESISIR (STUDI KASUS DI KALIMANTAN BARAT) Purnamawati Purnamawati; Eko Dewantoro; Sadri Sadri; Belvi Vatria
Media Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (Juni 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9808.909 KB) | DOI: 10.15578/ma.2.1.2007.156-160

Abstract

Hutan mangrove memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas pembangunan khususnya pengembangan usaha tambak. Fungsi dari ekosistem hutan mangrove dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi fisik, biologik, dan ekonomi. Dari hasil studi kasus pada kawasan mangrove pada tambak di Kecamatan Daung Kabupaten Pontianak menunjukkan hasil peubah kualitas air yang cukup baik untuk pengembangan budi daya udang.
FAO SSF Guidelines: Pedoman Sukarela Untuk Menjamin Keberlanjutan Perikanan Skala Kecil Di Indonesia Belvi Vatria
Vokasi Vol 15 No 2 (2020): Vokasi
Publisher : Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.002 KB) | DOI: 10.31573/vokasi.v15i2.174

Abstract

Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 (SDGs) mendorong perikanan skala kecil untuk berkontribusi lebih besar pada tujuan SDGs kesatu dan kedua yaitu tanpa kemiskinan (no poverty) dan tidak ada kelaparan (zero hunger). Tahun 2014 FAO telah merilis pedoman sukarela untuk menjamin perikanan skala kecil yang berkelanjutan dalam konteks ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan (FAO SSF Guidelines) yang menjadi acuan di seluruh dunia.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perkembangan implementasi FAO SSF Guidelines di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui pendekatan Literature Review. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perikanan skala kecil sangat berperan penting terhadap pengentasan kemiskinan dan ketahanan pengan dunia khususnya Indonesia. Dalam tataran kebijakan, tata laksana perikanan yang bertanggung Jawab (CCRF) yang merupakan acuan utama pembangunan perikanan berkelanjutan telah diakomodir dalam hukum Indonesia terutama pada Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009. Indonesia juga telah mengimplementasikan FAO SSF Guidelines dalam hukum nasional terutama pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam. Namun demikian diperlukan penyempurnaan tata kelola perikanan skala kecil mulai dari sinergitas kelembagaan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dan singkronisasi Undang-Undang dan peraturan pelaksana di bawahnya baik tingkat pusat maupun daerah, serta partisipasi masyarakat nelayan didalamnya
Pembangunan Perikanan Skala Kecil Melalui Pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan Belvi Vatria
Vokasi Vol 16 No 2 (2021): Vokasi
Publisher : Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.705 KB) | DOI: 10.31573/vokasi.v16i2.340

Abstract

Since ancient times, small-scale fishing communities have always attracted attention to study because small-scale fisheries have an important role in human well-being and sustainable development. To ensure the sustainability of small-scale fisheries, the development will be more effective if it focuses on strengthening livelihoods. The purpose of this study was to conduct a literature review on small-scale fisheries development through a sustainable livelihood approach. This research method is literature study through descriptive analysis by regularly describing various data that has been obtained and then synthesized so as to produce clear and easy to understand understandings and concepts. The research found that the sustainable livelihoods approach should basically be understood as a tool or checklist for understanding poverty, how the government responds to the poor, and how the poor perceive their own poverty. The core concepts of the sustainable livelihoods approach are; people-centered, holistic, dynamic, building on strengths, macro-micro links, sustainability. This study also found that there are ten main ideas that represent a sustainable livelihood framework, namely; the context of vulnerability, livelihood assets, human capital, social capital, natural capital, physical capital, financial capital, the transformation of structures and processes, livelihood strategies, and livelihood outcomes.
Evaluasi Keberlanjutan Mata Pencaharian Nelayan Gillnet Melalui Pendekatan Teknik Rapfish Belvi Vatria
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 1 No 2 (2020): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.869 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v1i02.171

Abstract

Small-scale fisheries development will be more effective if it focuses on strengthening fishermen's livelihoods. The main focus of the sustainable livelihood approach is to improve livelihoods by bringing together all elements of development for poverty alleviation. However, the problem that arises is that the implementation of the evaluation of the sustainability of small-scale fisheries development becomes difficult to analyze when faced with multi-dimensional conditions that affect it. Especially when faced with the condition of integrating all ecological, human, physical, financial, social, economic, and institutional data. Therefore, we need an evaluation technique that can integrate all the information comprehensively. One of the sustainability evaluation techniques with a quantitative approach is the Rapfish technique. The purpose of this study was to evaluate the sustainability of the livelihoods of Gillnet fishermen in Kayong Utara Regency, West Kalimantan Province through the Rapfish technique approach. The evaluation results show that the sustainability status of the livelihoods of Gillnet fishermen represented by the captain and crew is quite sustainable, although, with different MDS scores, they are still in the same range. Eleven sensitive attributes were found that influenced the sustainability status, namely: the threat of natural disasters, other natural resources, expected education, number of children, ice conditions, added value processing, remittances from migrants, social structure, leadership, trust/honesty, and support. /participation. This sensitive attribute is a driving factor or an inhibiting factor for the sustainability of the livelihoods of Gillnet fishermen
Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Sebagai Edible Coating Chitosan Dalam Menghambat Kemunduran Mutu Fillet Ikan Kakap Skinless Belvi Vatria; Vivin Primadini; Kristina Novalina
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 2 No 1 (2021): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.872 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v1i03.307

Abstract

In general, the purpose of this study was to utilize shrimp shell waste as an edible coating of chitosan in inhibiting the deterioration of the quality of skinless snapper fillets. This research is an experimental research using factorial completely randomized design with two treatment factors, namely the concentration factor of the chitosan coating solution with 3 levels, namely 1%, 2%, and 3%, and the immersion time factor with 2 levels, namely 1 minute and 3 minutes. The data were processed statistically with analysis of variance and Duncan's continued test if the results were significantly different. The results of the study found that the characteristics of chitosan made from waste vanamie shrimp shells met the predetermined quality standards. Skinless snapper fillets continued to decline in quality as storage time increased. However, skinless snapper fillets that were treated with chitosan edible coating experienced a slower decline in quality compared to untreated skinless snapper fillets. The treatment chosen as an ingredient for chitosan edible coating was a concentration of 3% with a soaking time of 3 minutes. Soaking time, chitosan concentration, and the interaction between soaking time and chitosan concentration affected the deterioration of the quality of the skinless snapper fillets.
Karateristik Mutu Sosis Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan Penambahan Isolat Protein Kedelai Sebagai Emulsifier Alami Belvi Vatria; Teguh Setyo Nugroho
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 3 No 2 (2022): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.032 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v2i3.488

Abstract

Ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan yang saat ini berpotensi besar untuk dikembangkan melalui upaya diversifikasi produk olahan ikan seperti sosis. Kriteria terpenting dalam pembuatan sosis adalah kestabilan. Sifat yang diunggulkan dari isolat protein kedelai adalah sifat fungsional emulsifikasi proteinnya, daya serap lemak, dan daya serap air. Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan karateristik mutu dan menentukan formulasi terbaik sosis ikan nila dengan penambahan isolat protein kedelai. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode rancangan acak lengkap satu faktor dengan empat taraf. Faktor yang diuji pada penelitian ini yaitu perbedaan penambahan konsentrasi Isolat Protein Kedelai sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20% sebanyak 2 kali ulangan. Analisis parametrik menggunakan uji F pada ANOVA dan jika memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sosis ikan nila maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Analisis non parametrik menggunakan uji Kruskal- Wallis dan jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut multiple comparison. Hasil penelitian menemukan bahwa Penambahan isolat protein kedelai yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap parameter uji gigit, uji lipat, kekuatan gel (g.cm), stabilitas emulsi, warna, tekstur, dan rasa. Formulasi terbaik berdasarkan tingkat kesukaan panelis adalah formulasi A2, dengan spesifikasi karateristik fisik berupa uji gigit dengan katagori normal, uji lipat dengan katagori sedikit retak bila dilipat, kekuatan gel 272.34 g.cm, daya mengikat air 72.12 %, dan stabilitas emulsi 72.34%.
Pengaruh Jenis Olahan Bahan Baku dan Penambahan Tepung Tapioka Yang Berbeda Terhadap Karateristik Bakso Ikan Nila Vivin Primadini; Belvi Vatria; Kristina Novalina
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 2 No 2 (2021): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.808 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v2i01.357

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus) berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan bakso ikan.Bakso ikan merupakan produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh dari campurandaging ikan dan pati dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain yang diijinkan. Tujuanpenelitian ini adalah menganalisis pengaruh jenis olahan bahan baku dan penambahan tepung tapiokayang berbeda terhadap karateristik bakso ikan nila dan menentukan formula terbaik bakso ikan nilatersebut. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode rancangan acak lengkapfaktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor jenis bahan baku dengan 3 taraf yaitu daging lumatdan surimi dan faktor konsentrasi tepung tapioka dengan 4 taraf yaitu kosentrasi tepung tapioka 5%,10%, 15% sebanyak 2 kali ulangan. Data parametrik diolah secara statistik dengan analisis varian danuji lanjut Duncan jika hasilnya berbeda nyata. Data non parametrik dianalisis dengan Kruskal- Wallis.Jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut multiple comparison. Hasil penelitian menemukan bahwa jenisolahan bahan baku dan penambahan tepung tapioka yang berbeda memberikan pengaruh nyataterhadap kekuatan gel, uji gigit, uji lipat, penampakan, dan tekstur bakso ikan nila tetapi tidakmemberikan pengaruh nyata terhadap warna, aroma, dan rasa bakso ikan nila. Formulasi terbaikadalah formulasi jenis bahan baku surimi dengan penambahan tepung tapioka sebanyak 15%(formulasi B4). Bakso ikan dengan formulasi terbaik tersebut memiliki karakteristik fisik berupakekuatan gel sebesar 561.41 g.cm, uji gigit katagori normal, dan uji lipat katagori tidak retak biladilipat satu kali (Grade A) serta karateristik organoleptik dengan spesifikasi: kenampakan; berbentukbulat solid, sedikit berongga, dan seragam; warna putih cerah; aroma spesifik ikan, harum, dan tidakamis; tekstur kenyal, padat, dan kompak; dan rasa yang enak dan gurih spesifik ikan. Bakso ikanformula B1 paling diterima dan disukai oleh penelis.
Review : Penerapan Sistim Analysis and Critical Control Point (HACCP) Sebagai Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Perikanan Belvi Vatria
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 3 No 1 (2022): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.735 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v2i2.422

Abstract

Saat ini sebagian besar negara-negara di dunia terus berusaha memastikan agar makanan yang dikonsumsi masyarakatnya tetap aman dan sehat untuk dikonsumsi. Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistim manajemen mutu dan keamanan makanan termasuk hasil perikanan yang telah diakui efektifitasnya sehingga sebagian besar negara di dunia telah menerapkan HACCP sebagai sistim jaminan mutu dan keamanan makanan di negara mereka. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan langkah-langkah penerapan sistim HACCP pada unit pengolahan hasil perikanan. Metode penelitian ini adalah studi kepustakaan melalui analisis deskriptif dengan menguraikan secara teratur berbagai data yang telah diperoleh kemudian disintesis sehingga menghasilkan pemahaman dan konsep yang jelas dan mudah dipahami. Penelitian ini menemukan bahwa sebelum menerapkan sistim HACCP terdapat program pra-syarat yang harus dipenuhi oleh unit pengolahan ikan (UPI). Pemenuhan program pra-syarat ini dimaksudkan untuk memastikan penerapan sistim HACCP dapat berjalan secara efektif dan efisien. Program pra-syarat tersebut terdiri dari: 1) pemenuhan syarat lokasi, lingkungan, bangunan, peralatan, 2) penerapan standar prosedur operasi pengolahan, 3) pemenuhan persyaratan standar prosedur operasi sanitasi, dan 4) program prasyarat lainnya seperti; program ketelusuran produk, prosedur penanganan keluhan pelanggan, dan pelatihan karyawan. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat 12 langkah dalam penerapan sistim HACCP yaitu: 1) pembentukan tim HACCP, 2) deskripsi produk, 3) dentifikasi penggunaan produk, 4) penyusunan diagram alir, 5) konfirmasi diagram alir di lapangan, 6) analisis bahaya, 7) penentuan CCP, 8) penentuan batas kritis, 9) penyusunan sistem pemantauan pada setiap CCP, 10) penetapan tindakan koreksi, 11) penetapan prosedur verifikasi, dan 12) penetapan prosedur pencatatan.
Pemanfaatan Rumput Laut Bagi Masyarakat Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Belvi Vatria
Kapuas Vol 1 No 1 (2021): Kapuas : Jurnal Publikasi Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31573/jk.v1i1.221

Abstract

Seaweed is one of the fishery commodities which can be used as a mainstay source of the national fisheries economy. Seaweed has long been known in Indonesia as a food, beverage, vegetable and traditional medicine ingredient. The target area for this community service program (PKM) is North Pontianak District, Pontianak City, which is also one of the tourism destinations for the equatorial monument in Indonesia. The partner group selected in this community service program (PKM) is the people of Batulayang Village, North Pontianak District, who are members of the village PKK group of 20 people divided into 5 small groups. The main objective of this PKM activity is to transfer seaweed utilization science and technology through training and assistance in processing food and beverages made from seaweed. In general, the results of this PKM activity run smoothly and thoroughly. After participating in this PKM activity, the training participants gained new skills about seaweed processing, how to make small-scale business feasibility, and how to market the seaweed products that have been produced. There are ten types of processed seaweed products, namely: seaweed brownies, seaweed pudding, seaweed drinks, seaweed bingke cake, seaweed ointment, seaweed sticks, seaweed crackers, seaweed lunkhead, seaweed jely, and sweets. seaweed. Increasing community skills in the use of seaweed is one of the efforts to support the community's economy and stretch tourism in the North Pontianak District. Key words: economy, livelihood, processing, empowerment