Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The Theory of Justice and Ultra petita Decisions: A Critical Analysis of Judicial Review in the Constitutional Court Yandy, Eza Tri; Lestiyani, Tri Endah Karya
Constitutionale Vol 6 No 1 (2025): Issue In progress (January 2025)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25041/constitutionale.v6i1.3946

Abstract

Under Law Number 24 of 2003, the Constitutional Court of Indonesia issues three types of decisions: inadmissibility, acceptance, and rejection. Over time, the Court introduced additional categories, including conditional constitutional and conditional unconstitutional decisions. As legal disputes have become increasingly complex, the Court has also issued ultra petita rulings, granting decisions beyond the scope of the petitioner's request. This research examines the evolution of justice theories and their relevance to the ultra petita decisions in judicial review cases. Using a normative legal research approach with conceptual and case-based methodologies, this research analyzes legislative texts, books, journals, and research reports through qualitative descriptive techniques. The findings reveal varying philosophical perspectives on justice: Plato views justice as intrinsic harmony, Aristotle differentiates between general and specific (proportional) justice, and John Rawls emphasizes fairness through the "original position" and "veil of ignorance." The ultra petita ruling in Case 90/PUU-XXI/2023 altered the presidential and vice-presidential age requirement by adding the qualification of previously holding an elected regional position. Meanwhile, Case 60/PUU-XXII/2024 redefined the regional head nomination threshold, setting aside the 20% DPRD seat or 25% vote requirement. Both decisions reflect procedural and substantive justice, ensuring fair outcomes. However, to prevent judicial overreach and uphold legal certainty, clear regulations on the Constitutional Court’s authority in issuing ultra petita decisions are essential..
PARTISIPASI CALON LEGISLATIF DI KOTA JAMBI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 22-24/PUU-VI/2008 Yandy, Eza Tri; Sukmawati, Nur; Isa, Muhammad
Yuriska: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 16 No. 1 (2024): Februari
Publisher : Law Department, University of Widya Gama Mahakam Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/yrs.v16i1.2709

Abstract

Konstalasi politik di tengah perjalanannya seringkali menemukan permasalahan baik dari pelaksanaan politik maupun regulasi yang mengaturnya. Dari sekian banyak Undang-undang tentang pemilu yang diuji oleh Mahkamah Konstitusi, penulis tertarik menarik kesimpulan MK terkait Undang-undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa yang melatarbelakangi putusan mahkamah konstitusi nomor 22-24/PUU-VI/2008 dan bagaimana dampaknya terhadap peningkatan partisipasi calon legislatif di kota Jambi. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan hukum sosiologis, sumber data diambil melalui dua tahapan yaitu wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa putusan mahkamah konstitusi pemilu berdasarkan suara terbanyak dilatarbelakangi karena adanya permohonan dari pemohon yang merasa dirugikan hak konstitusionalnya akibat diberlakukannya pasal 214 huruf a,b,c,d dan e terkait penetapan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD berdasarkan nomor urut kecil jika perolehan suara tidak mencapai 30% dari BPP, kemudian terjadi peningkatan partisipasi calon calon yang mendaftarkan diri sebagai calon legislatif pada pemilihan umum legislatif periode 2014-2019 di DPC Partai Persatuan Pembangunan dan PDI Perjuangan kota Jambi akibat keputusan yang menentukan pemenang pemilu berdasarkan suara terbanyak . Untuk menghindari konflik internal parpol dalam penelitian ini penulis merekomendasikan kepada partai politik agar melakukan penjaringan bakal calon legislatif secara tujuan yang mengedepankan integritas, kompetensi dan komitmen terhadap lembaga partai legislatif maupun politik demi keberlangsungan demokrasi yang berkeadilan.
Empty Box in Regional Elections: Democratic Legitimacy and Institutional Imbalance in Government Yandy, Eza Tri; Faishal Taufiqurrahman; Devi Andani
As-Siyasi: Journal of Constitutional Law Vol. 5 No. 1 (2025): As-Siyasi: Journal of Constitutional Law
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/v211rp74

Abstract

This study examines the emergence of the empty box phenomenon in regional elections in Indonesia and its implications for democratic principles and institutional balance. Following Constitutional Court Decision No. 100/PUU-XIII/2015, the trend of empty box candidacies has consistently increased from the 2015 to 2024 elections. Employing a normative juridical approach, this paper analyzes statutory regulations and Constitutional Court rulings to assess the democratic legitimacy and institutional equilibrium affected by uncontested elections represented by the empty box phenomenon. The findings of this study conclude that the empty box serves as a control mechanism to uphold democratic principles, fostering the development of an inclusive and competitive democracy. However, this phenomenon also poses risks of weakening governmental institutions, such as diminishing legislative oversight over the executive, increasing the potential for abuse of power, undermining governmental legitimacy, and giving rise to the threat of autocratic legalism. In addition, the victory of the empty box in regional elections leads to the necessity of conducting re-election, which ultimately imposes a financial burden on regional budgets. Ideally, such budget allocations should support regional development programs and public service delivery
Konsep Ulul Albab dan Relevansinya Terhadap Prinsip-Prinsip Negara Hukum di Indonesia Yandy, Eza Tri; Masburiyah, Masburiyah; Sulaeman, Sulaeman; Harahap, Anggi Purnama; M.Yusuf, M.Yusuf
Jurnal El-Thawalib Vol 6, No 1 (2025)
Publisher : UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/el-thawalib.v6i1.14861

Abstract

Konsep ulul albab berkaitan erat dengan prinsip-prinsip negara hukum, konsep ini mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan, iman, dan amal saleh. Di dunia modern, negara hukum (rule of law) merupakan prinsip penting untuk memastikan pemerintahan yang adil, transparan, dan menghormati hak asasi manusia. Namun ironisnya dalam praktik bernegara yang berkembang, banyak fenomena yang justru menunjukkan telah bertentangan dengan karakteristik ulul albab, seperti kasus penegak hukum yang malah menjadi otak dari pembunuhan, hakim yang terjerat OTT dan pejabat yang terlibat praktik judi online. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep ulul albab dan relevansinya dengan prinsip-prinsip negara hukum. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, melalui studi kepustakaan (penelitian perpustakaan), dengan mengumpulkan data dari buku, jurnal, artikel, laporan hasil penelitian, dan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya keselarasan antara konsep ulul albab dan prinsip-prinsip negara hukum, yaitu, menempatkan hukum pada posisi tertinggi sebagai instrumen utama bagi setiap manusia, kemudian adanya perlindungan HAM yang menjaga prinsip persamaan, kebebasan, dan penghormatan terhadap sesama manusia, serta terdapat lembaga-lembaga yang agar hukum dapat berjalan dan ditegakkan serta mampu menjamin hak-hak individu masyarakt. Selain itu, terdapat persamaan hak setiap manusia, karena pada prinsipnya yang membedakan manusia satu dan manusia lainnya hanya ketakwaan.
The Principle of Checks and Balances in Islamic State Administration Studies Yandy, Eza Tri; Tauvani, A Yuli; Sulaeman, Sulaeman; Yusuf, M.; Isa, Muhammad
Jurnal Mediasas: Media Ilmu Syari'ah dan Ahwal Al-Syakhsiyyah Vol. 7 No. 1 (2024): Jurnal Mediasas: Media Ilmu Syariah dan Ahwal Al-Syakhsiyyah
Publisher : Islamic Family Law Department, STAI Syekh Abdur Rauf Aceh Singkil, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58824/mediasas.v7i1.118

Abstract

The principle of Checks and Balances is a concept of the constitutional system in Indonesia which is designed to create state stability because this concept emphasizes that existing power does not exceed limits and interestingly this concept has existed for a long time in Islamic state administration during the reign of the Prophet Muhammad SAW. This research aims to explain the concept and practice of sharing power in Islamic state administration. The type of research used is normative legal research with a conceptual approach because the author wants to explain how the principle of distribution of power in Islamic state administration is actually implemented. In this research, the author used primary data sources including legal regulations in Indonesia, and literature related to Siyasah fiqh, while secondary data was obtained through library literature in the form of books, journals or other research that can be used as a reference. The results of this research explain that the division of power in the government systems in Indonesia and Islam is compatible in that both systematically regulate power itself in an effort to avoid the behavior of authoritarian and tyrannical leaders. Power in Islamic government is known as legislative/sulthan at-tasri'iyah whose authority is to determine laws/cases and is tasked with supervising state finances, including planning, spending and controlling executive institutions. Sulthan tanfidziyah in an Islamic perspective uses the term Ulil Amri, led by the caliph or Amir, responsible for actualizing the rules of government. The sulthan qadhaiyyah judiciary is a judicial institution tasked with dealing with community problems from religious, social and political aspects, in carrying out its duties the Islamic judiciary is assisted by subordinate bodies, namely al-qadha, al-Hisbah, al-Mazhalim. [Abstrak: Prinsip Checks and Balances merupakan sebuah konsep system ketatanegaraan di Indonesia yang di desain untuk menciptakan stabilitas negara karena konsep ini menegaskan agar kekuasaan yang ada tidak melampaui batas dan menariknya konsep ini sudah ada sejak lama dalam ketatanegaraan Islam pada masa pemerintahan Rasulullah Muhammad SAW. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana konsep dan praktik pembagian kekuasaan dalam ketatanegaraan Islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan konseptual karena penulis ingin menguraikan bagaiman sebenarnya prinsip pembagian kekuasaan dalam ketatanegaraan Islam di jalankan. dalam penelitan ini penulis menggunakan sumber data primer diantaranya peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan literatur yang berkaitan denga fiqh Siyasah, sedangkan data skunder di dapatkan melalui literatur perpustakaan dalam bentuk buku, jurnal atau penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pembagian kekuasaan dalam sistem pemerintahan di Indonesia dan Islam memiliki kesesuaian yang keduanya sama-sama mengatur secara sistematis kekuasaan itu sendiri upaya menghindari prilaku pemimpin otoriter dan zhalim. Kekuasaan dalam pemerintahan Islam dikenal dengan istilah legislatif/sulthan at-tasri’iyah yang wewenangnya melakukan penetapan hukum/perkara serta bertugas melakukan pengawasan terhadap keuangan negara baik rancangan, pengeluaran dan sebagai kontrol lembaga eksekutif. Sulthan tanfidziyah dalam perspektif Islam menggunakan istilah Ulil Amri yang dipimpin oleh khalifah atau Amir, bertanggungjawab mengaktualisasikan aturan-aturan pada pemerintahan. Yudikatif sulthan qadhaiyyah iyalah lembaga peradilan bertugas menangani masalah masyarakat baik dari aspek agama, sosial dan politik, dalam menjalankan tugasnya peradilan Islam dibantu badan-badan dibawahnya yaitu al-qadha, al-Hisbah, al-Mazhalim.]
Konsep Ulul Albab dan Relevansinya Terhadap Prinsip-Prinsip Negara Hukum di Indonesia Yandy, Eza Tri; Masburiyah, Masburiyah; Sulaeman, Sulaeman; Harahap, Anggi Purnama; M.Yusuf, M.Yusuf
Jurnal El-Thawalib Vol 6, No 1 (2025)
Publisher : UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/el-thawalib.v6i1.14861

Abstract

Konsep ulul albab berkaitan erat dengan prinsip-prinsip negara hukum, konsep ini mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan, iman, dan amal saleh. Di dunia modern, negara hukum (rule of law) merupakan prinsip penting untuk memastikan pemerintahan yang adil, transparan, dan menghormati hak asasi manusia. Namun ironisnya dalam praktik bernegara yang berkembang, banyak fenomena yang justru menunjukkan telah bertentangan dengan karakteristik ulul albab, seperti kasus penegak hukum yang malah menjadi otak dari pembunuhan, hakim yang terjerat OTT dan pejabat yang terlibat praktik judi online. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep ulul albab dan relevansinya dengan prinsip-prinsip negara hukum. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, melalui studi kepustakaan (penelitian perpustakaan), dengan mengumpulkan data dari buku, jurnal, artikel, laporan hasil penelitian, dan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya keselarasan antara konsep ulul albab dan prinsip-prinsip negara hukum, yaitu, menempatkan hukum pada posisi tertinggi sebagai instrumen utama bagi setiap manusia, kemudian adanya perlindungan HAM yang menjaga prinsip persamaan, kebebasan, dan penghormatan terhadap sesama manusia, serta terdapat lembaga-lembaga yang agar hukum dapat berjalan dan ditegakkan serta mampu menjamin hak-hak individu masyarakt. Selain itu, terdapat persamaan hak setiap manusia, karena pada prinsipnya yang membedakan manusia satu dan manusia lainnya hanya ketakwaan.
Kontestasi Politik Mantan Terpidana Korupsi dalam Pemilihan Umum (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 30 P/HUM/2018) Nova Agustina; Yandy, Eza Tri; Sayuti
TANFIDZIY Vol 3 No 1 (2024): Tanfidziy: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Publisher : Constitutional Law and Siyasah Department, Sharia and Law Faculty, IAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/tanfidziy.v3i1.2777

Abstract

Supreme Court Decision Number 30 P/HUM/2018 decided that Lucianty, an Indonesiam citizen residing in the city of Palembang with the status of a former convict, was declared permittes to nominate as a member of the legislature as a partricipant in the general election for members of the regional representative council. The reason why Lucianty is allowed to run in the general election as a member of the leguslature is because every citizen has the same opportunity to be elected and chose, provided that he must openly state to the public that he is a former convict by showing proof of a letter from the editor-in-chief of local and national mass media. This research is normative juridical research with a case approach. The results of this research show that in the Supreme Court Deciison Number 30 P/HUM/2018 concering Review of Law Number 7 of 2017 concering General Elections against the 1945 Concering General Eletions againts the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, it is true that there is a conflict of interest and violations of human rights.