Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

FENOMENA KEGELAPAN DASAR LAUT PERSPEKTIF AL-QUR`AN: (STUDI TAFSĪR AL-ĀYĀT AL-KAWNIYYAH FĪ AL-QUR’ĀN AL-KARĪM KARYA ZAGHLŪL AL-NAJJĀR) Muhammad Azrul Amirullah; Arcandra Titan Gustama; Muhammad Sabilillah
Journal Central Publisher Vol 2 No 3 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i3.410

Abstract

Latar Belakang : Fenomena kegelapan dasar laut merupakan salah satu rahasia alam yang menarik untuk diteliti, mengingat laut menyimpan banyak rahasia yang belum sepenuhnya terungkap oleh manusia. Dalam Al-Qur'an, fenomena ini memiliki makna yang lebih yang menarik dan mendalam, mencerminkan Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu dengan tujuan dan ibrah. Setiap yang diciptakan pasti memiliki rahasia dan hikmah yang tersembunyi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena kegelapan dasar laut dari perspektif Al-Qur'an, dengan fokus pada Tafsir Āyāt al-Kawniyyah fi al-Qur'an al-Karim verses by Zaġlūl an-Najjār. Metode : Metode yang digunakan adalah pendekatan studi Pustaka (library research) yang mencakup analisis isi dan pengumpulan data dari penafsiran Surah An-Nur ayat 40 dan mengunakan pendekatan Tafsir bil Ma`tsur. Hasil dan Pembahasan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Zaglur An-Najjar memberikan interpretasi yang selaras dengan pengetahuan ilmiah yang akurat tentang kondisi alam di laut juga menyampaikan pesan spiritual mengenai cahaya rohani dari Allah sebagai petunjuk kehidupan. Kesimpulan : Perbandingan antara perspektif sains modern dan penafsiran terkait kegelapan serta gelombang internal di kedalaman laut menunjukkan keterkaitan yang saling melengkapi dalam menjelaskan fenomena alam, khususnya interaksi cahaya matahari dengan air laut.
HUBUNGAN TEORI DEMOKRASI DAN TEORI ASHABIYAH IBNU KHALDUN DAN KAITANNYA DENGAN PANCASILA Muhammad Azrul Amirullah; Muhammad Sabilillah; Muhammad Akbar Hilman
Journal Central Publisher Vol 2 No 3 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i3.411

Abstract

Latar Belakang : Agama Islam mengatur sistem pemerintahan untuk melindungi hak umatnya, ada seorang tokoh muslim yang sangat terkenal akan pemikiran politiknya yaitu Ibnu Khaldun, pada analisis kali ini bagaimana pandangan Ibnu Khaldun terhadap sistem demokrasi yang sudah lama berkembang sejak Yunani kuno hingga sekarang dan penerapan pemikiran demokrasi menurut Ibnu Khaldun terhadap Pancasila. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan teori demokrasi dan teori Ashabiyah Ibnu Khaldun dan kaitannya dengan pancasila. Metode : Metode penelitian menggunakan pendekatan kepustakaan yaitu dengan memanfaatkan sumber yang berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan teori demokrasi dan teori Ahabiyah. Hasil dan Pembahasan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan sistem demokrasi Pancasila, yang didalamnya terdapat asas-asas kemanusiaan, kebersamaan, kekuatan pemerintahan, hal tersebut mmeiliki kesamaan pada karakter Ashabiyah yang di cetuskan oleh Ibnu Khaldun pada abad ke 13 M berupa tatanan kebersamaan dalam bermasyarakat serta sistem pemerintahan. Kesimpulan : Teori Ashabiyah dan teori demokrasi memiliki kesamaan dalam pemberian jaminan kebersamaan terhadap kelompok minoritas (terkecil) dan hal itu menkankan kepada kehendak rakyat.
TALAK DALAM KEADAAN MARAH MENURUT YUSUF AL-QARDHAWI Muhammad Azrul Amirullah
Journal Central Publisher Vol 2 No 4 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i4.429

Abstract

Latar Belakang : Perkara talak dalam ajaran Islam merupakan salah satu perkara yang sangat serius dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa talak merupakan perkara yang dibenci oleh Allah SWT. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa isu mengenai talak ketika marah menurut analisis Yusuf Al Qardhawi dengan merujuk pada konteks saat ini. Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif-analisis. Hasil dan Pembahasan : Temuan studi menunjukkan bahwa pandangan Yusuf Al-Qaraḍāwī tentang hukum talak saat emosi marah dipengaruhi oleh seberapa besar kemarahan yang dirasakan oleh pihak suami. Metodologi yang digunakan oleh Yusuf Al-Qaraḍāwī bersumber dari ayat-ayat dalam QS. An-Nisā’ ayat 34-35, QS. Al-Baqarah ayat 225, serta QS. Al-A’raf ayat 150 dan 154. Ijtihad yang dilakukan oleh Yusuf Al-Qardhawi adalah intiqa’ I, yang artinya sebuah keadaan atau masalah harus dipilih dari pendapat yang lebih kuat atau sahih untuk mendekati tujuan dan maksud syariat. Kesimpulan : Menurut Al-Qaraḍāwī kondisi marah yang jatuh talak harus disertakan dengan kebutuhan suami yang memang benar-benar berkeinginan menceraikan isterinya.
ANALISIS MASLAHAH BANK ASI MENURUT PANDANGAN YUSUF AL-QARADHAWI Muhammad Azrul Amirullah; Septiyan Dwi Putra; Kamila Sutanti; Nurhidayah Lutfi Yurisa
Journal Central Publisher Vol 2 No 4 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i4.430

Abstract

Latar Belakang : Air Susu Ibu (ASI) memiliki peran vital dalam menunjang pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh bayi, mengandung lebih dari 300.000 sel pelindung dari berbagai penyakit. Dalam menghadapi keterbatasan produksi ASI dari ibu kandung, muncul konsep bank ASI sebagai solusi untuk menyediakan ASI donor bagi bayi, terutama bayi prematur. Namun, keberadaan bank ASI memunculkan persoalan fiqhiyah kontemporer mengenai hukum persusuan dan status mahram. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan hukum Islam mengenai keberadaan bank ASI menurut Syekh Yusuf Al-Qaradhawi. Metode : Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan library research, yaitu mengkaji pustaka dan karya tulis Syekh Yusuf Al-Qaradhawi serta sumber hukum Islam lainnya melalui analisis yuridis kualitatif. Hasil dan Pembahasan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yusuf Al-Qaradhawi membolehkan keberadaan bank ASI dengan beberapa ketentuan. Menurutnya, persusuan yang menimbulkan hubungan mahram hanya terjadi jika bayi menyusu langsung dari payudara ibu. Jika ASI diberikan melalui media seperti botol atau alat bantu lainnya, maka tidak timbul konsekuensi hukum nasab atau mahram. Ia berpegang pada kaidah ushul fiqih "al-dharar yuzal" (kemudaratan harus dihilangkan), sehingga pemberian ASI melalui bank ASI diperbolehkan dalam kondisi darurat atau kemaslahatan bayi. Kesimpulan : Bank ASI dapat dibolehkan secara hukum Islam menurut ijtihad Yusuf Al-Qaradhawi, selama memperhatikan mekanisme penyusuan tidak langsung yang tidak menimbulkan mahram. Hal ini memberikan solusi praktis dan maslahat dalam pemenuhan kebutuhan ASI, terutama bagi bayi yang sangat membutuhkan.
SANKSI BAGI PLAGIATOR KARYA TULIS ILMIAH PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM M Luthfillah Maulana; Muhammad Azrul Amirullah
Journal Central Publisher Vol 2 No 9 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i9.515

Abstract

Latar Belakang : Dalam Hukum Islam Plagiarisme dianggap sebagai tindakan melanggar hak cipta dan merupakan bentuk kezaliman. Hukuman dalam Islam bersifat ta’zir, yang dapat berupa teguran, denda, atau hukuman lain yang ditetapkan oleh pihak berwenang untuk memberikan efek jera kepada pelaku. Tujuan : Studi ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis sanksi bagi pelaku plagiarisme dalam penulisan karya tulis ilmiah dari perspektif hukum Islam dan hukum positif. Fokus utama penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap tindakan plagiarisme dan sanksi yang seharusnya diterapkan kepada pelaku. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan library reasearch dengan cara melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang undangan, buku-buku, dan kitab-kitab fikih yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Hasil dan Pembahasan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hukum positif, pelaku plagiarisme dapat dikenakan sanksi administratif, akademik, maupun pidana, tergantung pada tingkat kesalahan dan dampak yang ditimbulkan. Kesimpulan : Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik mengenai sanksi yang tepat bagi pelaku plagiarisme, serta mendorong kesadaran akan pentingnya integritas akademik di kalangan mahasiswa.
Metode Takhrijul Furu’ Alal Ushul: Pilar Dinamis Dalam Istinbatul Hukum Islam Hilman, Muhammad Akbar; Muhammad Azrul Amirullah
Jurnal Kajian Hukum Dan Kebijakan Publik | E-ISSN : 3031-8882 Vol. 3 No. 1 (2025): Juli - Desember
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62379/g5fpzr25

Abstract

Sharia law is a legal product derived from the Qur'an and Sunnah through the ijtihad of scholars using established legal reasoning principles. The method of legal reasoning itself was not formally codified at the time. It existed during the lifetime of the Prophet Muhammad (peace be upon him) and his companions. After the Prophet returned to his Lord, the method of legal reasoning was adopted by the Companions who were well-versed in Islamic law. They analysed the textual sources of Islamic law and the explanations of the Prophet Muhammad, peace be upon him, before establishing the law. This practice was continued by the Tabi’in and Tabiut Tabi’in in subsequent generations in the process of legal reasoning, which later became known as the Mujtahid. These Mujtahid imams were the ones who established the principles of legal reasoning in the history of Islamic law. The type of method used in this research is the literature review method. This method was chosen because it facilitates the search for research discussions. The approach used includes a conceptual approach. Thus, the ability to derive legal rulings from sources of Islamic law will develop gradually, in line with increasing experience and understanding of the maqashid syariah—the primary objectives of Islamic law itself. A student will also develop sensitivity to societal dynamics and be able to distinguish between matters that are fixed (tsawabit) and those that are variable (mutaghayyirat). This is important so that the laws produced remain relevant, functional, and flexible in the face of modern times. Additionally, this training fosters the spirit of ijtihad and scientific courage in deriving new laws, especially amid the rapid pace of globalisation, technological advancements, and the emergence of social phenomena unprecedented in classical times. They will also become accustomed to reading classical and contemporary literature comparatively, thereby broadening their perspective on fiqh, making it tolerant and not narrow-minded.  
The Concept Of Worship From IBN Taymiyyah's Perspective Septiyan Dwi Putra; Muhammad Azrul Amirullah
Jurnal Kajian Islam dan Sosial Keagamaan Vol. 3 No. 1 (2025): Juli - September
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper discusses worship, which is a means of connecting a servant with Allah SWT, starting from the heart, tongue, to the limbs. There is almost no difference of opinion among scholars regarding these three things to carry out worship rituals. Basically, worship is a very important matter to discuss because the origin of worship is in accordance with the guidance of the Qur'an and hadith, so that if the worship ritual is not in accordance with the Qur'an and hadith then the law is haram or forbidden which can lead to invalidity in its implementation. One of the famous scholars or mujtahid who has become a reference for many Muslims is Ibn Taimiyyah. This study uses secondary data sources that use several journals, magazines, newspapers, articles, books written by Ibn Taimiyyah related to the title of this research and other literature related to this research. The result according to Ibn Taimiyyah is truly carrying out what has been determined by Allah SWT, because in taking sources of religious teachings in general for worship is tauqiifiyyah (dependent on revelation). This means that it is impossible to determine any problem in aqidah other than the Al-Qur'an and As-Sunnah, as well as the agreement (Ijma') of the Salaf, because their agreement is protected from error. Then, according to Ibn Taymiyyah, every person who is Muslim must adhere to two main principles when worshiping. First, worship is performed only to Allah SWT.