This study explores the concept of ihsan as conveyed in the Hadith of Gabriel and its application in character education for students. The research aims to analyze the understanding of ihsan according to classical and contemporary scholars such as Imam Nawawi, Ibn Hajar al-Asqalani, and Yusuf al-Qaradawi, as well as to explain how the values of ihsan can strengthen the moral and spiritual development of students. Using a qualitative approach through literature research and descriptive analysis, this study examines primary sources, including Sahih Muslim and classical commentaries, as well as supporting literature on Islamic education. The findings indicate that ihsan, which means worshiping Allah as if we see Him and realizing that He sees us, is not only a theological concept but also serves as a profound ethical principle in daily life. Imam Nawawi describes ihsan as a spiritual awareness that fosters noble character; Ibn Hajar regards it as a moral motivation to avoid mistakes and enhance sincerity; while Yusuf al-Qaradawi sees ihsan as a universal ethical principle applicable to all aspects of life, including education. The internalization of ihsan values supports character education by promoting honesty, discipline, responsibility, empathy, and social concern. Therefore, integrating the concept of ihsan into character education helps develop students into individuals who are not only intellectually competent but also spiritually aware and morally good. ABSTRAKStudi ini mengeksplorasi konsep ihsan sebagaimana yang disampaikan dalam Hadis Jibril dan penerapannya dalam pendidikan karakter bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman tentang ihsan menurut para ulama klasik dan kontemporer seperti Imam Nawawi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Yusuf al-Qaradawi, serta menjelaskan bagaimana nilai-nilai ihsan dapat memperkuat perkembangan moral dan spiritual siswa. Menggunakan pendekatan kualitatif melalui penelitian pustaka dan analisis deskriptif, studi ini mengkaji sumber-sumber utama, termasuk Shahih Muslim dan komentar klasik, serta literatur pendukung tentang pendidikan Islam. Temuan menunjukkan bahwa ihsan, yang berarti beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya dan menyadari bahwa Dia melihat kita, bukan hanya merupakan konsep teologis tetapi juga berfungsi sebagai prinsip etika yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Imam Nawawi menggambarkan ihsan sebagai kesadaran spiritual yang memupuk karakter mulia; Ibnu Hajar memandangnya sebagai motivasi moral untuk menghindari kesalahan dan meningkatkan ketulusan; sementara Yusuf al-Qaradawi menganggap ihsan sebagai prinsip etika universal yang berlaku di semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Internalisasi nilai-nilai ihsan mendukung pendidikan karakter dengan mendorong kejujuran, disiplin, tanggung jawab, empati, dan kepedulian sosial. Oleh karena itu, mengintegrasikan konsep ihsan ke dalam pendidikan karakter membantu mengembangkan siswa menjadi individu yang tidak hanya kompeten secara intelektual tetapi juga sadar secara spiritual dan bermoral baik.