Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) Sebagai Antidiare Pada Tikus Putih Yang Diinduksi Oleum Ricini Komaliya, Risyda; Aryzki, Saftia; Agustina, Ani; Saputri, Rina; Elisa, Audiya; Ramadhan, Novalina Rossa; Donaretsi, Olga Nathania; Laili, Rofiatul; Pratiwi, Sinta
Sains Medisina Vol 3 No 6 (2025): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63004/snsmed.v3i6.820

Abstract

Diare adalah kondisi Dimana seseorang mengalami buang air besar yang cair atau setengah padat yang dapat terjadi lebih dari tiga kali sehari. Tinja yang dikeluarkan tidak selalu memiliki lendir atau darah, dan jumlah volume tinja yang telah dikeluarkan dapat mencapai lebih dari 200 mL dalam sehari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiare Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) sebagai anti diare pada tikus putih yang diinduksi Oleum Ricini. Daun Jeruju diketahui mengandung beragam senyawa bioaktif seperti alkaloid, saponin dan tanin yang berpotensi sebagai antidiare. Ekstrak Etanol Daun Jeruju diperoleh dari Teknik maserasi etanol 70% dan digunakan pada 15 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 (negative) Na-CMC 0,5%, kelompok 2 (positif) Loperamide 2 mg, kelompok 3 EEDJ dosis 100mg/kgBB, kelompok 4 EEDJ dosis 200mg/kgBB, dan kelompok 5 EEDJ dosis 400mg/kgBB diberikan secara oral selama 5 jam, data dianalisis dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,254, karena p-value lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi buang air besar. Meskipun hasil analisis statistik tidak ada perbedaan yang signifikan, secara deskriptif terdapat penurunan frekuensi BAB pada kelompok yang diberi ekstrak daun jeruju, terutama pada dosis 200 mg dan 400 mg. Hal ini menunjukkan adanya potensi efek dosis, di mana peningkatan dosis ekstrak daun jeruju mungkin berhubungan dengan penurunan frekuensi BAB.
Optimasi Perbedaan Fase Gerak dalam Identifikasi Sildenafil Sitrat Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Laili, Rofiatul; Rahmadani, Rahmadani; Noval, Noval; Hidayah, Nur
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 3 (2025): Agustus - October
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i3.3197

Abstract

Penelitian ini berfokus pada penyempurnaan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) agar proses pemisahan zat menjadi lebih efisien, analisis berlangsung lebih cepat, sensitivitas meningkat, serta biaya operasional dapat ditekan tanpa mengurangi keakuratan hasil yang diperoleh. Hasil analisis KCKT sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, seperti jenis dan sifat fase gerak, panjang serta diameter kolom, suhu kolom, dan kecepatan alir fase gerak yang digunakan selama proses analisis berlangsung. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi pengaruh variasi fase gerak dalam mendeteksi kandungan sildenafil sitrat yang terdapat pada sediaan jamu tradisional Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan fase gerak yang memengaruhi waktu retensi serta menentukan fase gerak yang paling optimal dalam analisis sildenafil sitrat menggunakan metode KCKT. Penelitian ini menggunakan metode komparatif eksperimental dengan pengujian menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Tiga variasi fase gerak digunakan, yaitu metanol:air (80:20), metanol:asetonitril (80:20), dan metanol (100%). Analisis kualitatif dilakukan dengan mengamati waktu retensi pada setiap variasi fase gerak yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran metanol:asetonitril (80:20) memberikan waktu retensi paling cepat dan hasil pemisahan paling optimal dibandingkan variasi lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fase gerak metanol:asetonitril (80:20) merupakan kondisi paling efisien dan akurat untuk analisis sildenafil sitrat menggunakan metode KCKT modern.
F Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Serum Gel Ekstrak Gliserin Bunga Asoka (Ixora coccinea L.) Rianti, Nur Addina; Audina, Mia; Muzdalifah, Nur; Ramadhan, Novalina Rossa; Donaretsi, Olga Nathania; Laili, Rofiatul
Jurnal Pelayanan Kefarmasian dan Sains Vol 5 No 2 (2025): Journal of Pharmaceutical Care and Sciences (JPCS)
Publisher : LPPM Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/jpcs.v5i2.780

Abstract

Background:  The most common causes of skin dryness and redness are free radicals, pollution and ultraviolet rays. Cosmetics are epidermal treatments to nourish the body. One of the emerging cosmetics is a serum gel preparation that can maintain elasticity and moisturize the skin. While one of the plants has the potential to be used as a safe active ingredient in cosmetics, namely the asoka flower plant (Ixora coccinea L.) which is rich in phytochemical compounds, such as flavonoids, saponins, tannins, alkaloids, glycosides, terpenoids and carbohydrates, so it has very strong antioxidant activity. Objective:  To determine the appropriate formulation of asoka flower extract serum gel preparation and the effect of varying the concentration of asoka flower glycerin extract on the physical evaluation of serum gel preparation. Methods: This study used an experimental approach method with a true experimental design. The serum gel preparation was divided into 2 treatments with 15% and 30% concentration of active ingredients. The optimal formulation of the preparation is adjusted to the evaluation results and requirements set. Results:  Formula I met the organoleptical evaluation criteria, pH, flow type, and adhesion, but did not meet the specifications for viscosity and spreadability. While formula II meets the specifications of organoleptical test, pH, viscosity, flow type, adhesion, and spreadability. Conclusion:  From the evaluation conducted, it was found that the most optimal formula was formula II with 30% extract concentration.  Based on statistical tests using the Mann-Whitney Test, there is no effect on variations in the concentration of asoka flower extract.