Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

The Chemical Composition of Gracilaria verrucosa Extract and its Utilization on Survival and Growth Litopenaeus vannamei Jasmanindar, Yudiana; Sukenda, Sukenda; Alimuddin, Alimuddin; Junior, Muhammad Zairin; Utomo, Nur Bambang Priyo
Journal Omni-Akuatika Vol 14, No 3 (2018): Omni-Akuatika November
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.335 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2018.14.3.508

Abstract

The Gracilaria genus is a potential source of natural and environmentally-friendly alternatives in improving the survival and growth of shrimp. This study aims to identification immunostimulant molecules extract G. verrucosa and evaluate the utilization of G verrucosa extract as an immunostimulant in improving survival and growth of L. vannamei. Seaweed extraction used ethyl acetate then formulated in the diets. The immunostimulant molecule in the G. verrucosa was analysis. The shrimp were fed a test diet containing extract G. verrucosa at a dose of 2 g kg-1 or extract G. verrucosa-free control diets for 42 days. Shrimps were fed diets containing extract with a specific duration. The observation on the survival and growth of L. vannamei was performed after maintenance at the Laboratory for six weeks. Following, diets containing extract was tested in the field (pond shrimp farm) at the same dose of extract for 58 days. Shrimp was feed diets containing extract once a week, once in the early culture, and diet control, then the survival and growth shrimp were analysis. Concentrations of sulfates and carbohydrates in G. verrucosa ethyl acetate-extract were 24.21% and 13.41%, and crude protein 3.64%. GC-MS pyrolysis results show that G. verrucosa polysaccharide is similar to immunostimulant molecules. The survival shrimp gave diets containing G. verrucosa extract formulation was higher than that of shrimps fed controls diet. The Shrimp fed diets extracts have higher growth than shrimp given control dietsKeywords: Gracilaria, extract, polysaccharides, immunostimulant
PENGGUNAAN BATANG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca formmatypica) DENGAN DOSIS BERBEDA DALAM MENUMBUHKAN PAKAN ALAMI Natalia Lusia Igo; Ade Yulita Hesti Lukas; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Vol 8, No 2 (2020): JURNAL AKUAKULTUR RAWA INDONESIA
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jari.v8i2.11708

Abstract

This research was conducted for a month, in the laboratory of the Faculty of Marine and Fisheries of Nusa Cendana University. The study aims to determine the use of a banana kepok stem (Musa paradisiaca formmatypica) with different doses to see the type of natural feeds growing and the abundance of it. The banana kepok stem (Musa paradisiaca  formmatypica) generally contains nitrogen, phosphorus and potassium. Nitrogen and phosphorus important to growing of natural feeds, while potassium important to increase the body durability of it. This study uses different dosages to see the abundance of natural feed. The dose used is 50 g.L-1, 75 g.L-1, 100 g. L-1. The results of the study showed the type of natural feed that grows are Daphnia sp and Infusoria and the highest amount of natural feed density in the treatment with dose of 75 g that is Infusoria as much as 356x104 cells.ml-1 and Daphnia sp as much as 168x104 cells.ml-1. The use of stem banana kepok (Musa paradisiaca formmatypica) can be used as feed for fish. Keywords: Banana kepok  stem (Musa paradisiaca formmatypica),  Dosages, Natural feed
Studi prevalensi dan intensitas ektoparasit pada beberapa jenis ikan air tawar di balai benih ikan sentral (BBIS) Noekele, Nusa Tenggara Timur Subhan Affandi; Fonny J.L Risamasu; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Aquatik
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.41 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis ektoparasit pada beberapa jenis ikan air tawar di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Noekele, Nusa Tenggara Timur dan untuk mengetahui tingkat prevalensi dan intensitas ektoparasit yang menyerang beberapa jenis ikan air tawar yang dibudidaya. Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis pada beberapa jenis ikan air tawar di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Noekele teridentifikasi adanya infeksi parasit, pada benih ikan mas ditemukan ada 6 (enam) jenis parasit yaitu Trichodina sp, Ichthyophthirius multifiliis, Oodinium pillularis, Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Argulus sp. Sedangkan pada benih nila dan lele ada 5 (lima) jenis parasit yang menyerang yaitu Trichodina sp, Vorticella sp, Oodinium pillularis, Dactylogyrus sp dan Gyrodactylus sp. Tingkat prevalensi ektoparasit tertinggi yaitu Dactylogyrus sp 80% pada benih ikan mas dengan intensitas 10 individu. Sedangkan tingkat prevalensi ektoparasit terendah yaitu Vorticella sp 6,67% pada benih ikan lele dengan intensitas 2 individu. Kata kunci : Prevalensi, intensitas, ektoparasit, ikan air tawar
IMUNOSTIMULAN Gracilaria verrucosa PADA BUDIDAYA IKAN LELE Clarias sp Yudiana Jasmanindar; Yuliana Salosso; Nicodemus Dahoklory
Jurnal Akuatik Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Aquatik Edisi Oktober 2020
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.447 KB)

Abstract

Ikan lele Clarias sp merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan komoditas lainnya. Walaupun nilai jual belum semahal komoditas udang maupun biota budidaya lainnya. Selain itu teknologi budidaya ikan lele terbilang mudah diaplikasikan serta memiliki daya tahan terhadap serangan penyakit. Imunitas pada tubuh ikan merupakan hal yang penting dalam mengatasi serangan parasit maupun penyakit, terutama dalam tahap pendederan atau pemeliharaan benih ikan lele ukuran 3-5 cm. Respon imun pada ikan terdiri dari imunitas alami dan imunitas spesifik. Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa ikan lele ukuran benih rentan terhadap serangan parasit dan panyakit ikan sehingga kelangsungan hidupnya sangat rendah. Berbagai alternative pengendalian salah satunya dengan menggunakan imunostimulan sebagai bahan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan lele. Rumput laut Gracilaria verrucosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan stimulasi diharapkan dapat meningkatkan imunitas ikan lele sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup. Benih lele rentan terhadap infeksi parasit dan penyakit terutama akibat serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Kata kunci: Clarias, imunostimulan, rumput laut, verrucosa, imunitas
Pemanfaatan tepung putak (Corypha utan) sebagai pakan pengganti tepung dedak (Oryza sativa) terhadap pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) Dionesia A Hanmima; Yulianus Linggi; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 4 No 1 (2021): Maret
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.909 KB)

Abstract

This research aims to determine the growth of milkfish fed with putak flour formulation as a substitute for bran and to determine the optimal level of substitution for milkfish growth which was carried out for 2 months in the implant ponds of the Fisheries Service, Dualaus Village, KakulukMesak sub-district, Belu regency. This study used a completely randomized design (RAL, 5r, 3t). The treatments tested were treatment A (100% bran flour in feed), treatment B (25% putak flour, 75% bran flour in feed), C treatment (50% putak flour, 50% bran flour in feed), treatment D ( 75% putak flour, 25% bran flour in feed) and E treatment (100% putak flour in feed). The ANOVA shows that the treatment is significantly different on absolute growth, significantly different on specific growth and not significantly different on survival. The highest weight growth was found in treatment E (13.33g), followed by D (11.53 g), treatment A (10.5g), treatment B (9.53g) and treatment C (8.3g). The highest specific growth was treatment E (1.61g), followed by treatment D (1.59 g% / day), treatment A (1.07 g% / day), treatment B (0.99 g% / day) and treatment C (0.89 g% / day). day). The highest survival rate was found in treatment A (96.6%), followed by treatment E (93.3%), treatment B and D (90%), treatment C (0.89%). The results of this study provide the conclusion that the optimal level of putak flour substitution to bran flour by giving 100% putak flour in feed can increase the growth of milkfish. Key words: Growth, Milkfish, Sago Flour, Survival Rate.
Pengaruh penggunaan ekstrak daun patikan kerbau (Euphorbia hirta) dalam pencegahan dan pengobatan bakteri Aeromonas hydrophilla pada ikan nila (Oreocromis niloticus) Godeliva Dawan; Yuliana Salosso; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 4 No 1 (2021): Maret
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.453 KB)

Abstract

Ikan nila (Oreocromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudidaya. Dalam kegiatan budidaya terdapat begitu banyak kendala yang dihadapi, salah satunya penyakit. Biasanya penyakit yang sering menyerang adalah penyakit akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini selain menggunakan bahan kimia, yang paling mudah dilakuakan adalah menggunakan bahan herbal seperti daun patikan kerbau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi efektif ekstrak daun patikan kerbau. Perlakuan yang diberikan yaitu perlakuan pencegahan dan perlakuan pengobatan. Pada perlakuan pencegahan ikan nila terlebih dahulu direndam dalam ekstrak patikan kerbau selama 3 hari, kemudian diinfeksi bakteri. Sedangkan pada perlakuan pengobatan, ikan nila diinfeksi bakteri terlebih dahulu, setelah menunjukan gejala klinisnya baru diobati dengan cara direndam dalam ekstrak daun patikan kerbau. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan yang efektif digunakan adalah perlakuan pencegahan dimana jumlah rata-rata sel darah merah 5,12x106 sel/mm3, sel darah putih berjumlah 13,3x104sel/mm3, dan hemoglobin berjumlah 6,4 g/dl. Selain itu didukung perubahan morfologi ikan selama penelitian dimana ikan pada perlakuan pencegahan ikan sudah mulai sembuh. Kata kunci: Bakteri Aeromonas hydrophilla, Daun Patika Kerbau, Hematologi, Ikan Nila.
Pengobatan Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus) Yang Terinfeksi Bakteri Vibrio alginolyticus Menggunakan Ekstrak Air Daun Ketapang (Terminalia catappa) Maria Hildegardis Seuk; Yuliana Salosso; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.015 KB) | DOI: 10.1007/aquatik.v4i2.5358

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) yang paling baik untuk mengobati ikan kerapu cantang (Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus) yang terinfeksi bakteri Vibrio alginolyticus. Dosis perlakuan yang digunakan untuk mengobati ikan kerapu cantang adalah 5%, 10%, 15% serta ditambah 2 unit kontrol yaitu kontrol negatif (disuntik bakteri tanpa pengobatan) dan kontrol positif (tidak disuntik bakteri dan tidak diberi pengobatan). Bakteri yang digunakan adalah Vibrio alginolyticus hasil aktivasi menggunakan pepton 2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 5% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio alginolyticus dan mengobati ikan kerapu cantang yang terinfeksi bakteri Vibrio alginolitycus dengan meningkatkan kembali hematologi ikan kerapu cantang. Eritrosit pada akhir pengamatan mengalami peningkatan dari jumlah 2,04 x 106 sel/mm3 menjadi 3,68 x 106 sel/mm3, jumlah leukosit menurun dari 2,93 x 104 sel/mm3 menjadi 1,5 x 104 sel/mm3 dan hemoglobin meningkat dari jumlah 3,5 g% menjadi 6,36 g%. Selain itu morfologi ikan kerapu cantang (E. fuscoguttatus-lanceolatus) menunjukkan perubahan setelah perendaman menggunakan ekstrak daun ketapang.
Pengobatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla dengan menggunakan madu dengan frekuensi yang berbeda Hidayat Un; Yuliana Salosso; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.131 KB) | DOI: 10.1007/aquatik.v4i2.5360

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pemberian madu lebah apis dorsata terhadap tingkat kesembuhan ikan nila yang terinfeksi bakteri aeromonas hydrophila. Penelitian ini dilaksanakan 1 bulan dan menggunakan pola rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan 3 ulangan dengan frekuensi yang digunakan yaitu A (1 kali), B (3 kali) C (5 kali) dan D sebagai data perbandingan ikan sehat dan ikan sakit. kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dan uji BNT. Pengamatan dilakukan melalui hematologi ikan, gejala klinis dan kualitas air. Hasil hematologi yang didapat pada saat penelitian yaitu tidak berbeda nyata. Rata-rata nilai eritrosit terbaik pada perlakuan C yaitu 4.66 x 106, leukosit terbaik pada perlakuan C yaitu 3.13 x104 sedangkan Hb tertinggi pada perlakuan C yaitu 7.67. Selain itu didukung perubahan morfologi ikan yang lebih. Kata kunci: ikan nila, bakteri Aeromonas hydrophila, frekuensi, pengobatan, madu, Hematologi.
Pengobatan Ikan Kerapu Cantang Yang Terinfeksi Bakteri Vibrio alginolyticus Menggunakan Madu Dengan Frekuensi Yang Berbeda Nenti S Ollin; Yuliana Salosso; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.304 KB) | DOI: 10.1007/aquatik.v4i2.5674

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas madu dalam menyembuhkan ikan kerapu cantang yang diinfeksikan dengan bakteri Vibrio alginolyticus jika diaplikasikan dengan frekuensi berbeda melalui perubahan hematologi ikan (eritrosit, leukosit, hemoglobin). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan berupa perendaman menggunakan madu dengan frekuensi 1 kali, 3 kali, 5 kali, ditambah 2 perlakuan kontrol yaitu kontrol ikan sehat dan kontrol ikan sakit, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tingkat kepadatan bakteri yang digunakan adalah 106 dan disuntikan ke ikan dengan dosis 0,1 ml/ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan madu dengan frekuensi 1 kali saja sudah efektif dalam menyembuhkan ikan kerapu cantang yang terinfeksi bakteri melalui peningkatan jumlah eritrosit, penurunan jumlah leukosit, serta peningkatan jumlah hemoglobin. Kata kunci : frekuensi, kerapu cantang, madu, Vibrio alginolyticus
PENGAMATAN ERITROSIT DAN LEUKOSIT PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gourami) YANG MENERIMA PERLAKUAN TANAMAN HERBAL DAN INFEKSI Mycobacterium fortuitum Nunaq Nafiqoh; Yudiana Jasmanindar
Jurnal Akuatik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.061 KB) | DOI: 10.1007/aquatik.v4i2.5676

Abstract

Disease outbreaks are inseparable from culturing process, preventive and treatment is effective to avoid mass mortality. The aim of this study is to observe the potent of combined herbs to treat Mycobacteriosis. Herbs were sprayed to fish feed with different dose (0%, 0.5%, 1%, and 2%) per kg feed. The observed parameters were erythrocyte and leucocyte count. The result showed, in the end of the experiment there is no significant different on leucocyte count among treatment. While, the highest erythrocyte count was showed by 0.5% treatment group. In the other hand the highest survival rate was showed by 1% treatment group. Key Word : Erytrocyte, Gouramy, Herbs, Leucocyte, Mycobacterium