cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
The impact of color of artificial LED lighting on microgreen: a review Envry Artanti Duidahayu Putri; Hauzan Ariq Musyaffa Fajri; Firstina Iswari; Fadlan Atalla Muhammad; Rossita Fauziah; Rahmat Budiarto
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.39931

Abstract

AbstractMicrogreen is an emerging agricultural food product that its development can be close type system and rely on the presence of artificial lighting, such as LED. Present study aimed to sum up the artificial LED lighting impact on microgreen production. In general, there were three important variables of light for plant, i.e., light intensity, light duration/photoperiod and light quality. The effect of different LED color on microgreen yield and phytochemical content is also revealed in present review. The red, blue, combination of red and blue, green, white, yellow and UV-A light are numerous choice for optimal microgreen production. However, there is no one-to-all recommendation here, since the LED light suitability is depending upon the plant species and target of market.Keywords: artificial lighting, LED color, microgreen, UV-A light AbstrakMicrogreen adalah produk pangan pertanian yang sedang marak dikembangkan dan dapat diproduksi dalam sistem tertutup dengan dukungan pencahayaan buatan seperti LED. Penelitian ini bertujuan untuk mereview dampak penggunaan pencahayaan buatan LED terhadap produksi microgreen. Pada umumnya, terdapat 3 peubah penting cahaya untuk tanaman yakni  intensitas cahaya, panjang hari/fotoperiodisitas dan kualitas cahaya. Pengaruh dari perbedaan warna LED terhadap hasil panen dan kandungan fitokimia microgreen dijelaskan pada artikel review ini. Lampu merah, biru, kombinasi merah dan biru, hijau, putih, kuning dan UV-A merupakan berbagai pilihan untuk produksi microgreen yang optimal. Namun tidak ada rekomendasi yang bersifat umum, karena kesesuaian LED bergantung pada faktor jenis tanaman dan target pasar. Kata Kunci: pencahayaan buatan, warna LED, microgreen, lampu UV-A
Uji kemampuan bakteri diazotrof asal perakaran bawang merah dalam mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah Ananda Rahmalia Yuniarti; Eny Rokhminarsih; Purwanto Purwanto
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.37708

Abstract

AbstrakBudidaya tanaman bawang merah saat ini dihadapkan pada masalah stagnasi produksi akibat aplikasi pupuk kimia secara berlebihan sehngga efisiensi pemupukan rendah. Teknologi ramah lingkungan dan efisien pupuk dengan aplikasi bioteknologi melalui aplikasi bakteri berguna seperti bakteri penambat nitrogen. Penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui respons pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah terhadap bakteri diazotrof, (2) menetapkan isolat bakteri diazotrof yang paling baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Percobaan dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai April 2021. Percobaan dilaksanakan di Rumah Kassa serta  Laboratorium Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan jenis isolat bakteri diazotrof terdiri dari 9 jenis isolate dan 1 kontrol yaitu I1 = LCR3, I2 = LAR5, I3 = LBR1, I4 = LAZ2, I5 = LAZ3, I6 = LCA1, I7 = LAR3, I8 = LAA5, dan I9 = LAA4. Masing-masing diulang 3 kali. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), kehijauan daun (SPAD unit), panjang akar total (cm), volume akar (ml), bobot kering tajuk  (g), bobot kering akar (g), rasio akar:tajuk, jumlah umbi (biji), volume umbi (ml), bobot umbi segar (g), bobot umbi askip (g), indeks panen. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi bakteri penambat N2 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Variabel yang berpengaruh nyata yaitu Pemberian isolat bakteri penambat nitrogen secara nyata berpengaruh terhadap jumlah daun, kehijauan daun, bobot tajuk kering, bobot akar kering, rasio akar/tajuk, jumlah umbi sebesar 70,72%, dan bobot umbi eskip sebesar 90,63% dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan isolat LCR3 menghasilkan angka tertinggi pada variabel bobot umbi eskip.Kata Kunci: Bawang merah, bakteri diazotrof, nitrogen AbstractShallot (Allium ascalonicum L) cultivation is currently faced with the problem of production stagnation due to excessive application of chemical fertilizers so that fertilization efficiency is low. Eco-friendly and efficient fertilizer technology, in terms of biotechnology, such the application of useful bacteria, namely nitrogen fixing bacteria is promising solution. The research aimed to (1) determine the growth and yield response of shallots against diazotrophic bacteria, (2) determine and select the best diazotrophic bacterial isolates for the growth and yield of shallots. The experiment was conducted from January to April 2021 in Screenhouse and Laboratory of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University. The experimental design used was a Randomized Completely Block Design (RCBD). The treatment of diazotrophic bacterial isolates consisted of 9 isolates and 1 control, i.e., I1 = LCR3, I2 = LAR5, I3 = LBR1, I4 = LAZ2, I5 = LAZ3, I6 = LCA1, I7 = LAR3, I8 = LAA5, and I9 = LAA4. All of them replicated three times. Variables observed were plant height, number of leaves, leaf greenness, total root length, root volume, shoot dry weight, root dry weight, root shoot ratio, number of bulbs, bulb volume, fresh bulb weight, sun dried bulb weight, and harvest index. The results showed that application of diazotroph bacteria could increase the growth and yield of shallots. Application of diazotroph bacteria had a significant effect on number of leaves, leaf greenness, dry shoot weight, dry root weight, root shoot ratio, number of bulbs by 70.72%, and sun dried bulb weight by 90.63% compared to the control. Treatment LCR3 produced the highest number of sun dried bulb weight.Keywords: Shallot, diazotrophic bacteria, nitrogen
Respons anggrek dendrobium terhadap perbedaan naungan dan aplikasi zat pengatur tumbuh Adinda Cikal Amalia; Syariful Mubarok; Anne Nuraini
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.35029

Abstract

AbstrakTanaman anggrek banyak digemari oleh masyarakat karena keanekaragamannya. Jenis anggrek yang paling populer adalah Dendrobium sp. Namun pertumbuhan tanaman anggrek cenderung lambat karena masa juvenil yang lama dan proses fotosintesis yang rendah. Oleh karena itu, upaya percepatan proses pertumbuhan sangat diperlukan. Salah satunya adalah aplikasi naungan dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase naungan dan jenis ZPT terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan Dendrobium. Percobaan dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 hingga Januari 2021 di Screenhouse, Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari sepuluh taraf perlakuan kombinasi antara naungan dan ZPT, yaitu A = naungan 70%, tanpa ZPT; B = naungan 70% + IAA 90 ppm; C = naungan 70% + thidiazuron (TDZ) 50 ppm, D = naungan 70% + GA3 150 ppm; E = naungan 70% + Paclobutrazol 100 ppm; F = naungan 30%, tanpa ZPT; G = naungan 30% + IAA 90 ppm; H = naungan 30% + TDZ 50 ppm; I = naungan 30% + GA3 150 ppm, dan J = naungan 30% + Paclobutrazol 100 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan naungan 70% dapat meningkatkan beberapa komponen pertumbuhan Dendrobium, antara lain tinggi tanaman, jumlah pseudobulb, lebar daun, panjang daun, dan kandungan klorofil. Aplikasi TDZ juga berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah pseudobulb, dan kandungan klorofil Dendrobium sp. Kata Kunci: Anggrek Dendrobium, naungan, zat pengatur tumbuh, IAA, thidiazuron, GA3, paklobutrazolAbstractOrchid plants are widely popular by society because of its rich diversity. The most popular type of orchid is Dendrobium. However, the growth of orchid plants tend to be slow because of a long juvenile period and a low photosynthesis process. Therefore, the efforts to accelerate the growth process is needed. One of them is the application of shade and plant growth regulator (PGR). This research aimed to obtain the best percentage of shade and types of PGR to increase Dendrobium growth. Experiment was carried out from October 2020 until Januari 2021 at Screenhouse, Experimental Station, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, West Java. Experiment was arranged in Randomized Block Design, consisted of ten levels of combination treatments between shade and PGR, namely A = shading 70%, no PGR; B = shading 70% + IAA 90 ppm; C = shading 70% + thidiazuron (TDZ) 50 ppm, D = shading 70% + GA3 150 ppm; E = shading 70% + Paclobutrazol 100 ppm; F = shading 30%, no PGR; G = shading 30% + IAA 90 ppm; H = shading 30% + TDZ 50 ppm; I = shading 30% + GA3 150 ppm, and J = shading 30% + Paclobutrazol 100 ppm. The result showed that the use of 70% shade could increase several growth components of Dendrobium, including plant height, number of pseudobulb, leaf width, leaf length, and chlorophyll content. The TDZ application also had a significant effect on the number of leaves, number of pseudobulb, and chlorophyll content of Dendrobium sp. Keywords: Dendrobium orchid, shade, plant growth regulator, IAA, thidiazuron, GA3, paclobutrazol. 
Effect of paclobutrazol on growth and root morphology of 12 crossed stevia in Vitro Suseno Amien; Qurrota Aini; Noladhi Wicaksana
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.39366

Abstract

AbstractStevia (Stevia rebaudiana Bertoni) is a low-calorie alternative sweetener. The superior varieties of Stevia in Indonesia are limited. Availability of seeds plays an important role in the Stevia plant breeding program for both the selection stage and the production of high-yielding varieties. Tissue culture is the best method of Stevia propagation, but the low adaptability of plantlets causes death in the acclimatization phase. The growth and root morphology of 12 crossbreed Stevia were evaluated. A Completely Randomized Design was used with factorial consisting of two factors were Stevia genotypes (STG1,7,8,10, SBG3,4,5,7,10, SGB2,3, and SBT11) and the plant growth regulator (PGR) concentration of Paclobutrazol (PBZ) (0.1, 0.5, and 1.0 ppm) and indole acetic acid (IAA) control (0.5 and 1 ppm). The results showed that the fastest shoot emergence time was SBT11 at 0.1 and 0.5 ppm PBZ media at 4 days after culture (DAC). The fastest root emergence time was SBG7 at 0.1 and 1 ppm PBZ media (8 DAC). The highest shoots were at 1 ppm IAA media (18 cm). The highest number of shoots was STG10 at 1 ppm PBZ and SBG3 at 0.5 ppm IAA (4 shoots). The highest number of internodes was SBG5 at 0.5 ppm IAA (25 internodes). The highest number of leaves was SBG3 at 0.5 ppm IAA (57 leaves). The highest number of roots was SGB2 at 0.5 ppm PBZ (5 roots). The greenest leaf color was SBG7 at 1 ppm PBZ media. The PBZ accelerated the emergence of shoots and roots and the number of roots.Keywords: Genotype, Interaction, in vitro, Paclobutrazol, Stevia. AbstrakStevia (Stevia rebaudiana Bertoni) merupakan sumber pemanis alternatif berkalori rendah. Varietas unggul Stevia di Indonesia terbatas. Ketersediaan bibit menjadi kunci dalam program pemuliaan tanaman Stevia baik untuk pada tahap seleksi maupun produksi varietas unggul. Kultur jaringan adalah metode perbanyakan Stevia terbaik, tetapi kemampuan adaptasi planlet yang rendah menyebabkan kematian pada fase aklimatisasi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pertumbuhan dan morfologi akar dari 12 Stevia hasil persilangan. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial dua faktor, yaitu genotipe Stevia (STG1,7,8,10, SBG3,4,5,7,10, SGB2,3, and SBT11) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh paklobutrazol (PBZ) (0,1; 0,5; dan 1,0 ppm) serta indole acetic acid (IAA) sebagai kontrol (0,5 dan 1 ppm). Hasil penelitian menunjukkan waktu muncul tunas tercepat adalah SBT11 pada 0,1 dan 0,5 ppm PBZ pada 4 hari setelah tanam (HST). Waktu muncul akar tercepat adalah SBG7 pada 0,1 dan 1 ppm PBZ (8 HST). Tunas tertinggi diperoleh pada media 1 ppm IAA (18 cm). Jumlah tunas terbanyak diperoleh STG10 pada 1 ppm PBZ dan SBG3 pada 0,5 ppm IAA (4 tunas). Jumlah ruas terbanyak diperoleh SBG5 pada 0,5 ppm IAA (25 ruas). Jumlah daun terbanyak diperoleh SBG3 pada 0,5 ppm IAA (57 daun). Jumlah akar terbanyak diperoleh SGB2 pada 0,5 ppm PBZ (5 akar). Warna daun terhijau diperoleh SBG7 pada 1 ppm PBZ.Kata Kunci: Genotipe, Interaksi, in vitro, Paclobutrazol, Stevia.
Pengendalian penyakit busuk buah kakao menggunakan Trichoderma dan pupuk Kalium Sunjaya Putra; Yulius Ferry; Rita Harni
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.36807

Abstract

AbstrakKerugian akibat serangan penyakit busuk buah kakao (BBK) mencapai 40-100%, produktivitas hanya 669,9 kg/ha/tahun. Upaya pengendalian dapat dilakukan melalui penggunaan cendawan antagonis Trichoderma dan peningkatan dosis pupuk Kalium. Penelitian bertujuan menguji efektivitas Trichoderma viride dan pupuk K dalam mengendalikan penyakit BBK. Penelitian dilakukan pada Januari sampai Desember 2019 di kebun kakao rakyat (Klon CSA 6) berumur 10 tahun dengan tanaman pelindung Gliricidia sp.  Desa Suka Bandung, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan. Macam perlakuan yaitu fungisida Trichoderma viride, fungisida kimia (mancozeb), pupuk KCl 100 g/phn, dosis KCl 110 g/phn, dosis KCl 125 g/phn, Trichoderma + KCl 100 g/phn,  Trichoderma + KCl 110 g/phn, Trichoderma + KCl 125 g/phn, fungisida kimia + KCl 100 g/phn,  fungisida kimia + KCl 110 g/phn,  fungisida kimia + KCl 125 g/phn, dan  cara petani (tanpa fungisida + KCl 50 g/phn). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan terendah (7,79%), daya hambat penyakit tertinggi (68,84%), dan produksi biji kering mencapai 1.327,86 kg/ha/tahun (166,86%) diperoleh pada penggunaan Trichoderma viride dan pupuk KCl 125 g/pohon. Efektivitas fungisida Trichoderma viride tidak berbeda dibandingkan dengan fungisida  kimia dalam mengendalikan penyakit BBK, dan makin tinggi dosis pupuk K, makin tinggi pula daya hambat terhadap penyakit.Kata Kunci: Busuk buah kakao, pengendalian, pupuk kalium, Trichoderma virideAbstractLosses due to cacao pod rot disease is varied from 40 to 100% leaving the productivity into 669.9 kg per ha per year. To control the disease, Trichoderma and potassium (K) fertilizer are used. The study aimed to test the effectiveness of Trichoderma viride and K fertilizer in controlling cocoa pod rot disease. The study was conducted from January to December 2019 in South Lampung Regency, by using cocoa clone of CSA 6 aged 10 years as plant material. The study used a randomized block design with 12 treatments and 3 replications. The treatment were Trichoderma viride fungicide, chemical fungicide (mancozeb), KCl fertilizer 100 g plant-1, KCl 110 g plant-1, KCl 125 g plant-1, Trichoderma + KCl 100 g plant-1, Trichoderma + KCl 110 g plant-1, Trichoderma + KCl 125 g plant-1, chemical fungicide + KCl 100 g plant-1, chemical fungicide + KCl 110 g plant-1, chemical fungicide + KCl 125 g plant-1, and farmer's method (no fungicide + KCl 50 g plant-1). The results showed that the lowest attack intensity (7.79%), the highest disease inhibition (68.84%), and production reached 1,327.86 kg per haper year (166.86%) was obtained in the combination treatment of Trichoderma viride + KCl 125 g plant-1. The effectiveness to control the disease on the treatment of Trichoderma viride was not different compared to chemical fungicides, and the higher applied dose of K fertilizer, the higher the inhibition against cacao pod rot disease.Keywords: Cocoa pod rot, control, Trichoderma viride, potassium fertilizer
Efektifitas perbedaan konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan planlet pisang cavendish dengan teknik Thin Cells Layer Hidayati Karamina; Edyson Indawan; Fila Isti Kumala Agustina
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.35373

Abstract

AbstrakPisang murupakan komoditi dengan produksi paling tinggi di antara buah-buahan lainnya. Salah satu pisang yang diminati ialah Pisang Cavendish (Musa acuminata L.), namun pembibitan secara konvensional kurang memenuhi permintaan pasar. Salah satu alternatif untuk meningkatkan jumlah bibit pisang Cavendish adalah dengan perbanyakan tanaman secara in vitro. Teknik thin cell layer (TCL) merupakan teknik dalam kultur jaringan dengan mengiris tipis bagian tanaman yang dapat memperbanyak jumlah tunas planlet pisang Cavendish. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi BAP yang cocok untuk pertumbuhan planlet pisang Cavendish dengan menggunakan teknik TCL. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perbandingan konsentrasi BAP yang digunakan B0= 0 mg/mL, B1= 1 mg/mL, B2= 2 mg/mL, B3= 3 mg/mL, B4= 4 mg/mL. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian BAP terhadap pertumbuhan planlet pisang Cavendish. Konsentrasi BAP yang paling efektif untuk pertumbuhan pisang cavendish adalah 4 mg/mL dengan hasil hari muncul tunas 2 hari, panjang tunas 1,07 cm, jumlah tunas terbanyak 3,06 tunas, persen hidup sebesar 76%, persen mati sebesar 24%. Pengamatan morfologi pada planlet pisang Cavendish yang ditanam pada media konsentrasi BAP 4 mg/mL menunjukkan pertumbuhan paling optimal. Kata kunci : BAP, Pisang Cavendish, TCLAbstractBanana is the commodity with the highest production among other fruits. One of the most popular bananas is the Cavendish banana (Musa acuminata L.), but its conventional nurseries do not meet market demand. In vitro propagation is an alternative method to increase the number of Cavendish bananas seedlings. Thin cells layer (TCL) is a technique in tissue culture by thinly slicing plant parts that can increase the number of shoots of Cavendish banana plantlets. This study used a completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 5 replications. Comparison of BAP concentration used B0= 0 mg/mL, B1= 1 mg/mL, B2= 2 mg/mL, B3= 3 mg/mL, B4= 4 mg/mL. The results showed that there was an effect of giving BAP on the growth of Cavendish banana plantlets. The most effective concentration of BAP for supporting the growth of Cavendish banana plantlet was 4 mg/mL with 2 days of shoot emergence, 1.07 cm of shoot length, 3.06 shoots, 76% of life percentage, 24% of dead percentage. Morphological observations of Cavendish banana plantlets grown on 4 mg/mL BAP concentration media showed the most optimal growth. Keywords : BAP, Cavendish banana, TCL
Respon perkecambahan biji aren terhadap larutan pupuk organik cair dan waktu perendaman Rosi Widarawati; Totok Agung Dwi Haryanto; Ruth Feti Rahayuniati
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.36437

Abstract

ABSTRAKPeningkatan kualitas kecambah dapat dibantu dengan seed priming, seperti perendaman dalam larutan pupuk organik cair. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: pengaruh berbagai bahan dan konsentrasi seed priming terhadap perkecambahan biji aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.), pengaruh waktu perendaman terhadap perkecambahan biji aren, dan interaksi antara berbagai konsentrasi  dan waktu perendaman pada perkecambahan aren. Penelitian dilaksanakan di Dusun 2 Desa Pasir Kulon Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dengan ketinggian tempat 140 m di atas permukaan laut pada September 2020 sampai Maret 2021. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan diulang tiga kali. Perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah bahan seed priming, yaitu POC Nasa, Bio-P60 dan Bio-T10 yang dikombinasikan dengan 5 taraf konsentrasi pada masing-masing bahan (5%, 25%, 50%, 75% dan 100 %). Faktor kedua adalah lama perendaman yang terbagi menjadi 4 level, yaitu 0 menit, 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi POC Nasa, Bio P60 dan Bio T10 tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, volume akar, kecepatan berkecambah. Perlakuan lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati. Interaksi Konsentrasi POC Nasa, Bio P60 dan Bio T10 dengan lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, volume akar, dan kecepatan berkecambah. Kata kunci: Aren, Konsentrasi, POC Nasa, Bio-P60, Bio-T10, Waktu PerendamanABSTRACTImproving the quality of sprouts can be assisted by seed priming, such as soaking in a liquid organic fertilizer solution. This research aimed to know: the effect of various type and concentration of liquid organic fertilizer as seed priming on sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) seed germination; the effect of soaking time on sugar palm seed germination; and the interaction between various concentrations of stratified substances and soaking time on sugar palm seed germination. The experiment was conducted in Hamlet 2, Pasir Kulon Village, Karanglewas District, Banyumas Regency, Central Java with an altitude of 140 m above sea levels from September 2020 to March 2021. The experimental design used in the study was a factorial randomized block design (RBD) with two factors of treatment and repeated three times. The first factor was the liquid organic fertilizer as seed priming material, namely POC Nasa, Bio-P60 and Bio-T10 with 5 levels of concentration in each liquid fertilizer (5%, 25%, 50%, 75% and 100%). The second factor was the soaking time which was consisted of  4 levels, namely 0 minutes, 30 minutes, 60 minutes and 90 minutes. The results showed that: the concentration of POC Nasa, Bio P60 and Bio T10 had no significant effect on root length, root volume, and germination rate. The treatment of soaking time had no significant effect on all observed variables. The interaction of concentrations of POC Nasa, Bio P60 and Bio T10 with soaking time did not significantly affect root length, root volume, and germination rate.Keywords: Sugar Palm, Concentration, POC Nasa, Bio-P60, Bio-T10, Soaking Time
Pengaruh konsentrasi Benzylaminopurine terhadap pertumbuhan eksplan tunas aksilar rami klon lokal Wonosobo secara in vitro Anne Nuraini; Eva Aprilia; Murgayanti Murgayanti; Asri Peni Wulandari
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.36540

Abstract

AbstrakSaat ini, perbanyakan rami menggunakan rizoma sebagai bahan tanamnya, tetapi dalam produksinya membutuhkan waktu yang lama dan sebagai bahan tanam umur simpannya singkat. Kultur jaringan merupakan salah satu teknologi untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam dan sehat dalam waktu yang singkat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan tunas aksilar pada rami klon lokal Wonosobo dan konsentrasi mana yang memberikan pengaruh terbaik. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Nodus batang dari rami klon lokal Wonosobo diklturkan pada media MS dengan penambahan berbagai konsentrasi BAP selama 8 minggu dan diamati pertumbuhan dan perkembangannya. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Adapun perlakuannya adalah kontrol (tanpa penambahan BAP), BAP 0,5 mg/L, BAP 1,0 mg/L, BAP 1,5 mg/L, BAP 2,0 mg/L, dan BAP 3,0 mg/L. Hasil percobaan menunjukkan penambahan sitokinin berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas aksilar rami klon lokal Wonosobo. Penambahan 0,5 mg/L berpotensi memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tunas aksilar rami klon lokal Wonosobo dilihat dari waktu muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun, dan tinggi plantlet. Kata Kunci: Benzylaminopurine (BAP) ∙ Rami ∙ Tunas aksilar AbstractCurrently, ramie propagation used the rhizome as the planting material. However, it took long time to produce and the longevity of rhizome as planting material is short. Therefore, another technology approach is needed. Tissue culture is one of alternative technologies that could to produce uniform and healthy planting material within short time. The objective of this research was to determine the effect of BAP concentration on the axillary bud growth of rami local clone of Wonosobo and also determine which concentration gives the best effect. The research was conducted at The Tissue Culture Laboratory of Seed Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. Nodes of ramie local clone of Wonosobo were cultured for 8 weeks on Murashige & Skoog (MS) medium added with various concentrations of BAP and then observed growth and development. The research design was Completely Randomize Design (RCD) with 6 treatments in terms of BAP concentrations and 3 replications. The treatment was ,control (without BAP); BAP 0,5 mg/L, BAP 1,0 mg/L, BAP 1,5 mg/L, BAP 2,0 mg/L, and BAP 3,0 mg/L. The result showed that there was different effect on axillary bud growth. The treatment of MS medium added with 0,5 mg/L BAP potentially showed as the best effect for bud appearance, number of shoots, number of leaves, and plantlet’s length.Keywords: Benzylaminopurine (BAP) ∙ Ramie ∙ Axillary bud
The effect of weed control methods on weed growth in lowland rice cultivation under different cropping systems Uum Umiyati; Denny Kurniadie; Sri Rahmawati
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.35513

Abstract

AbstractThe cropping system in rice cultivation is varied, such as Transfer Planting (Tapin) and Direct Seed Planting (Tabela). The Tabela system has many advantages over the Tapin system, but in this system, the weed population is higher compared to the Tapin system. This study aims to determine the effect of control methods on weed growth in rice cultivation under different cropping systems (Tapin and Tabela). The research was conducted in Babadan Village, Gunung Jati Sub-district, Cirebon Regency, West Java. The method used was a split plot design with 6 treatments and 4 replications. The main plot in this experiment is the weed control method (P) which consisted of 3 levels (p1 = chemically, p2 = manually control by hand weeding, p3 = without weed control). The sub-plot is the planting system (S) with 2 levels (s1 = Tabela and s2 = Tapin). If the resultsishowed a significantidifference, theniit was analyzed further with the Least Significance Different (LSD) test ati5%. The resultsishowed thatichemical weed control with the Cyhalofop-butyl 100g/L herbicide at a doseiof 1.5 L/haiwas able to suppress the growth of Echinochloaicrus-galli, Leptochloaichinensis, Ludwigia octovalvis and Fimbristylis miliacea weeds until 6 weeksiafteriapplication on both Tapin and Tabela rice cropping systems without causing phytotoxicity effects. Keywords: Weed, Cyhalofop-butyl Herbicide, Weeding, Transfer Planting (Tapin), Direct Seed Planting (Tabela), Rice Yield AbstrakPada budidaya tanaman padi terdapat sistem tanam yang sering dilakukan yaitu  secara Tanam Pindah (Tapin) dan Tanam Benih Langsung (Tabela). Tiap sistem tanam memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada sistem Tabela, populasi gulma cukup tinggi dibandingkan dengan sistem Tapin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengendalian terhadap pertumbuhan gulma pada budidaya padi pada sistem tanam yang berbeda (Tapin dan Tabela). Penelitian dilakukan di Desa Babadan, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah rancangan petak terbagi dengan 6 perlakuan dan empat ulangan. Petak utama dalam percobaan ini adalah metode pengendalian gulma (P) yang terdiri dari 3 taraf (p1 = kimiawi, p2 = pengendalian manual dengan penyiangan, p3 = tanpa pengendalian gulma). Anak petak adalah sistem tanam (S) dengan 2 taraf (s1 = Tabela dan s2 = Tapin). Jika hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan, selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida Cyhalofop – butil 100g/L dosis 1,5 L/ha mampu menekan pertumbuhan gulma Echinochloa crus-galli, Leptochloa chinensis, Ludwigia octovalvis dan Fimbristylis miliacea pada sistem pertanaman padi Tapin dan Tabela hingga 6 minggu setelah aplikasi tanpa menimbulkan efek fitotoksisitas.  Kata Kunci: Gulma, Herbisida Cyhalofop butyl, penyiangan, Tabela, Tapin, hasil tanaman padi
Pengaruh dosis pupuk organik dan zat pengatur tumbuh dari ekstrak jagung terhadap koefisien sidik lintas karakter komponen hasil bawang merah varietas Bima Asrijal Asrijal; Ambo Upe
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.38832

Abstract

AbstrakProduksi dan produktivitas bawang merah dapat ditingkatkan melalui pemberian pupuk organik dan zat pengatur tumbuh dari ekstrak jagung. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan karakter yang efektif dalam meningkatkan hasil umbi bawang merah per hektar.  Metode percobaan menggunakan Rancangan Petak Petak Terpisah (RPPT). dengan perlakuan dua jenis ekstrak (jagung manis dan jagung putih) sebagai Petak Utama, tiga jenis dosis pupuk organik sebagai Anak Petak, dan empat jenis konsentrasi zat pengatur tumbuh dari ekstrak jagung sebagai Anak Anak Petak.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter umbi dan hasil umbi per rumpun merupakan dua karakter yang berpengaruh positif sangat nyata terhadap hasil umbi bawang merah per hektar dengan nilai pengaruh 0,515 dan 0,497. Perlakuan yang terbaik terhadap komponen hasil bawang merah adalah ekstrak jagung manis konsentrasi 1.5 ppm dengan pupuk organik dosis 4 t ha-1.Kata Kunci: bawang merah, ekstrak jagung, karakter hasil, pupuk organik AbstractThe production and productivity of shallots can be increased through the application of organic fertilizer and plant growth regulator (PGR) in form of corn extract. The aim of the study was to obtain an effectively character in increasing the yield of shallot bulbs per hectare. The experimental method used a Split Split Plot Design (SSPD) with two types of extract (sweet corn and white corn) as main plot, three doses of organic fertilizer as subplot, and four concentrations of PGR in form corn extract as sub-subplot. The results showed that tuber diameter and tuber yield per clump were two characters that had a very significant positive effect on the yield of shallot bulbs per hectare with effect values of 0.515 and 0.497, respectively. The organic fertilizer at a dose of 4 t ha-1 and PGR concentration of 1.5 ppm was the best treatment in this research, followed by sweet corn extract treatment. While the best effect of three factors on the yield component of shallot was sweet corn extract at a concentration of 1.5 ppm with an organic fertilizer at a dose of 4 t ha-1.Keywords: shallots, corn extract, yield character, organic fertilizer