cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
Analysis effect of shade level on the physiological and anatomical characteristics of hybrid Phalaenopsis orchid at the acclimatization stage Ade Arisma Fauziah; Nintya Setiari; Endang Saptiningsih
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.38554

Abstract

AbstractProduction of hybrid Phalaenopsis seedlings is generally applied by in vitro culture techniques. The final stage of in vitro culture is acclimatization. The acclimatization stage is crucial because the plantlets must adapt to the ex-vitro environment. Shade supports plantlet growth during the early stages of acclimatization. This study aims to determine the effect of shade level on the physiological and anatomical characteristics of the Phalaenopsis hybrid orchid at the acclimatization stage. The research used Phalaenopsis plantlet hybrid and shading level. Plantlets were shaded at 40%, 55%, and 70%. Parameters measured included: photosynthetic pigment content, number and area of leaves, number and length of roots, stomata density, size of stomata and fresh weight. This study used a completely randomized design with one factor and ten replications. Data were analyzed using the ANOVA test and LSD test at a significance level of 5% (p<0.05). The results showed the highest photosynthetic pigment content in the 55% shade, and there was a difference in the size of the stomatal guard cells between ex vitro and in vitro leaves at 40% shade. Shade level did not affect leaf growth, roots, fresh weight and stomata density. However, it affected photosynthetic pigment content and size of guard cells in the ex vitro leaves of Phalaenopsis hybrid orchids. The most optimal growth of the Phalaenopsis hybrid was at 55% shade.Keywords: acclimatization, ex vitro leaves, shade AbstrakProduksi bibit Phalaenopsis hibrid umumnya dilakukan dengan teknik kultur in vitro. Tahap akhir dari kultur in vitro adalah aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan tahap paling penting karena planlet harus beradaptasi di lingkungan ex vitro. Naungan menunjang pertumbuhan planlet selama tahap awal aklimatisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat naungan terhadap karakteristik fisiologis dan anatomis anggrek Phalaenopsis hibrid pada tahap aklimatisasi. Penelitian menggunakan planlet Phalaenopsis hibrid dan tingkat naungan. Planlet diberi paranet 40%, 55%, dan 70%. Parameter yang diukur meliputi: kandungan pigmen fotosintesis, jumlah dan luas daun, jumlah dan panjang akar, densitas stomata, ukuran stomata dan berat segar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor dan 10 ulangan. Data dianalisis menggunakan Uji ANOVA dan Uji LSD pada taraf signifikasi 5% (p< 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan pigmen fotosintesis tertinggi terdapat pada naungan 55% danterdapat perbedaan ukuran sel penutup stomata antara daun ex vitro dan in vitro pada naungan 40%. Tingkat naungan tidak mempengaruhi pertumbuhan daun, akar, berat segar serta densitas stomata, namun mempengaruhi kandungan pigmen fotosintesis serta ukuran sel penutup stomata daun ex vitro pada anggrek Phalaenopsis hibrid. Pertumbuhan Phalaenopsis hibrid yang paling optimal berada pada naungan 55%. Kata Kunci: aklimatisasi, daun ex vitro, naungan 
Rekayasa budidaya dan penanganan pascapanen untuk meningkatkan kualitas teh Indonesia sebagai minuman fungsional kaya antioksidan Intan Ratna Dewi Anjarsari
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.36027

Abstract

ABSTRAKTeh sebagai minuman fungsional sejalan dengan tema hari keamanan pangan  2021 yang bertema Safe food today for a healthy tomorrow, yang menekankan bahwa produksi dan konsumsi produk pangan yang aman akan memiliki manfaat jangka panjang untuk kesehatan dan ekosistem untuk masa depan. Teh (Camelia sinensis L. (O.) Kuntze ) merupakan minuman yang kaya akan senyawa bioaktif  berupa antioksidan yang baik untuk kesehatan. Tidak hanya sebagai penghilang dahaga, tetapi kini teh berkembang sebagai minuman fungsional yang berperan dalam aspek kesehatan.  Jawa Barat sebagai produsen teh dengan produksi terbanyak di Indonesia tentunya memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan industri teh mulai dari hulu hingga hilir, baik untuk jenis teh hitam, teh hijau, ataupun teh putih.  Peningkatan kadar katekin sebagai antioksidan dari segi agronomi  sangat dibutuhkan  melalui inovasi dan riset yang terus menerus. Teh Indonesia khususnya Jawa Barat berpotensi untuk dikembangkan sebagai minuman fungsional,  terutama varietas Assamica yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Rekayasa budidaya tanaman teh sebagai minuman fungsional yang kaya antioksidan dapat dicapai melalui pemilihan klon, teknologi pemuliaan tanaman, penanaman pohon pelindung, optimalisasi lingkungan tumbuh serta diikuti oleh penanganan pasca panen, yakni pengolahan di pabrik serta teknik penyimpanan. Kata Kunci :  antioksidan, minuman fungsional, assamica. ABSTRACTTea as a functional beverage is in line with the theme of the 2021 food safety day, i.e., “Safe food today for a healthy tomorrow”, that emphasizes that the production and consumption of safe food products will have long-term benefits for health and ecosystem in the future. Tea (Camelia sinensis L. (O.) Kuntze ) is an antioxidant-rich beverage that are good for health. Recently, tea served not only as a thirst quencher but also as a functional drink that plays a role in health aspects. West Java as the highest tea producer in Indonesia certainly has considerable potential in developing tea industry from upstream to downstream, whether for black tea, green tea or white tea. Increasing levels of catechins as antioxidants from an agronomic perspective are needed through continuous innovation and research on tea. Indonesian tea, especially West Java, has the potential to be developed as a functional drink, especially the Assamica variety with its high antioxidant content. Pre-harvest modification on tea plant to form antioxidant-rich functional beverage can be achieved through clone selection, plant breeding technology, planting protective trees, optimizing the growing environment and followed by post-harvest handling through factory processing as well as storage techniques.Key words :  antioxidants, assamica, functional beverage
Formulasi pembawa rizobakteri penambat nitrogen dan pelarut fosfat, serta aplikasinya di pembibitan kelapa sawit yang diberi komposisi dan dosis amelioran yang berbeda Roby Ibnu Syarifain; Mohammad Raihan Rashaun; Eka Dewi Anggrainy; Tualar Simarmata
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.38053

Abstract

AbstrakKeberhasilan aplikasi pupuk hayati berkaitan dengan viabilitas mikroba dalam pembawa, dan aplikasinya di lapangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui viabilitas Bakteri Penambat Nitrogen (BPN) dan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) pada berbagai komposisi karier, konsentrasi molase, dan aplikasinya dengan berbagai dosis serta komposisi amelioran pada pembibitan kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2019 - Mei 2020 di laboratorium dan kebun percobaan Ciparanje. Tahap pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktor (komposisi karier dan konsentrasi molase) dengan tiga ulangan. Tahap kedua menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dua faktor (komposisi amelioran dan dosis aplikasi) pada pembibitan kelapa sawit sebanyak tiga ulangan. Hasil riset tahap pertama menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi karier 90% + zat aditif 10% dengan penambahan 2% molase merupakan perlakuan terbaik dengan viabilitas BPN dan BPF tertinggi sampai dengan 12 Minggu Setelah Produksi (MSP) dengan masing-masing populasi sebesar 1,43 x 108 CFU g-1 dan 1,65 x 108 CFU g-1. Viabilitas BPN maupun BPF dalam campuran carrier 90% + zat aditif 10% dengan penambahan 2% molase pada masa simpan sampai dengan 12 MSP masih memenuhi standar mutu pupuk hayati yaitu sebesar 107 CFU g-1. Hasil riset tahap kedua dosis d3 (10%) komposisi k3 (Kompos blotong 25% + Abu sawit 25% + biochar 40% + Dolomit 10%) memberikan hasil terbaik pada pertambahan tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun.Kata Kunci: Amelioran, organik, bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, karier, pembibitan kelapa sawit AbstractThe successful application of biofertilizers is related to microbial viability in the carrier, and application in the field. The research examined the viability of Nitrogen-Fixing Bacteria (NFB) and Phosphate Solubilizing Bacteria (PSB) on various carrier compositions, molasses concentrations, and field application at oil palm nursery combined with different ameliorant dosage and composition. This research was conducted from October 2019 to May 2020 at the laboratory and Ciparanje experimental garden. The first phase used a two-factor completely randomized design (carrier composition and molasses concentration) that was given three replications. The second phase used a two-factor randomized completely block design (ameliorant composition and dosage). First phase results showed that carrier mixture 90% + additive 10% with the addition of 2% molasses was the best treatment with the highest NFB and PSB viability until 12 weeks after biofertilizer production with population of about 1.43 x 108 CFU g-1 and 1.65 x 108 CFUg-1, respectively. Viability of NFB and PSB in carrier mixture 90% + additive 10% with the addition of 2% molasses at the shelf life of 12 weeks after the production still meet the biofertilizer standards in the amount of 107 CFU g-1. Ameliorant d3 dose (10%) of composition k3 (25% sugarcane boiler compost + 25% palm ash + 40% biochar + 10% dolomite) gave the best results in the increase of plant height, stem diameter and leaves number.Keywords: Ameliorant, nitrogen fixing bacteria, oil palm nursery organic carrier, phosphate solubilizing bacteria
Karakter agronomi beberapa jagung hibrida Padjadjaran dan hubungannya dengan hasil di dataran medium Yuyun Yuwariah; Desri Nursyahbani Putri; Dedi Ruswandi; Fiky Yulianto Wicaksono; Dhany Esperanza
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.34955

Abstract

AbstrakBudidaya tanaman jagung dengan menggunakan varietas unggul baru dapat memenuhi kebutuhan jagung, baik sebagai pangan maupun pakan dan industri. Karakter agronomi yang dimiliki oleh varietas unggul menjadi kebutuhan evaluasi perakitan kualitas benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi pada jagung hibrida Padjadjaran secara umum maupun masing-masing Jagung Hibrida Padjadjaran yang menentukan hasil. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Universitas Padjadjaran di Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung yang dilakukan  sejak  20 Februari hingga  20 Juli 2020. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan analisis regresi linear berganda dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 12 genotipe jagung hibrida dengan latar belakang genotipe yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 jagung hibrida Padjadjaran memiliki karakter tinggi tanaman, bobot tongkol dengan kelobot, serta panjang tongkol yang berbeda. Analisis jagung hibrida Padjadjaran secara umum menunjukkan bobot tongkol tanpa kelobot yang menentukan hasil dengan capaian koefisien determinasi 95% sedangkan bobot tongkol tanpa kelobot dan jumlah biji per baris pada beberapa hibrida sebagai penentu hasil.  Kata Kunci: jagung hibrida, karakter agronomi, hasil, regresi AbstractCultivation of maize by using new superior varieties can fulfill the need of maize both for food and feed as well as industry. Agronomic character possessed by superior varieties is important to evaluate during the program of seed quality assembly. This research aimed to determine which agronomic character corresponded to yield for hybrid maize in general and for each hybrid maize. This research was conducted at Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Universitas Padjadjaran, Arjasari, Bandung Regency from February 20 to July 20, 2020. The experiment used Randomize Experimental Design and Multiple Linear Regression Analysis with 12 treatments and 3 replications. Treatments consistsed of 12 genotypes of hybrid maize with different genetic background. The results showed that there was different in character of plant height, cob weight with husk and cob length. In general, Padjadjaran hybrid maizes yield were greatly affected by cob weight without husk (coefficient of determination was 95%), while cob weight without husk and number of grain on some hybrids determined the yield. Keywords: hybrid maize, agronomic character, yield, regression   
Development of adaptive rice variety to non-tidal swamp: Growth evaluation of backcrossed progenies (BC1F1) and its parents, Inpago 5 and Inpara 8 Nabilah Amiros; Rujito Agus Suwignyo; Mery Hasmeda; Fikri Adriansyah; Entis Sutisna Halimi; Erizal Sodikin
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.41072

Abstract

AbstractRice (Oryza sativa L.) cultivation in non-tidal swamp is severely constrained by abiotic stresses, i.e., submerged stress in the vegetative phase and drought stress in the generative phase. The development of rice varieties that have dual-tolerant to those abiotic stresses can improve adaptability and increase productivity. Efforts to obtain adaptive varieties under those abiotic stress conditions are being carried out by selecting the parents and crossing them, and has resulted in the population of BC1F1. The research was carried out on April – June 2021 at greenhouse of the Agriculture Faculty, Sriwijaya University. The study aimed to evaluate the growth of BC1F1 progenies and parental varieties, Inpago 5 (live well in drought condition) and Inpara 8 (inherited Sub1 gene). The results showed that the vegetative growth (plant height and number of total tillers) of BC1F1 was influenced by genetics of the parents. While generative growth parameters, Inpago 5, as a recipient parent, had the highest number of total spikelets per panicle (181.42 grains), the lowest percentage of sterile spikelets (25.05%) and the lowest biomass dry weight (27.88 g). Inpara 8, as a donor parent, had the highest average number of productive tillers (8.34 tillers), took the longest time to flower (76 days), and the shortest time to harvest (115 days). Then, BC1F1 got the highest average number of total spikelets per plant (1348.2 grains), weight of 1000 grains (25.49 g), and grains dry weight (9.71 g).  Based on study, the most growth traits of BC1F1 were genetically influenced by the parents, indicated a segregation from the parents. The plants will be used for second backcrossing (BC2F1) and a molecular selection using Marker-Assisted Backcrossing (MABC) method to obtain plants that have Sub1 gene and the closest characteristic to recipient parent (Inpago 5).Keywords: dual tolerance, Inpago 5, Inpara 8, Oryza sativa AbstrakBudidaya padi (Oryza sativa L.) di lahan rawa lebak sangat terkendala dengan cekaman abiotik cekaman terendam pada fase vegetatif dan cekaman kekeringan pada fase generatif. Pengembangan varietas padi yang memiliki dual tolerant terhadap cekaman abiotik tersebut dapat memperbaiki daya adaptasi dan meningkatkan produktivitasnya. Upaya untuk mendapatkan variietas adaptif dengan kondisi cekaman abiotik tersebut sedang dilakukan dengan melakukan seleksi tetua dan menyilangkannya, dan telah menghasilkan aksesi BC1F1. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni 2021 di greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Tulisan menyampaikan hasil evaluasi pertumbuhan progeni BC1F1 dan kedua varietas induk, Inpago 5 dan Inpara 8. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan total) BC1F1 dipengaruhi oleh genetik dari kedua induk. Sementara parameter pertumbuhan generatif, Inpago 5 (induk resipien) memiliki jumlah gabah total per malai tertinggi sebanyak 181,42 butir; persentase gabah hampa terendah sebesar 25,05%; bobot kering biomassa terendah sebesar 27,88 g. Inpara 8 (induk donor) memiliki rata-rata jumlah anakan produktif terbanyak (8,34 anakan), waktu berbunga terlama (76 hari), dan waktu panen tercepat (115 hari). Kemudian BC1F1 memiliki jumlah gabah total per rumpun tertinggi sebanyak 1348 butir), bobot 1000 butir gabah tertinggi (25,49 g), dan berat kering gabah (9,71 g). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besat karakteristik pertumbuhan populasi BC1F1 dipengaruhi secara genetik oleh kedua induk yang mengindikasi adanya segregasi sifat dari keduanya. Tanaman akan digunakan pada silang balik generasi kedua (BC2F1) dan diseleksi secara molekular menggunakan metode Marker-Assisted Backcrossing (MABC) untuk mendapatkan tanaman terbaik yang memiliki gen Sub1 dan karakter agronomi paling dekat dengan Inpago 5.Kata Kunci: dual toleransi, Inpago 5, Inpara 8, Oryza sativa
Resistensi gulma Echinochloa crusss-galli terhadap herbisida berbahan aktif Metamifop di areal persawahan Sulawesi Selatan Annisa Nadiah Aprilia; Denny Kurniadie; Uum Umiyati
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.38960

Abstract

AbstrakBarnyardgrass [Echinochloa cruss-galli (L.) P. Beauv.] diakui sebagai gulma paling bermasalah di areal persawahan Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Herbisida metamifop sudah lama digunakan untuk mengendalikan gulma tersebut pada areal pertanaman padi sawah di Sulawesi Selatan dengan intensitas aplikasi yang cukup tinggi. Hal tersebut menimbulkan E. cruss-galli yang sulit dikendalikan dan diperkirakan resisten terhadap herbisida metamifop. Namun demikian, kasus resistensi gulma terhadap herbisida metamifop di Indonesia belum banyak dilaporkan dan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) adanya resistensi gulma E. cruss-galli terhadap metamifop, (2) tingkat resistensi yang terjadi pada gulma E. cruss-galli terhadap metamifop. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dari bulan November 2021 hingga Januari 2022. Uji tingkat resistensi dilakukan dengan metode Whole Plant Pot Test menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah dosis herbisida metamifop: 0, 31,25, 62,5, 125, 250, 500 dan 1000 g b.a/ha. Anak petak adalah tempat asal gulma, yaitu gulma terpapar (Sidrap, Maros, Pinrang) dan tidak terpapar herbisida. Hasil Penelitian menunjukan bahwa gulma E. cruss-galli asal Pinrang tergolong ke dalam resistensi rendah, sedangkan  E. cruss-galli asal Sidrap dan Maros masih tergolong sensitif terhadap aplikasi metamifop.Kata Kunci: Echinochloa cruss-galli, Metamifop, Resistensi Gulma AbstractBarnyardgrass [Echinochloa cruss-galli (L.) P. Beauv.] is acknowledged to be the most troublesome weed in paddy fields of South Sulawesi Province, Indonesia. The herbicide containing metamifop active ingredient has long been used to control this weed in lowland paddy fields in South Sulawesi with a reasonably high application intensity. It is caused difficulties in controlling E. cruss-galli due to resistance issue to the herbicide. However, weed resistance to metamifop herbicide cases in Indonesia have not been widely reported and studied. The study aimed to (1) confirm the presence of herbicide-resistant of E. cruss-galli toward metamifop, (2) classify the resistance level of E. cruss-galli toward metamifop. The research was conducted at the greenhouse of Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Sumedang District, Wesr Java from November 2021 until January 2022. Resistance level test of E. cruss-galli was performed using the Whole Plant Pot Test method. The treatments were organized in a Split Plot Design with 3 replications. The main plot was the dose of metamifop: 0, 31.25, 62.5, 125, 250, 500 dan 1000 g b.a/ha. The subplot was the origin of weed: exposed weed (Sidrap, Maros, Pinrang) and unexposed weed to herbicides. The result showed that only one E. cruss-galli from Pinrang showed a low level of resistance while E. cruss-galli from Sidrap and maros still sensitive to metamifop.Keywords: Echinochloa cruss-galli, Metamifop, Weed resistance
The growth of 'Crystal' guava seedling in response to pinching and dormancy breaking chemicals Raden Ajeng Diana Widyastuti; Setyo Dwi Utomo; Darwin H. Pangaribuan; Purba Sanjaya; Hayane Adeline Warganegara; Widia Agustin
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.40791

Abstract

AbstractPinching and dormancy breaking chemicals (DBC) application are potentially used to regulate the growth of plant. This study aims to evaluate the growth response of ‘Crystal’ guava (Psidium guajava L.) seedling in response to pinching and DBC application. This experiment was carried out in the Integrated Field Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Lampung from March to June 2021, with a randomized completely block design (RCBD) with 2 factors (pinching and DBC) and repeated four times. The results showed that pinching could reduce the increase of height of guava seedling. The combination of pinching with DBC could significantly increase the number of new emerging leaves, branches, and shoots as well as the length of new shoots. The leaf area on new emerging leaves was not affected by pinching and DBC factors. The application of DBC to non-pinched plants inhibited vegetative growth and precisely increased generative growth, as indicated by the increase of the number of flowers produced. The most recommended treatment to improve the vegetative growth of guava plant seedlings was a combination of pinching and KNO3 40 g L-1.Keywords: 'Crystal' guava, KNO3, vegetative growth, pinching, dormancy breaking chemicals. AbstrakPinching dan pemberian zat pemecah dormansi berpotensi untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi respon pertumbuhan bibit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) 'Kristal' terhadap perlakuan pinching dan pemberian zat pemecah dormansi (ZPD). Percobaan ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Maret hingga Juni 2021, dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial (pinching dan ZPD) yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik pinching dapat menurunkan pertambahan tinggi tanaman jambu. Namun hal ini justru dapat memperbaiki pertumbuhan bibit jambu. Kombinasi pinching dengan ZPD dapat meningkatkan jumlah daun, cabang, dan tunas baru serta panjang tunas baru secara signifikan. Luas daun baru tanaman jambu tidak dipengaruhi oleh faktor pinching dan ZPD. Pemberian ZPD pada tanaman yang tidak dipinching menghambat pertumbuhan vegetatif, sebaliknya meningkatkan pertumbuhaan generatif dengan indikator peningkatan jumlah bunga yang diproduksi. Perlakuan yang paling direkomendasikan untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif bibit tanaman jambu adalah kombinasi antara pinching dan KNO3 40 g L-1.Kata kunci: jambu biji ‘Kristal’, KNO3, pertumbuhan vegetatif, pinching, zat pemecah dormansi
Respons pertumbuhan biomassa bagian atas bibit kelapa sawit akibat pemberian kompos pelepah kelapa sawit, pupuk hayati, dan asam humat Mira Ariyanti; Esnakelga Bernadetha Keliat; Cucu Suherman; Santi Rosniawaty; Mochamad Arief Soleh
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.37975

Abstract

AbstrakPemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, tetapi penggunaan secara terus menerus menyebabkan dampak kurang baik bagi tanaman dan lingkungan pertanaman. Penelitian ini berkaitan dengan pentingnya penggunaan pupuk organik dalam mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respons pertumbuhan biomassa bagian atas bibit kelapa sawit akibat pemberian kompos pelepah kelapa sawit yang dikombinasikan dengan pupuk hayati dan asam humat. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan Januari – Juli 2020. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan, yaitu (A) 10 g pupuk anorganik, (B) 10 g pupuk hayati, (C) 25 mL asam humat, (D) 800 g kompos pelepah kelapa sawit + 5 g pupuk hayati, (E) 800 g kompos pelepah kelapa sawit + 10 g pupuk hayati, (F) 800 g kompos pelepah kelapa sawit + 25 mL asam humat, (G) 1600 g kompos pelepah kelapa sawit + 5 g pupuk hayati, (H) 1600 g kompos pelepah kelapa sawit + 10 g pupuk hayati, (I) 1600 g kompos pelepah kelapa sawit + 25 mL asam humat. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan pemberian 1600 g kompos pelepah kelapa sawit yang dikombinasikan dengan 10 g pupuk hayati mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit, lilit batang, dan kandungan klorofil daun berturut-turut sebesar 62,67%, 25,88% dan  24,30% pada enam bulan setelah perlakuan.Kata Kunci: bibit kelapa sawit, kompos pelepah kelapa sawit, pupuk hayati, asam humat AbstractThe application of inorganic fertilizer is able to improve the plant growth, however, its application continuously stimulate negatice impact for both plant and environment. This research relates to the importance of using organic fertilizers in reducing the use of inorganic fertilizers as a step towards realizing sustainable oil palm plantations. This research aimed to determine the growth response of upper biomass of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) seedlings due to application of oil palm frond compost, biofertilizer and humic acid. The experiment was conducted at Ciparanje Field of Experiment, Padjadjaran University, from January until July 2020. Experiment design used was randomized block design (RDB) with nine treatments and each treatment was replicated three times. The treatments consisted of (A) 10 g inorganic fertilizer, (B) 10 g biofertilizer, (C) 25 mL humic acid, (D) 800 g oil palm frond compost and 5 g biofertilizer, (E) 800 g oil palm frond compost and 10 g biofertilizer, (F) 800 g oil palm frond compost and 25 mL humic acid, (G) 1600 g oil palm frond compost and 5 g biofertilizer, (H) 1600 g oil palm frond compost and 10 g biofertilizer, (I) 1600 g oil palm frond compost and 25 mL humic acid. The results of this research showed that combination of 1600 g oil palm frond compost and 10 g biofertilizer was able to increase plant height up to 62.67 %, the stem diameter up to 25.95 % and increased chlorophyll content up to 24.30 % at 6 months after treatment.Keywords: oil palm seedling, oil palm frond compost, biofertilizer, humic acid
Korelasi hasil padi sawah dengan sulfur tersedia dan sifat kimia tanah sawah Purwandaru Widyasunu; Rosi Widarawati
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.36762

Abstract

ABSTRAKPemberian belerang dapat digunakan untuk mengatur sifat kimia tanah sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) distribusi unsur hara S tanah di lahan sawah yang digunakan untuk budidaya tanaman padi sawah, (2) sifat kimia tanah meliputi pH H2O, pH KCl, Potensial redoks dan DHL (Daya Hantar Listrik) pada lahan sawah, (3) hubungan S-tersedia, sifat kimia tanah, dengan hasil tanaman. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Sub DAS Serayu Hilir Wilayah Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap dengan ketinggian tempat 8 m dpl dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman pada Juni hingga September 2021. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada tingkat semi detail dengan skala 1: 50.000. Peta satuan lahan (SLH) dibuat dengan cara tumpang susun (overlay) peta administrasi, peta kelerengan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan kecamatan Maos. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit dilokasi penelitian. Sampel tanah diambil pada kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm secara acak (zigzag). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa 3,5% hasil tanaman padi di lahan sawah dipengaruhi oleh S-tersedia tanah, 4,3% oleh pH H2O tanah, 11,6% oleh DHL, dan 21,2% oleh potensial redoks. Pada kedalaman 0 – 25 cm, pH KCl dan pH H2O memiliki korelasi signifikan dengan potensial redoks, sementara potensial redoks memiliki korelasi signifikan dengan hasil tanaman. Pada kedalaman 0 – 50 cm, pH KCl dan pH H2O memiliki korelasi signifikan dengan S-tersedia, sementara pH H2O dan S-tersedia memiliki korelasi signifikan dengan hasil tanaman.Kata kunci: Maos, Padi Sawah, Belerang, Sifat Kimia Tanah ABSTRACTSulfur can be used to regulate the chemical properties of paddy soil. This study aims to determine: (1) the distribution of soil sulfur nutrient in lowland paddy fields, (2) soil chemical properties including pH H2O, pH KCl, redox potential, and electrical conductivity) in lowland paddy fields, (3) relationship between sulfur (S)-available, soil chemical properties, and crop yields. The research was carried out in lowland paddy fields in the Serayu Hilir Sub-watershed, Maos District, Cilacap Regency with an altitude of 8 m asl and the Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University from June to September 2021. This research was conducted using a survey method at the semi-detail level on a scale of 1: 50,000. The land unit map was made by overlaying administrative maps, slope maps, soil type maps and land use maps of the Maos sub-district. Soil sampling was carried out in a composite way at the research location. Soil samples were taken at a depth of 0-25 cm and 25-50 cm randomly (zigzag). The result of correlation analysis showed that 3.5% of rice yields in lowland paddy fields were affected by soil S-available, 4.3% by soil pH H2O, 11.6% by electrical conductivity, and 21.2% by redox potential. At a depth of 0 – 25 cm, pH KCl and pH H2O had a significant correlation with redox potential, while redox potential had a significant correlation with plant yields. At a depth of 0 – 50 cm, pH KCl and pH H2O had a significant correlation with  S-available, while pH H2O and S-available had a significant correlation with plant yields.Keywords: Maos, Lowland Paddy, Sulfur, Soil Chemical Properties
A review of the role of pollination on the yield of cocoa plant Dani Dani; Dewi Nur Rokhmah
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.41513

Abstract

AbstractYield of cocoa (Theobroma cacao L.) plant, in form of cocoa seeds, is produced through the process of sexual reproduction. Pollination plays an important role in the successful formation of cocoa fruit and seeds. In addition, number of ovules per ovary, degree of self-incompatibility, and xenia effect are also affected the final yield. Those characters are determined by genetic factors. Cocoa flowers that are not pollinated fall within 24 hours and fail to develop into fruits and seeds. Pollination intensity up to a certain level showed a significant effect on increasing the percentage of fruit formation and the number of seeds per fruit. The role of pollinating insects, especially from the Ceratopogonidae family, is very important in dispersing pollen grains, allowing the natural pollination process to be occurred.Keywords: fertilization, xenia, meta-xenia, pollinator. AbstrakHasil tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah berupa biji yang dihasilkan melalui proses reproduksi seksual. Polinasi memegang peranan penting dalam keberhasilan pembentukan buah dan biji tanaman kakao. Selain itu, hasil akhir tanaman kakao juga dipengaruhi oleh karakter jumlah ovul per ovarium, tingkat inkompatibilitas sendiri, dan efek xenia. Karakter-karakter tersebut dikendalikan secara genetik. Bunga kakao yang tidak diserbuki akan gugur dalam waktu 24 jam dan gagal berkembang menjadi buah dan biji. Intensitas polinasi hingga level tertentu menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan persentase pembentukan buah dan jumlah biji per buah. Peran serangga penyerbuk, terutama dari famili Ceratopogonidae, sangat penting dalam menyebarkan polen sehingga proses polinasi secara alami dapat terjadi.Kata Kunci: pembuahan, xenia, meta-xenia, polinator