cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Proceedings Education and Language International Conference
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
REPRESENTASI IDENTITAS BUDAYA DALAM ETIKA BERBAHASA (STUDI KASUS MASYARAKAT BIMA) Nursyahidah Nursyahidah
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahasa dan budaya merupakan dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa dan budaya berkaitan erat dengan cara berpikir, cara berprilaku, dan pengaruh prilaku orang lain. Penggunaan bahasa adalah penguatan dari budaya itu sendiri. Budaya bersifat dinamis, tidak menutup kemungkinan terhegemoni oleh budaya lain. Artinya, budaya itu akan berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Seperti dalam hipotesis Sapir-Whof adalah sebuah pernyataan dalam teori linguistik relativitas yang menyatakan bahwa ada hubungan kuat antara bahasa dan budaya dan pikiran seorang penutur. Kondisi dan kebudayaan seseorang sangat mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, seperti penggunaan kata “santabeta, ndaimu, ndaiku, ita, mada, nggomi, nahu dalam etika berbahasa budaya Bima. Etika berbahasa berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh sebab itu, tujuan dilakukannya penulisan ini ialah untuk mengetahui bagaimana etika berbahasa dalam budaya Bima dan bagaimana penggunaannya dalam bertutur (interaksi). Dalam etika berbahasa ini antara lain akan mengatur (a) apa yang harus dikatakana pada waktu dan keadaan tertentu kepada seseorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; (b) ragam bahasa apa yang paling wajar digunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu; (c) kapan dan bagaimana digunakan menggunakan giliran berbicara, dan menyela pembicaraan orang lain; (d) kapan harus diam; (e) bagaimana kualitas suara dan sikap dan fisik di dalam berbicara itu. Dengan demikian, kata sapaan seperti “santabeta, ita, mada (sapaan untuk orang yang lebih tua), ndaimu, ndaiku (sapaan untuk teman sebaya), nggomi, nahu (sapaan untuk orang yang lebih muda)” dalam bahasa dan budaya Bima tersebut perlu dibahas lebih dalam dan ini merupakan bagian kajian linguisti dan budaya, agar budaya lain tahu bagaimana etika berbahasa dalam budaya Bima. Bahasa Bima sebagai salah satu bagaian dari kebudayaan yang ada di Indonesia juga perlu diaktualisasi dan menunjukkan eksistensi agar daerah lain bisa mengetahui dan mengaplikasikan bagaimana etika berbahasa dalam budaya Mbojo (Bima).Kata Kunci: Bahasa, Etika Berbahasa, Budaya
IDIOSINKRASI BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MODERN Ratnatul Faizah
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada umumnya bahasa Indonesia memiliki empat fungsi yaitu sebagai bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi, dan sebagai bahasa persatuan. Hal itu juga disebutkan pada kalimat sumpah pemuda yang menyatakan bahwa menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Lalu bahasa Indonesia seperti apa yang dimaksudkan, apakah bahasa Indonesia yang baik dan benar yang penggunaanya hanya pada situasi sangat formal? Atau apakah bahasa Indonesia yang digunakan oleh masyarakat sekarang? Pada perkembagan bahasa di dunia, pihak-pihak tertentu menginginkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional.  Ketika bahasa Indonesia dipergunakan oleh beberapa negara di dunia sebagai bahasa kedua atau sebagai bahasa asing, apakah kita merasa bangga dengan hal itu? Kenyataan seperti ini menarik untuk diteliti karena perkembangan bahasa Indonesia bervariasi di tengah-tengah masyarakat. Kreativitas penutur, baik secara individu maupun komunitas menjadi salah satu penyebabnya. Menelisik perkembangan bahasa Indonesia yang berkembang di masyarakat terdapat bentuk idiosinkrasi dalam penggunaan bahasa Indonesia, yaitu bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah, misalkan nyapu, mengkonsumsi. Terdapat kosakata-kosakata baru terbentuk pada komunitas-komunitas tertentu, namun penggunaannya digunakan pada masyarakan umum, misalkan metong ‘mati’, kepo ‘ingin tahu’. Masyarakat penutur tidak memerdulikan tepat atau tidak kata yang digunakan, misalkan bank BRI, no PIN. Menyelipkan dan menggunakan berbagai kata asing dalam berbahasa Indonesia walaupun maknanya sama seperti downloatin, ngeprint. Kata kunci : idiosinkrasi, bahasa, masyarakat
EMPOWERING THE CHARACTER EDUCATION FOR INDONESIAN PEOPLE IN FACING ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Sri Wahyuningsih
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper mainly describes the importance of empowering the character education for Indonesian people in order to face Asean Economic Community (AEC). Nowadays, the Indonesian citizens have played a dominant role in meeting the Asean Community. Indeed, they will be the actors participating and implementing a number of public policies in Indonesia. As a matter of fact, AEC is the realization of the end goal of economic integration to deepen and broaden the economic integration through existing and new strategies using the principles of an open, inclusive and market-driven economy. Considering this, the existence of AEC can be both an opportunity and challenge for the Asean countries including Indonesia. The opportunity of AEC is it can be a single market and its productions will be more dynamic and accessible. On the other hand, Indonesia should have good preparations and numerous strategies to achieve the goal of AEC. Those strategies cover accelerating the regional integration in the main sectors, facilitating skilled labor and talents, fostering the nationality among Indonesian people, and etc. In accordance with the enforcement of nationality among Indonesian people, it is necessary to empower the character education for the Indonesian people since at an early age considering the values of character among teenagers have been lost. The implementation of the character education done within the family, school and community is considerably effective to enhance the Asean Economic Community in line with the principles of global citizenship.Keywords: Asean Economic Community, Character Education, Indonesian People
A SPEECH ACT ANALYSIS OF DIRECT UTTERANCES ON SHORT STORY THE LOST “BEAUTIFULNESS”IN ORDER TO UNDERSTAND COMMUNICATION TOWARD LANGUAGE Satiul Komariah
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aimed to investigate: (1) the form of direct sentences on short story entitled The Lost “Beautifulness”, (2) analyzing the purpose of the direct utterances in the short story in order to understand the communication toward language, (3) show the kind of direct utterances as a part of language utterances in short story The Lost “Beautifulness”. The object used in this research are direct utterances which is smallest unit of speech on short story The Lost “Beautifulness”. The data were collected by observation method. The writer selecting the direct utterances which can be found in the short story. The results of the research showed that: (1) form of the direct utterances are divided into three; declarative, interrogative and imperative sentence; (2) purposes of the utterances depend on the four factors; locution, illocution, perlocution and social context; (3) kinds of speech acts are divided into 7:  assertive, performative, verdictive, expressive, directive, commisive and phatic utterances.Keywords: Speech act, Direct Utterance, Short Story
STUDENTS’ SELF-ASSESSMENT ON THEIR SPOKEN INTERACTION USING CEFR Asdar Asdar
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment is one of the important parts in the teaching and learning process. For many students, assessment is something done to them by their teachers. But, students have to be involved in every assessment. Sometimes spoken interaction is scored by teachers but because of the limited time, teachers can ask students to assess their own spoken interaction. However, assessment conducted by the students still has many weaknesses even it is not trusted. This research studied about the students’ self assessment on their spoken interaction using CEFR. The researcher employed three instruments; self-assessment, a questionnaire, and open-ended questions. The participants of this study were 30 student teachers. The researcher gave the self-assessment form, a questionnaire and open-ended questions to them. The self-assessment form was used to find out their spoken interaction data while the questionnaire was used to find out their attitude toward self-assessment and open-ended questions were given to support their attitude toward self-assessment. It can be concluded that students’ self-assessment results were not too bad for new students and also they had good attitude toward self-assessment. Keywords: assessment, spoken interaction, speaking, attitude, self-confident
THE COMPARISON OF THINK TALK WRITE AND THINK PAIR SHARE WITH TALKING STICK VIEWED FROM STUDENTS' INDEPENDENT LEARNING EIGHTH GRADE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL Doni Susanto; Mardiyana Mardiyana; Dewi Retno Sari Saputro
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was a quasi-experimental research with 2×3 factorial design. It aimed to determine the learning model between Think Talk Write with Talking Stick (TTW-TS) and Think Pair Share with Talking Stick (TPS-TS) that gave the best achievement on mathematics subject viewed from students' independent learning. The population of this research were all of Junior High School students at the 8th grade in Ngawi Regency, East Java, Indonesia in academic year 2016/2017 which applied KTSP curriculum. The sample was taken by using stratified cluster random sampling. The data were collected by using methods of documentation, students' independent learning questionnaires, and mathematics achievement test. Data analysis technique used two ways analysis of variance (ANOVA) with unequal cell. According to the research findings, it could be concluded that: (1) students' mathematics achievement which were taught by using TTW-TS is as good as students' mathematics achievement which were taught by using TPS-TS in relation and function material, (2) mathematics achievement of students with high independent learning is better than students with medium and low independent learning, and mathematics achievement of students with medium independent learning is as good as students with low independent learning in relation and function material, (3) in each learning model, mathematics achievement of students with high independent learning is better than students with medium and low independent learning, and mathematics achievement of students with medium independent learning is as good as students with low independent learning in relation and function material (4) in each category of high and medium independent learning, student’s mathematics achievement which were taught by using TTW-TS is better than student’s mathematics achievement which were taught by using TPS-TS and in low independent learning student’s mathematics achievement which were taught by using TTW-TS is as good as student’s mathematics achievement which were taught by using TPS-TS in relation and function material. Keywords: Think talk write, think pair share, talking stick, independent learning, relation and function
PEDOMAN PELAFALAN BAKU BAHASA INDONESIA DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA ATAU BAHASA ASING Ilmatus Sa’diyah; Izhatullaili Izhatullaili
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengajaran bahasa Indonesia bagi pemelajar asing tidak dilengkapi dengan pedoman pelafalan baku bahasa Indonesia sebagai penunjang atau pedoman wajib. Selama ini, pembelajaran hanya mengacu pada buku yang diberikan oleh pusat bahasa sesuai dengan tingkat para pemelajar (tingkat A1 hingga C2). Selain itu, pembelajaran untuk penutur bahasa asing (BIPA) juga hanya ditunjang dengan pedoman bahasa tulis seperti kamus bahasa Indonesia dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang kini telah berubah menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Hal tersebut dapat mengurangi keefektifan selama pembelajaran dan meningkatkan faktor ketidaksamaan lafal pada tiap-tiap pengajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pedoman pelafalan baku bahasa Indonesia untuk pemelajar asing  bahasa Indonesia dan mendeskripsikan kualitas dan keefektifan pedoman tersebut. Pedoman pelafalan baku bahasa Indonesia dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan Fenrich yang terdiri atas beberapa fase, yaitu penganalisisan, perencanaan, perancangan, pengembangan, dan pengimplementasian. Setelah dikembangkan, pedoman pelafalan baku bahasa Indonesia memberikan keefektifan selama pembelajaran sebagai media pembelajaran. Pembelajar semakin memahami materi dan mempermudah proses belajar pada tahap pemula (beginner) terutama pada materi keterampilan menyimak dan pelafalan huruf-huruf bahasa Indonesia. Selain itu, pedoman pelafalan baku bahasa Indonesia dengan media audiovisual dapat digunakan sebagai Lafal Yang Disempurnakan (LYD). Kata Kunci: pedoman pelafalan, bahasa Indonesia, LYD, penutur asing, audio visual
“SHE DON’T STUDY. SHE RUNNING AND WALKING”: ENGLISH AS A MEANS OF COMMUNICATION BETWEEN THAI TEACHERS AND FOREIGN TEACHERS IN THAILAND Chory Trisa Yuanilasari; Nailah Sa’diyatul Fitriah
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teachers in Southern Thailand, especially in Miftahudeen School, Na Thawee, Songkhla, Southern Thailand, communicate with various languages; Thai language, Malay, and English. English as an International language becomes first priority of communication everywhere and every time, unlimited to different background of the speakers. In this case, English is used as a bridge to cummunicate between the Thai teachers and the foreign teachers at Miftahuddeen School.  However, since English is used by minority of people in Thailand, they tend to apply their native language (L1) structure and rule, Thai language, to English as the target language (L2). By this, somehow they have their own rule and pattern in producing English utterances becoming different English spokenby Thai people, such as English prosody, grammatical rule, pronunciation, and vocabularies they use. Therefore, the researchers tended to observe how English was spoken by Thai teachers considered asunique English in global communication and the effects of their English in oral communication with foreigners. The data were taken from the recorded daily conversation between an Indonesian Teacher and two female Thai Teachers of Miftahuddeen School who were able to speak in English for about three months. The researchers analyzed the data using qualitative descriptive method. From the analysis, the researchers are able to draw a conclusion that English used by Thai teachers was different from the Standard English. It was indicated from how they produced English utterances, pronunciation, and vocabularies which always involved their native language (L1). Keyword:  Thai-English, English as foreign language
STUDI KOMPARASI EMIK DAN ETIK MASYARAKAT TERHADAP MENJAMURNYA TAYANGAN DRAMA ASING DI INDONESIA: KAJIAN ANTROPOLOGI KONTEMPORER Rozali Jauhari Alfanani
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahasa  merupakan suatu hal yang telah membuat manusia menjadi makhluk istimewa.  Sejak lahir, setiap manusia telah dibekali dengan alat akuisisi bahasa yang sering diistilahkan dengan Language Acquisition Device (LAD). Selanjutnya, manusia membangun peradaban maupun mengekspresikan hidupnya menggunakan bahasa, sehingga pada intinya manusia tidak akan pernah terlepas dari bahasa. Berbicara mengenai bahasa dan komunikasi, maka hal tersebut tidak bisa juga dilepaskan dari konsep kebudayaan. Salah satu konsep kebudayaan yang dimaksud ialah yang tertuang dalam seni. Adapun seni yang lebih spesifik di sini yang terkait dengan dunia perfilman (drama layar kaca). Hal tersebut dikarenakan drama serial yang ditayangkan di layar kaca telah berkembang sedemikian rupa. Bahkan seni drama serial telah menjadi salah satu alat pengenalan dan penyebaran budaya oleh bangsa luar kepada bangsa lainnya, tidak terlepas kepada bangsa Indonesia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju, berkembang pula dunia perfilman di setiap negara, terutama negara India, Korea, Amerika Latin, Filipina, dan Turki. Seperti yang terlihat, belakangan ini sekitar tahun 2014 sampai sekarang, banyak drama-drama India, Korea, Amerika Latin, Filipina, dan Turki yang sedang marak di layar kaca Indonesia. Dalam hal ini, karena semakin maraknya drama-drama luar, maka banyak sekali pengaruh yang ditimbulkan drama-drama tersebut kepada masyarakat Indonesia terutama para remaja. Tidak disangka dari drama tersebutlah budaya asing jadi semakin dikenal oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dianggap penting untuk melakukan kajian tentang persepsi masyarakat terkait menjamurnya drama asing di Indonesia sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan masyarakat. Wawasan yang dimaksud berkaitan dengan komponen-komponen emik dan etik mengenai persepsi masyarakat tersebut. Kata kunci: komparasi, emik dan etik, drama asing, antropologi kontemporer
PENGAJARAN BIPA DAN TES UKBI DALAM UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Wijang Iswara Mukti; Andayani Andayani; Nugraheni Eko Wardani
Proceedings Education and Language International Conference Vol 1, No 1 (2017): Proceedings of Education and Language International Conference
Publisher : Proceedings Education and Language International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Interaksi antar anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dalam sebuah pasar tunggal dikhawatirkan dapat membawa dampak negatif pada berbagai bidang termasuk pengakuan terhadap eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia sebagai identitas dan pemersatu bangsa harus terus dijaga eksistensinya. Saat ini pemerintah tampak belum mantab melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan dalam upaya menjaga eksisensi bahasa Indonesia di era MEA. Di sisi lain, kehadiran MEA mambawa daya tarik tersendiri bagi warga negara asing untuk menjalankan bisnis dan investasi di Indonesia. Hal ini membuka peluang bagi bahasa Indonesia untuk bisa diajarkan kepada masyarakat internasional sekaligus membuka peluang bagi bahasa Indonesia untuk bisa dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam integrasi MEA. Pemerintah melalui Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa perlu memantabkan lagi kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan. Peningkatan kualitas program Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi upaya strategis yang dapat dilakukan pemerintah. Sebagai pendukungnya, sertifikasi Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) bagi warga negara asing yang berkepentingan di Indonesia wajib diberlakukan. Kata Kunci: Pengajaran BIPA, UKBI, MEA, eksistensi bahasa Indonesia

Page 3 of 11 | Total Record : 110