Articles
168 Documents
Sayap Selatan Elang Jawa: Ekspresi Identitas Fanatisme BCS PSS Sleman
Lubabun Ni'am;
Wisnu Prasetya Utomo
Jurnal Studi Pemuda Vol 2, No 2 (2013): Pemuda, Identitas, dan Pertarungan Ekspresi
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.32047
Artikel ini menceritakan tentang sepakbola tidak bisa dilepaskan dari suporter, dalam kasus Persatuan Sepakbola Sleman (PSS) terdapat dua wajah dan sayap pendukungnya yang melakukan pertarungan. Wajah hijau “Slemania” mewakili sayap suporter lama yang dianggap konservatif dan wajah hitam “Brigata Curva Sud” mewakili sayap suppoter baru yang dianggap progresif daripada pendahulunya. Keduanya sama-sama berada di belakang gawang utara dan selatan, menyuarakan dukungan untuk tim sepakbola yang sama pula. Pertarungan identitas dan ruang keduanya tidak sekedar hanya terlihat saat digelarnya pertadingan. Pertarungan identitas dan ruang terus berjalan di arena publik lain seperti di kampung-kampung pendukungnya. Mereka tak hanya menyuarakan fanatisme tapi juga perbedaan identitas yang berbeda.Kata Kunci: Sepakbola, Suporter, Fanatisme, Pertarungan Identitas dan Ruang,
Fenomena Seksualitas Anak Muda (Studi Kasus tentang Dispensasi Kawin pada Pos Bantuan Hukum Pengadilan Agama di Sleman, Yogyakarta)
Abdul Jalil
Jurnal Studi Pemuda Vol 3, No 1 (2014): EDISI KHUSUS: Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Anak Muda
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.32038
Artikel ini mencoba menganalisis angka permohonan Dispensasi Kawin (DK) pada Pengadilan Agama (PA) di Kabupaten/Kota se D.I Yogyakarta yang selalu meningkat.Undang-Undang No.1 Tahun 1974 mengamanatkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak laki-laki sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun, sementara penyuluhan yang digalakkan terutama bagi penggerak dan pegiat Keluarga Sejahtera telah mensosialisasikan atas pendewasaan usia perkawinan, yakni laki-laki 25 tahun dan perempuan minimal 21 tahun. Dalam realitanya, ada kecenderungan banyak yang melakukan perkawinan di bawah usia tersebut. Tulisan ini hendak melihat faktor-faktor apa saja yang mendorong perkawinan usia muda dan bagaimana dampak yang dialami oleh mereka yang melangsungkan perkawinan saat usia muda.Kata kunci: dispensasi kawin, dampak, usia muda
Dinamika Pemuda Terkini
Argyo Demartoto
Jurnal Studi Pemuda Vol 1, No 2 (2012): Ragam Transisi Pemuda : Pengalaman Bertumbuh di Indonesia
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.32070
SIPKADES (Sistem Informasi Potensi Kreatif Desa) Merintis Institusi Menjadi Mandiri : Belajar Mengelola Potensi Desa Bersama Teman Muda
Gregorius Ragil Wibawanto
Jurnal Studi Pemuda Vol 4, No 2 (2015): PEMUDA DAN NEW ENTREPENEURSHIP
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.36818
Artikel ini bermaksud untuk mengurai pengalaman semasa belajar mengelola potensi desa bersama dengan teman – teman muda Brosot. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah participatory action research di mana peneliti berposisi sebagai partner dalam merefleksikan kondisi yang mengitari teman – teman muda di Brosot. Pendekatan teoretik dalam praktik tersebut berlandaskan perangkat pikir institutional entrepreneurship yang memandang aktivitas entrepreneurship memiliki relasi bolak – balik yang intens dengan kecenderungan institusional yang bersinggungan. Tujuan akhir dari keseluruhan kegiatan ini adalah sebuah karya bersama yang dapat meningkatkan partisipasi teman – teman muda dalam pengambilan keputusan di level desa sekaligus mempersiapkan alternatif-kreatif bagi masa depan mereka.
Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Anindita Dyah Sekarpuri
Jurnal Studi Pemuda Vol 3, No 2 (2014): EDISI KHUSUS: Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Anak Muda
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.32029
Remaja menjadi korban ketidakpahaman perilaku seksual berisiko di usia muda. Salah satu risikonya adalah kehamilan tidak diinginkan yang berakhir pada pernikahan dini. Berbagai studi dan laporan menyebutkan permasalahan remaja sangat mengkhawatirkan seperti; hubungan seksual, kasus HIV dan AIDS, serta narkoba. Ironisnya, sebagian kelompok remaja—utamanya remaja putus sekolah dan mereka yang berkebutuhan khusus, miskin dan tinggal di daerah tertinggal, terpencil serta perbatasan (galcitas)—juga merupakan kelompok rentan yang terpinggirkan dari program pemerintah. Pemerintah melalui Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang dikemas ulang menjadi program Generasi Berencana (GenRe) berupaya melakukan peningkatkan pengetahuan sikap perilaku (PSP) remaja tentang kesehatan reproduksi. Akan tetapi, keefektifan program PIK Remaja ini menjadi dipertanyakan karena masalah teknis dan keterjangkauannya bagi remaja. Penyusunan tulisan ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012. Tujuan umum analisisini adalah mempelajari inklusi saluran informasi KRR sebagai realisasi pemenuhan hak KRR. Tulisan ini juga menjadi rekomendasi kebijakan bagi berbagai elemen/stakeholder terkait kesehatan reproduksi secara holistik. Disimpulkan bahwa peran lembaga adat, lembaga agama dan lembaga swadaya masyarakat sangat strategis sebagai alat kontrol sosial dalam penyebarluasan informasi KRR.Kata kunci: Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)
Kolaborasi Menuju Resiliensi: Pengalaman Pemuda Ende dalam Pengurangan Risiko Bencana
Lubabun Ni'am;
Hendra Try Ardianto
Jurnal Studi Pemuda Vol 2, No 1 (2013): Pemuda Diantara Ruang Transisi
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.32052
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran pemuda dalam proses merancang-bangun sistem tanggap bencana yang khas dikembangkan komunitas dalam konteks pengurangan risiko bencana di Kelurahan Tanjung dan Kelurahan Paupanda. Peran tersebut dilihat dari segi proses maupun hasil dalam dinamika penanggulangan bencana di Ende. Temuan penelitian ini menempatkan pemuda dalam aktivitas pengorganisasian karena mereka merupakan bagian dari entitas yang ada dalam masyarakat. Mereka terlibat aksi-aksi pengurangan risiko bencana secara kolaboratif sesuai peranan yang tepat bagi mereka. Realitas bencana di Ende menandakan kaitan antara kerentanan lingkungan hidup warga, kebijakan yang dipaksakan dari atas, dan keterbatasan akses penghidupan warga secaraekonomi. Merespons kondisi ini, para pemuda menjadi inisiator untuk memfasilitasi dialog antara warga dengan para pengambil kebijakan. Dalam situasi dan kondisi demikian, maka pemuda dalam konteks kebencanaan tidak dapat dipisahkan sebagai entitas yang ada dalam masyarakat. Kerja pemuda juga tidak mungkin hanya dibaca sebagai heroisme kelompok dan kontribusinya dalam kehidupan komunitas, tetapi semua proses sosial itu berlangsung serta terjalin secara kolaboratif diantara pemuda dan seluruh komponen di dalam masyarakat.Kata kunci: pemuda, resiliensi, risiko, bencana.
Analisis Resepsi Pemain Terhadap Serial Video Game Grand Theft Auto
Haryo Pambuko Jiwandono
Jurnal Studi Pemuda Vol 4, No 1 (2015): PEMUDA KEWARGAAN DAN TIK
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (691.122 KB)
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.36730
Meskipun memiliki jumlah pemain yang tidak sedikit, video game di Indonesia belum mendapatkan atensi publik layaknya film atau program televisi. Masih banyak masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa video game hanya merupakan permainan anak-anak. Tidak sedikit pula yang memandang konten video game, yang memang sarat kekerasan, sebagai determinan utama perilaku menyimpang dalam masyarakat, terutama kaum muda.Tidak dapat dipungkiri bahwa konten kekerasan dalam video game merupakan hal yang lumrah saat ini. Pada hampir semua video game dapat ditemukan konten kekerasan dalam kadar ringan hingga berat sekali. Ini ditambah oleh fakta bahwa berbagai video game yang meraih kesuksesan baik oleh kritikus, secara finansial, ataupun keduanya didominasi oleh mereka yang sarat akan konten kekerasan. Meskipun konten kekerasan bukanlah determinan utama dalam menciptakan sebuah video game yang bermutu tinggi, terdapat indikasi bahwa konten kekerasan dalam video game memiliki daya tarik tinggi bagi para pemain.Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 terhadap lima pemuda dengan rentang usia 15 hingga 27 tahun mengenai pemaknaan mereka terhadap konten kekerasan dalam Grand Theft Auto V serta bagaimana mereka mereproduksi pesan yang diterima, mencoba memberi sudut pandang serta informasi baru terhadap video game dalam kaitannya dengan pemuda sebagai pemain, orangtua sebagai pengawas, dan negara sebagai pemberi regulasi.
Mengartikulasikan Relasi Musik dengan Radikalisme
Michael HB Raditya
Jurnal Studi Pemuda Vol 5, No 1 (2016): PEMUDA DAN RADIKALISME
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.37119
This article deals with relation between music and radicalism. In fact, religion and politics are more related with radicalism. In art perspective, visual art was more related with radicalism rather than music position—especially in Indonesia. In Indonesia music had minor relation with radicalism. According this fact, i would like to explore about music with radicalism with link with several songs, genres, and moda of production—especially relate with definition of radicalisme was rooted movement. The result that i got so far is songs, genres, and mode of production relate with counter-culture. Through counter-culture, radicalism movement that used by music can be running with a different portion, inter alia: change old system to new system, and deal with daily activity as a counter. This result made me more brightly to articulate that pathern and logic of radicalism not only about practical measured, but relate with ideology things.
Pencinta Alam Sebagai Bentuk Peran Pemuda Di Tengah Tantangan Kehidupan Kota
Jalu Lintang Yogiswara Anuraga
Jurnal Studi Pemuda Vol 5, No 2 (2016): Pemuda, Perlawanan, dan Inklusivitas
Publisher : Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/studipemudaugm.37946
The important role of youth as an agent of change in the society is questioned. Seeing the modern society that has new challenge which is the capitalist society culture impacts in alienation. The capitalist culture that occurs in urban society is considered as a change that gives impact at youth role and it becomes the dominant culture. Seeing this phenomena, this article will answer how youth do the counter culture toward the dominant culture. This dominant culture is seen as a culture that can alienate the youth from their surrounding and this will weaken the youth role in society. Counter culture is defined as a culture that can counter the dominant culture in the society. While alienantion is defined as someone’s clutter from certain thing that alienates him or her from himself or herself, others, or the surrounding where she or he lives like in fromm concept. This article will present the life pattern of nature lovers. This article will begin by describing the life of nature lovers from how it is formed, the daily life of nature lovers and their value or view as a form counter culture toward the dominant culture which is the capitalist culture that alienates youth from their environment. This article is written based on descriptive analysis of interview, observation, and literature review in nature lovers organisation in university level which is often called Mapala.