cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
Manuskripta
ISSN : 22525343     EISSN : 23557605     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
MANUSKRIPTA is a scholarly journal published by the Indonesian Association for Nusantara manuscripts or Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) in collaboration with National Library of Indonesia. It focuses to publish research-based articles on the study of Indonesian and Southeast Asian (Nusantara) manuscripts. MANUSKRIPTA aims to preserve and explore the diversity of Nusantara manuscripts, and communicate their localities to the global academic discourse. The journal spirit is to provide students, researchers, scholars, librarians, collectors, and everyone who is interested in Nusantara manuscripts, information of current research on Nusantara manuscripts. We welcome contributions both in Bahasa and English relating to manuscript preservation or philological, codicological, and paleographical studies. All papers will be peer-reviewed to meet a highest standard of scholarship.
Arjuna Subject : -
Articles 157 Documents
Naskah-naskah Moloku Kie Raha: Suatu Tinjauan Umum Titik Pudjiastuti
Manuskripta Vol 6 No 1 (2016): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7456.994 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v6i1.62

Abstract

Moloku Kie Raha is a term used for referring the four local authorities in Maluku that known as Kolano: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. As a key region in the shipping lanes during the "Silk Road" era, the presence of immigrants (Javanese, Chinese, Arab, and European) in the 14-17 centuries who brought their cultures and languages and interacted with local culture had established the local written culture. The scribe of the the Ternate sultanate said that since the past the palace also served as the scriptorium, which is where the hikayat, treaty, political documents, genealogy, and folklore which are associated with the sultanate, was written. This article is the result of codicological research that examines the physical manuscript as a focus. This research has inventoried the existence of 67 manuscripts of 12 owners that have been successfully recorded and digitized. When reading the content, the manuscripts were written about Islamic doctrines, king's letter, sufism order, hikayat, genealogy, history, laws of inheritance, horoscope, and levo-levo (amulet) while they are written in the Arabic and Jawi scripts in Arabic and Malay languages. --- Moloku Kie Raha adalah istilah untuk menyebut empat penguasa daerah di Maluku yang disebut kolano: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Sebagai sebuah titik penting dalam jalur pelayaran pada zaman ‘jalur sutra’, kehadiran orang asing (Jawa, Cina, Arab, dan Eropa) pada abad ke-14-17 yang membawa budaya dan bahasanya serta berinteraksi dengan budaya lokal telah membentuk budaya tulis setempat. Juru tulis kesultanan Ternate menyebutkan, bahwa sejak masa lalu istana juga berfungsi sebagai skriptorium, yakni tempat hikayat, perjanjian, dokumen politik, silsilah dan cerita rakyat yang berhubungan dengan kesultanan ditulis. Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bersifat kodikologis dengan obyek kajian pada fisik naskahnya. Penelitian ini berhasil menelusuri keberadaan 67 naskah kuno dari 12 orang pemilik naskah yang berhasil didata dan didigitalkan. Ditilik dari isinya, naskah-naskah itu berisi tentang ajaran Islam, surat raja, tarekat, hikayat, silsilah, sejarah, hukum waris, primbon, dan levo-levo (ajimat) sedangkan teksnya ditulis dengan aksara Arab dan Jawi dalam bahasa Arab dan Melayu.
Potret Hukum Islam di Ranah Borneo Klasik Muhammad Nida' Fadlan
Manuskripta Vol 1 No 2 (2011): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.932 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v1i2.23

Abstract

Henri Chambert-Loir, "Beberapa Aspek Peradilan Agama Islam di Kesultanan Pontianak Tahun 1880-an" dalam Sultan, Pahlawan, dan Hakim, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), École française d'Extrême-Orient (EFEO), Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Pola Perjalanan Spiritual dalam Karya Sastra Jawa Abad XVIII melalui Naskah Jaka Slewah Wiwien Widyawati Rahayu
Manuskripta Vol 7 No 1 (2017): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.796 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v7i1.86

Abstract

Modern Javanese literature has taken a great deal of influence from colonial literature, and one genre that was widely written is journey tale. This genre was popularly written as novels. While the genre might seem new, journey tales exist in Classic Javanese literature. However, there are slight differences between journey tales of Modern Javanese literature and that of the Classics. This paper discusses the patterns of journey tales in Classic and Modern Javanese literature. The subject of this paper is the Jaka Slewah Corpus. By studying the corpus, it can be assumed that the patterns of Classic Javanese journey tales will be discovered. The paper will implement philology and translation theories in the early stages of the research due to the Jaka Slewah corpus’s nature as a manuscript, which calls for philological study before further actions. After the text have been transliterated and translated, it is then studied using semiotics to discover the patterns within. --- Salah satu genre cerita dalam kesustraan Jawa Modern, yang benyak mendapat pengaruh dari bangsa kolonial, yang banyak ditulis adalah kisah perjalanan. Genre ini cukup populer ditulis dalam bentuk novel. Namun sebenarnya, dalam sastra Jawa Klasik, juga sudah terdapat genre kisah perjalanan. Akan tetapi terdapat perbedaan antara kisah perjalanan dalam sastra Jawa Klasik dengan sastra Jawa Modern. Penelitian ini akan menguraikan pola perjalanan yang terdapat dalam karya sastra Jawa Klasik. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah korpus Jaka Slewah. Melalui penelitian terhadap korpus Jaka Slewah diasumsikan akan diketahui pola perjalanan yang ada di dalam sastra Jawa Klasik. Untuk membedahnya akan digunakan teori filologi dan teori terjemahan pada tahap awal, hal ini disebabkan korpus Jaka Slewah yang menjadi obyek penelitian merupakan manuskrip sehingga memerlukan tindakan filologis sebelum dikaji lebih lanjut. Setelah teks ditransliterasi dan diterjemahkan, kemudian teks dikaji dengan menggunakan teori semiotik untuk mengetahui bentuk atau pola kisah perjalanan yang ada di dalamnya.
Kitab Hadiyat al-Baṣīr fī Ma‘rifat al-Qadīr Sultan Muhammad ‘Aydrus al-Butuni: Purifikasi Teologi Islam di Kesultanan Buton Arrazy Hasyim
Manuskripta Vol 5 No 1 (2015): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3694.375 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v5i1.36

Abstract

Research on intellectual figures in the archipelago has not been recorded properly. One of them is the study of Sultan Muhammad ‘Aydrus, a reformer in Buton, the author of Hadiyat al-Baṣīr fī Ma‘rifat al-Qadīr. This article describes the roles of the theological works of Muhammad ‘Aydrus within Islamic tradition in Buton. The primary source of this article is the manuscript of Hadiyat al-Baṣīr fī Ma‘rifat al-Qadīr. The article concludes that the text Hadiyat al-Baṣīr has a role in the purification of Islamic theology in the Sultanate of Buton, especially trust ‘legacy’ of the reincarnated spirits of the dead. However, the concept of the purification is very different when compared with the puritanical Padri movement in Minangkabau. Muhammad ‘Aydrus’ purification concepts is more polite because he makes the educational process as a method. This text is one of the text used as teaching material in the educational process. --- Penelitian terhadap sosok tokoh-tokoh intelektual di Nusantara belum direkam secara baik. Salah satu diantara adalah penelitian tentang Sultan Muhammad ‘Aydrus, seorang pembaharu di Buton, penulis kitab Hadiyat al-Baṣīr fī Ma‘rifat al-Qadīr. Artikel ini menjelaskan peran-peran dari karya-karya teologis Muhammad ‘Aydrus dalam tradisi keislaman di Buton. Sumber primer artikel ini adalah naskah Hadiyat al-Baṣīr fī Ma‘rifat al-Qadīr. Artikel ini menyimpulkan bahwa teks Hadiyat al-Baṣīr ini berperan mempurifikasi teologi Islam di Kesultanan Buton, terutama kepercayaan ‘warisan’ mengenai reinkarnasi roh orang mati. Namun, purifikasi yang dilakukan sangat berbeda dengan gerakan Paderi di Minangkabau yang terkesan puritan. Purifikasi yang ditempuh Muhammad ‘Aydrus lebih bersifat santun karena ia menjadikan proses edukasi yang terbilang elegan sebagai sarana. Teks ini merupakan salah satu teks yang digunakan sebagai bahan ajar dalam proses edukasi tersebut.
Melacak Jaringan Raja-Raja Di Pulau Borneo, Sulawesi dan Sumatera (Studi Naskah Silsilah Raja-raja Mempawah) Luqman Abdul Jabbar
Manuskripta Vol 6 No 2 (2016): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1964.909 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v6i2.57

Abstract

Generally, this article explains about; fistly, manuscript Silsilah Raja-raja Mempawah or called SRM is the only manuscript who explains about name of Kings Mempawah with their titles and families. Secondly, it explains about manuscript condition that is good, the text can be red well although several letters are damaged by physical destructions such as eaten by termites or ripped off. In another side, the pages of this manuscript is intact. Thirdly, text editing of this manuscript aims to correct words or letters that does not fit the context of sentences. Fourthly, this manuscript is a ancient manuscript not only caused by its age, but also this manuscript is codex unicus that describe genealogy of kings and history of Mempawah figures. --- Secara umum artikel ini memuat tentang; pertama, naskah “Silsilah Raja-raja Mempawah” yang selanjutnya disebut SRM ini merupakan satu-satunya naskah yang memaparkan tentang nama beserta gelar leluhur dan turunan serta kerabat besar raja-raja Mempawah. Kedua, memaparkan kondisi naskah SRM yang relatif masih dalam keadaan baik, tulisannya masih dapat dibaca meski terdapat beberapa huruf yang mengalami kerusakan karena kerusakan fisik naskah yang diakibatkan termakan rayap atau robek ringan, sementara jumlah halaman pada naskah masih terlihat utuh. Ketiga, memaparkan bahwa suntingan teks dilakukan dengan mengadakan pembetulan pada kata atau huruf yang tidak sesuai dengan konteks kalimat. Keempat, memaparkan bahwa naskah ini adalah naskah yang luar biasa langka, tidak hanya dikarenakan usianya yang relatif telah sangat lama, namun adalah juga dikarenakan ia merupakan naskah tunggal serta yang terpenting lagi adalah ia mengandung paparan silsilah raja-raja, sejarah figur Mempawah di masa lalu.
Problematika Penelitian Filologi: Tinjauan dari Perspektif Edisi Teks dan Kajian Teks Istadiyantha Istadiyantha
Manuskripta Vol 1 No 2 (2011): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1241.171 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v1i2.18

Abstract

Philological work is used to pure the text by having criticism toward the text, and the textual criticism objective is to produce a text which is most equivalent with the source. The text which has been cleared from the error and has been reorganized as the original is a text which can be responsible as a source for many researches in other disciplinary knowledge. Some people regard that editing text is not a research. This assumption is not true because the text editing in the scope of philology must be based on the study using textual criticism method. The manuscript transliteration which is not through critical edition has many weaknesses. Due to the high possibility that the text purity cannot be proved scientifically, meaning that the text validity will be doubtful. Hence, any text analysis must be initially by a critical edition or philological study. The philological analysis through critical edition can be developed to the other form of analysis by using literal and multidisciplinary methods. It can be done after it has been known the content of the edited text previously. Therefore, the philological expert has much opportunity to understand any other relevant disciplinary and the philological science, since to understand the other relevant science in order that the text is appropriate to the recent context and the text is suitable with the text situation when the text is written, it can be separated from the other disciplinary science.
Indeksasi Digital Aksara Sunda Kuno: Studi Kasus pada Naskah Koleksi Skriptorium Kabuyutan Ciburuy Garut Rahmat Sopian; Aditya Pradana; Mamat Ruhimat
Manuskripta Vol 7 No 1 (2017): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1083.383 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v7i1.80

Abstract

The research of script on manuscripts (Sundanese manuscript) has long been done. One reason is because in philological work, the step of script description used for the study object is a mandatory. In almost every philological research, the section of script comparison used in the manuscript (which is used as the study object) with similar script that have been studied previously, must be found. The activity results in the revelation of the script uniqueness exists in the researched manuscript. Although these studies have contributed considerably to ease the reading of Sundanese script in other Old Sundanese manuscripts, there has not been much information on the causes of variations in Old Sundanese script. One cause is the disorganized data (the data is separated). In this paper, we will describe an application that we designed to do the indexing of Old Sundanese script. In this first stage, we use data from Old Sundanese manuscripts from Kabuyutan Ciburuy Garut. It is expected that the good and accessible digital indexation of the Old Sundanese script could be the first step to uncover the mystery of the variations of the characters in Old Sundanese manuscripts. --- Penelitian aksara pada naskah (naskah Sunda) sudah sejak lama dilakukan. Hal ini dikarenakan dalam langkah kerja filologi pendeskripsian aksara yang digunakan pada objek kajian merupakan sebuah keharusan. Hampir di setiap penelitian filologi pasti ditemukan subbab perbandingan aksara yang digunakan pada naskah (yang menjadi objek kajian) dengan aksara sejenis yang telah diteliti sebelumnya. Hasil dari kegiatan tersebut di antaranya terungkap hal-hal yang unik yang berkaitan dengan aksara yang hanya terdapat naskah tersebut. Meskipun Penelitian-penelitian tersebut telah banyak menyumbang dalam mempermudah pembacaan aksara Sunda Kuno pada naskah-naskah lainnya, namun masih belum banyak memberi keterangan terhadap penyebab terjadinya variasi pada aksara Sunda Kuno. Hal tersebut dikarenakan data tersebut masih belum diorganisir dengan baik (masih terpisah-pisah). Dalam makalah ini kami paparkan sebuah aplikasi yang kami rancang dapat melakukan indeksasi aksara Sunda Kuno. Pada tahap pertama ini kami menggunakan data dari naskah-naskah Sunda Kuno dari Kabuyutan Ciburuy Garut. Diharapkan setelah adanya indeksasi digital aksara Sunda Kuno yang baik dan mudah diakses, dapat menjadi langkah awal untuk mengungkap misteri dari variasi-variasi aksara yang ada pada naskah-naskah Sunda Kuno.
Pujangga (Kraton) Jawa Vs Agen dalam Pandangan Bordieu Arsanti Wulandari
Manuskripta Vol 7 No 2 (2017): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.803 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v7i2.94

Abstract

Generally, among the Javanese kingdom, there are poets who are employed specifically to produce texts or engage in the process of creating texts within the palace. These poets are the "hands" of the Kings to write down a story, advice or teachings that the King will pass on to his children or citizens. Furthermore, the texts produced are often anonymous. This indicates that writers and copywriters are still just behind the scenes. This paper will discuss the phenomenon and compare it with Bordieu's concept of agent concept which he thinks is highly influenced by habitus, capital, and strategy so that it affects the author's position and legitimacy of the results in the literary arena. This article makes the text SB 169: Babad Ngayogyakarta HB IV-V written by Tumenggung Sasra Adipura in 1869 and has been copied back in 1881 by Carik Sastra Pratama Nom, son of Patma Pratama, as the main corpus which comparated with Bordieu's concept. --- Pada umumnya, di kalangan kerajaan Jawa terdapat pujangga yang dipekerjakan khusus untuk memproduksi teks atau terlibat dalam proses penciptaan teks di lingkungan istana. Pujangga-pujangga inilah yang menjadi “tangan” para Raja untuk menuliskan sebuah cerita, nasehat atau ajaran yang akan disampaikan Raja kepada anak-anaknya ataupun warganya. Lebih lanjut, teks-teks yang dihasilkan seringkali anonim. Hal ini mengindikasikan penulis dan penyalin naskah masih sekedar berperan di belakang layar. Makalah ini akan membahas fenomena tersebut dan membandingkannya dengan konsep Bordieu tentang konsep agen yang menurutnya sangat dipengaruhi oleh habitus, modal, dan strategi sehingga berdampak pada posisi pengarang dan legitimasi hasilnya dalam arena sastra. Artikel ini menjadikan teks SB 169: Babad Ngayogyakarta HB IV-V yang ditulis oleh Tumenggung Sasra Adipura pada tahun 1869 dan telah disalin kembali pada tahun 1881 oleh Carik Sastra Pratama Nom anak dari Patma Pratama sebagai korpus yang dibandingkan dengan konsep Bordieu. Poets, Agent, Bordieu, King, Court, Babad Ngayogyakarta HB IV-V, Java.
Hikayat Nakhoda Asik Sapirin bin Usman, Hikayat Merpati Mas Muhammad Bakir Oman Fathurahman
Manuskripta Vol 1 No 1 (2011): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.009 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v1i1.13

Abstract

Henri Chambert-Loir (ed.), Hikayat Nakhoda Asik Sapirin bin Usman, Hikayat Merpati Mas Muhammad Bakir. Jakarta: Masup Jakarta, Ecole francaise d'Extreme-Orient, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2009, 335 hlm, ilustrasi. ISBN 978-979-1570-66-4
Suluk Iwak Telu Sirah Sanunggal: Dalam Naskah Syattariyah wa Muhammadiyah di Cirebon Mahrus eL-Mawa
Manuskripta Vol 6 No 1 (2016): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5101.761 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v6i1.73

Abstract

One of the characteristics of Syattariyah in Cirebon is the existence of a particular tarekat called “Syattariyah Muhammadiyah”. It results from the development of Syattariyah teachings in Indonesia in the 19th century, especially in the palace of Cirebon Sultanate. Through the text of “Syatariyah wa Muhammadiyah” (abbreviated SWM) which was written in pegon writing system in Javanese, Cirebonese dialect, its genealogy and teaching can be understood and then elaborated. One of the symbolisms reflecting the teaching of this tarekat is iwak telu sirah sanunggal. It is an illustration of three fish with single head. The head is at center and the three fish created a diamond look-alike logo, like in ‘Mitsubishi’ brand. The genealogy of teachers and students of Syattariyah Muhammadiyah in SWM is different from the genealogy of Syattariyah famously known in Java. Whilst in Java, this tarekat is taught through Abdul Muhyi Pamijahan, a student of Abdurrauf as-Singkili, in SWM it is through Abdullah bin Abdul Qahhar. --- Salah satu corak tarekat Syatariyah di Cirebon adalah “Syatariyah Muhammadiyah”. Corak tarekat Syatariyah itu merupakan salah satu pengembangan ajaran tarekat Syatariyah di Nusantara pada abad ke-19, terutama di lingkungan keraton Cirebon. Melalui naskah “Syatariyah wa Muhammadiyah” (SWM) di Cirebon, tarekat Syatariyah Muhammadiyah dapat dijelaskan silsilah dan ajaran-ajarannya. Naskah SWM berbahasa Jawa dialek Cirebon dalam aksara pegon. Di antara ajaran tarekat Syatariyah Muhammadiyah itu adalah suluk iwak telu sirah sanunggal (tiga ikan satu kepala). Sebuah ajaran suluk Syatariyah dari ilustrasi ikan dengan satu kepala dan tiga tubuh. Satu kepala berada di tengah dan tiga ikan itu membentuk seperti simbol tiga berlian dalam Mitsubishi. Silsilah guru dan murid dalam tarekat Syatariyah Muhammadiyah yang tertulis dalam teks SWM terdapat perbedaan dengan silsilah tarekat Syatariyah di Jawa yang dikenal selama ini. Silsilah itu melalui tokoh Abdullah bin Abdul Qahhar, berbeda dengan silsilah yang beredar selama ini, yaitu Abdul Muhyi Pamijahan murid dari Abdurrauf as-Singkili.

Page 6 of 16 | Total Record : 157