Gondang: Jurnal Seni dan Budaya
Gondang is a Journal of Art and Cultural for information and communication resources for academics, and observers of Art and Culture, Performing Arts, Educational Arts, Methodology of Art and Cultural. The published paper is the result of research, reflection, and actual critical study with respect to the themes of Art and Culture. All papers are peer-reviewed by at least two referees. The scope of Gondang is the Science of Art and Culture. Published twice a year (June and December) and first published for print edition in June 2017.
Articles
215 Documents
TRADISI UPACARA ADAT NGASA DALAM KONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT DUSUN JALAWASTU CISEURUH
Riska Dinda Permata;
Muhammad Iqbal Birsyada
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.27199
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejarah upacara adat Ngasa di Dusun Jalawastu: (2) Prosesi upacara adat Ngasa di Dusun Jalawastu: (3) Konstruksi sosial masyarakat dalam tradisi upacara adat Ngasa di Dusun Jalawastu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Ada dua jenis data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh melalui wawancara informan kunci serta data sekunder berupa kajian pustaka. Alat pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan berupa pengumpulan data sampai dengan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teori. Jumlah informan penelitian ini sebanyak tujuh orang yang terdiri dari perwakilan pemangku adat, juru kunci, sesepuh, jagabaya dan ketua RT setempat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Upacara adat Ngasa di Jalawastu dilakukan sebagai bentuk perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa: (2) Prosesi tradisi Ngasa di Jalawastu meliputi beberapa beberapa tahap yaitu mempersiapkan gunungan dari hasil panen sampai Ngasa di Pasarean Gedong: (3) Konstruksi sosial masyarakat terhadap tradisi Ngasa adalah sebagai wujud syukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa serta menjaga nafsu, menjaga ketertiban, menjaga ketertiban leluhur, gotong royong, saling menerima, dan mengikuti perintah leluhur.
Matematika dalam Seni: Barisan Fibonacci dan Golden Ratio Pada Lagu Hey Jude dari The Beatles
Maria Klara Amarilis Citra Sinta Dewi Tukan;
Wilfridus Beda Nuba Dosinaeng
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.31981
Golden ratio atau rasio emas sering diidentikkan dengan dengan suatu keindahan di alam. Karya-karya musik yang indah dan terkenal sering dipercaya mengandung golden ratio di dalam komposisi musiknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Barisan Fibonacci dan Golden Ratio pada lagu Hey Jude. Keindahan dari lagu yang dirilis pada tahun 1968 ini menjadikannya sangat populer di berbagai kalangan dari masa ke masa dan tetap dinyanyikan hingga sekarang. Penelitian diawali dengan melakukan studi literatur untuk memperdalam pemahaman konsep terkait materi penelitian. Selanjutnya, solmisasi lagu Hey Jude versi orisinal dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer. Analisis kemudian dilakukan pada interval nada-nada lagu Hey Jude untuk mengetahui persentase Nada Fibonacci dan ketepatan golden ratio pada lagu tersebut. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa lagu Hey Jude mengandung Barisan Fibonacci dan golden ratio di dalam susunan notasinya. Persentase total Nada Fibonacci dalam lagu Hey Jude yaitu sebesar dari total seluruh nada dengan bait kedelapan adalah bait yang paling banyak mengandung Nada Fibonacci yaitu sebesar 54.72%. Sedangkan dari sisi golden ratio, lagu Hey Jude memiliki ketepatan golden ratio yang tinggi yaitu sebesar 83.87%.
Perubahan Fungsi Musik Kolintang di Desa Lembean Minahasa Utara
Marlyn Brainy Girlie Windewani;
Zulkarnain Mistortoify
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.32100
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi musik kolintang yang ada di desa Lembean, Minahasa Utara. Penelitian ini berada di ranah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode partisipan observer, di mana peneliti turun langsung ke lapangan dan melakukan observasi, serta melakukan wawancara mendalam dengan para narasumber. Masyarakat di desa Lembean melakukan upacara ritual menggunakan tiga bilah kayu sebagai alat untuk ritual. Kemudian masuknya Kristen Protestan di desa Lembean, kolintang ini dianggap kafir oleh Gereja. Nelwan Katuuk seorang difabel memperkenalkan kembali Kolintang dengan memainkan lagu-lagu rohani pada sebuah acara pernikahan sehingga terbentuklah orkes kolintang. Banyak pemuda Desa Lembean tertarik untuk belajar memainkan kolintang sehingga membentuk grup kolintang legendaries yang bernama Kadoodan, dari situlah orkes kolintang bertransmutasi menjadi alat-alat kolintang. Setelah Kadoodan melalukan rekaman kaset maka masyarakat mulai mengapresiasi musik kolintang baik di Minahasa hingga ke Nusantara bahkan sampai keluar negeri. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu, perubahan fungsi musik kolintang di Desa Lembean, Minahasa Utara diawali dari fungsi ritual dan sekarang berubah menjadi musik rakyat.
Revitalisasi Tari Topeng Kemindu Kutai Kartanegara ing Martadipura Kalimantan Timur
Belinda Astriddana;
Nanik Sri Prihatini;
Aris Setiawan
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.32790
Penelitian ini bertujuan untuk membangkitkan kembali ketertarikan generasi muda sebagai warisan budaya lokal. Pengenalan budaya keraton kepada masyarakat adalah sebuah gebrakan dalam menggalakkan pariwisata sekaligus sebagai penjaga cagar budaya. Suatu pengorbanan dalam kesenian yang dilakukan Sultan ke-20, Sultan H. Adji Muhammad Salehuddin II untuk mendapatkan pengakuan keberadaan mahligai Kutai Kartanegara. Dengan memperbolehkan tarian klasik tari Topeng Kemindu untuk dibawakan oleh masyarakat di luar lingkungan keraton. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan yang tidak hanya membuat sesuatu yang baru, tetapi juga dapat memperbaiki seni tari yang hampir hilang sehingga memperoleh sintesis pengetahuan baru. Dengan melihat permasalahan mengenai kepentingan dan peran Tari Topeng Kemindu, penelitian ini menggunakan perspektif fungsionalisme. Perbedaan peran yang dimiliki Tari Topeng Kemindu dari masa ke masa mempunyai tujuan untuk mempertahankan budaya yang dimiliki Kedaton Kutai Kartanegara. Jejak akulturasi ini sudah bertahan selama kurang lebih 8 abad semenjak peninggalan hubungan diplomasi antara Kerajaan Kutai Kartanegara dengan Kerajaan Majapahit. Tidak heran jika banyak kemiripan motif gerak, musik, dan kostum yang digunakan dalam kesenian tersebut. Hasilnya, Tari Topeng Kemindu selalu ada dalam perhelatan masyarakat di dalam maupun luar keraton yang digelar oleh Sultan seperti Festival Erau, penobatan sultan, perayaan kelahiran di kalangan keluarga bangsawan dan dikenal sebagai pewaris budaya kerajaan Kutai Kartanegara.
Gaya Melodis Dan Makna Chanting Ritual Bulung-bulung Si Melias Gelar Pada Masyarakat Karo
Kumalo Tarigan
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.33396
Dalam kepercayaan animisme Karo ada berbagai nyanyian ritual. Salah satunya adalah rudang si melias gelar yang dapat diartikan sebagai kumpulan daun dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki nama baik. Lantunan nyanyian ritual ini dilakukan dalam raleng tendi, yaitu 'upacara pemanggilan roh manusia' dan dalam upacara penyembuhan lainnya. Lantunan ritual ini merupakan jenis nyanyian vokal solo tanpa iringan musik. Orang-orang yang hadir dalam upacara ritual atau untuk penyembuhan adalah dukun dan keluarga pasien. Untuk menjelaskan nyanyian ini dilakukan dengan pendekatan sistematis dalam studi etnomusikologis. Hasil analisis menunjukkan bahwa melodi rudang-rudang si melias gelar dilantunkan dengan melodi yang berdasarkan 3 atau 2-nada modal. Dalam kalimat lagu ini sering terdapat rengget atau melisma. Teksnya memiliki konten yang berguna untuk tujuan penyembuhan. Isi teks tersebut menyatakan bahwa ada beberapa tumbuhan bermanfaat yang menjadi simbol penunjang kehidupan manusia dalam masyarakat Karo. Hal ini sungguh dipercaya dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Disamping itu manusia dibimbing dalam menjalani kehidupan agar sehat, kuat, rukun, tabah, banyak keturunan dan kaya raya.
Pendidikan Seni Sanggar Teras Warna Di Kampung Kaliasin Surabaya
Fajar Nugroho Sakti;
Djuli Djatiprambudi;
I Nyoman Lodra
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.33078
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan (a) konsep pendidikan Sanggar Teras Warna Kampung Kaliasin Surabaya, (b) metode pendidikan seni Sanggar Teras Warna, (c) dampak pendidikan seni Sanggar Teras Warna Kampung Kaliasin Surabaya. Dalam penelitian, peneliti menggunakan pengumpulan data melalui observasi partisipatif, wawancara, wawancara semistruktural, dan dokumentasi. Adapun informan yang dibutuhkan peneliti meliputi pengurus Sanggar Teras Warna, owner atau pendiri, pengurus Sanggar, anak-anak Kampung Kaliasin dan warga Kelurahan Tegalsari. Hasil penelitian ini menemukan konsep pendidikan di Sanggar Teras Warna bertujuan mengembangkan potensi anak-anak Kampung Kaliasin melalui kegiatan-kegiatan yang telah di programkan. Sasaran dari kegiatan tersebut adalah anak-anak Kampung Kaliasin sendiri dimana anak-anak Kampung Kaliasin sendiri merupakan generasi penerus yang akan merubah kondisi kampung. Metode yang digunakan pada dasarnya adalah kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas yang kemudian menghasilkan produk berupa aktivitas event dari implementasi peserta belajar. Dampak yang terlihat dari proses kegiatan di Sanggar Teras Warna nantinya dapat mengurangi aktivitas-aktivitas yang bersifat negatif dari pengaruh luar Kampung Kaliasin
Siginyang Saluang Pauh dalam Menembus Perkampungan Seni di Kota Padang
Desmawardi Desmawardi;
Sriyanto Sriyanto;
Azzura Yenli Nazrita;
Mesy Andriana
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.31636
Saluang Pauh adalah salah satu bentuk alat musik tiup Minangkabau di kota Padang. Secara tradisi Saluang Pauh akan tampil dikala ada kaba yang akan diiringi. Artinya penampilan Saluang Pauh berfungsi sebagai pengiring kaba atau saluang tidak akan tampil secara tunggal. Kaba merupakan salah satu seni tutur mengisahkan berbagai pola kehidupan masyarakat Minangkabau. Siginyang Saluang Pauh terinspitasi dari imbauan Saluang Pauh sebelum masuk kaba. Garitiak dari melodi yang dilahirkan peniup Saluang Pauh seolah-olah menghimbau masyarakat Minangkabau agar menoleh ke belakang sebelum melanjutkan perjalanan sejauhmana berjalan dan jangan lupakan kampung halaman sesuai dengan falsafah Minangkabau “satinggi tinggi tabang bangau, jatuah ka kubangan juo”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai seni yang terdapat dalam pertunjuan Saluang Pauh dan mengkabarkan kepada anak negri sendiri agar dapat mencintai seni budaya sendiri agar jangan hilang ditelan masa serta menciptakan sebuah komposisi musik baru yang diproses dari jalinan melodi Saluang Pauh. Proses penelitian dan penciptaan Komposisi musik dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, validasi data dengan instrumen, penulisan struktur pertunjukan serta membuat notasi dasar beberapa irama Saluang Pauh dan notasi pengembangan. Penelitian Komposisi musik Siginyang Saluang Pauh menggunakan metode penelitian yang kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif Analitif, dengan tahapan (1) Observasi dan studi pustaka, (2) Riset ke lokasi di mana Saluang Pauh tumbuh dan berkembang. (3) Interpretasi dan eksperimentasi yang menghasilkan pola interpretasi penelitian ini dilakukan selama lebih kurang satu bulan.
APRESIASI ANAK USIA KOGNITIF PRAOPERASIONAL PADA PERTUNJUKAN LUDRUK VIRTUAL ARMADA
Elizabeth Suryani Ongko;
Setyo Yanuartuti;
I Nyoman Lodra
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.32250
Ludruk adalah sebuah kesenian dari Jawa Timur yang mencakup lagu, musik, gerak, tari, drama dan tata cahaya panggung yang seringkali menjadi wadah penyampaian aspirasi masyarakat. Adapun peneliti menggunakan ludruk sebagai objek penelitian karena ludruk sebagai kesenian daerah yang memiliki berbagai simbol tersirat di dalamnya dan menggunakan bahasa daerah sehari-hari yang mudah dipahami. Adanya fakta mengenai ludruk yang semakin tergerus dan tergantikan oleh kesenian lain yang berasal dari luar negeri membuat peneliti ingin mengenalkan ludruk sedini mungkin. Peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara serta studi literatur terhadap ludruk sebagai salah satu kesenian daerah, perkembangan kognitif dan artistik anak, musikologi dan psikomusikologi, serta kaitan antara warna dan usia praoperasional anak. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba untuk menganalisis apresiasi anak usia 6 tahun yang berada pada tahap kognitif praoperasional pada sebuah seni pertunjukkan ludruk yang disajikan secara virtual. Hasil yang didapat adalah anak mampu menangkap dan memahami simbol-simbol pada pertunjukkan ludruk, Selain itu, anak juga mengalami proses belajar memahami makna dibalik simbol dan perilaku tokoh kesenian. Anak mampu memberikan apresiasi terhadap sebuah pertunjukkan ludruk dan tidak terlepas dari aspek psikologi kognitif, aspek fisiologis, aspek afektif ataupun emosi, dan juga pengalaman musikalitas mereka sebagai individu.
MOTIF ITIK SEKAWAN MELAYU RIAU SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN UKIRAN KRIYA KAYU
Purwo Prihatin
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.34293
Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan sebuah karya seni yang idenya berasal dari bentuk motif itik sekawan yang berasal dari Melayu Riau. Motif Itik sekawan menjadi inspirasi dalam penciptaan ukiran kriya dengan media kayu ini disesuaikan dengan makna serta fungsi dengan situasi dan kondisi zamannya. Keberadaan motif itik sekawan tidak lepas dari pandangan hidup dan pola pikir masyarakat Melayu Riau sebagai kearifan lokal. Motif itik sekawan merupakan produk budaya sebagai warisan budaya lokal masyarakat Melayu Riau yang memiliki bentuk, fungsi dan makna dalam masyarakatnya. Melalui pendekatan metodelogis penciptaan karya seni kriya yaitu eksplorasi, perancangan dan perwujudan, maka dihasilkan karya seni yang memiliki nilai estetis, makna, fungsi serta memberikan pesan-pesan akan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya dan memberikan gambaran tentang kehidupan yang harmonis, kesetiakawanan, kegotong-royongan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara sekarang ini yang sedang menghadapi pandemi Covid 19
Strategi Pengembangan Bakat Siswa Menghadapi Kompetisi FLS2N Cabang Solo Gitar di SMAN 1 Bukitinggi
Supriando Supriando
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/gondang.v6i1.29695
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi yang digunakan oleh SMAN 1 Bukittinggi dalam pengembangan bakat peserta didiknya untuk menghadapi kompetisi FLS2N cabang solo gitar. Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat dan mengurai bagaimana SMAN 1 Bukittinggi sebagai satuan pendidikan melakukan pengembangan minat dan bakat siswanya bermain gitar untuk menghadapai kompetesi Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) cabang solo gitar. Penelitian menjelaskan strategi pengembangan minat bakat siswa pada aspek fasilitas praktikal untuk siswa yang berbakat, sistem seleksi terhadap siswa dan pelatih, sistem manajemen, serta aspek alokasi waktu yang diberikan oleh sekolah terhadap siswa untuk kegiatan ekstrakurikuler yang menunjang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menekankan pada aspek pengamatan terhadap objek penelitian dan lebih memperhatikan pada substansi objek penelitian yang diamati. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah ditemukan langkah-langkah konstruktif yang dibangun oleh sekolah dalam membina peserta didiknya untuk pengembangan prestasi non-akademik khususnya dalam menghadapi kompetisi FLS2N cabang solo gitar.