cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota jambi,
Jambi
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau
ISSN : 25034766     EISSN : 25978837     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal akuakulktur sungai dan danau merupakan jurnal ilmiah yang diperuntukkan untuk bidang ilmu perikanan budidaya khusus tema kajian perairan sungai dan danau. Jurnal ini memuat artikel ilmiah hasi-hasil penelitian lingkup bidang ilmu perikanan budidaya yang dapat bersumber dari para penulis dari berbagai instansi. Jurnal ini dibentuk oleh tim redaksi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Batanghari bersama dengan tim mitra bestari. Jurnal akuakultur sungai dan danau diterbitkan sebanyak 2 (dua) kali dalam satu tahun yakni pada bulan April dan Oktober setiap tahunnya.
Arjuna Subject : -
Articles 143 Documents
LAJU PERTUMBUHAN LARVA IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella) DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA Agung Nugroho; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.073 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i2.55

Abstract

Pertumbuhan suatu individu adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua fakor yaitu faktor intrinsik (dalam) dan ekstrinsik (luar). Faktor intrinsik meliputi sifat keturunan, umur/ukuran, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi sifat fisik dan kimiawi perairan serta komponen hayati seperti ketersediaan makanan dan kompetisi.Selain itu pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh padat penebaran. Padat penebaran merupakan satu diantara aspek budidaya yang perlu diketahui karena menentukan laju pertumbuhan, dan sebagai penunjang keberhasilan produksi hingga mencapai fase selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kepadatan optimal larva dilakukan penelitian mengenai padat tebar optimal dengan perlakuan 5 ekor/liter air, 10 ekor/liter air, 15/liter air, 20 ekor/liter air.  Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan 5 ekor/liter airmampu menghasilkan laju pertumbuhan harian sebesar 5.41%Kata kunci : Larva Koan, Kepadatan,Pertumbuhan
RESPON IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus B) DALAM WADAH JARING HAPA YANG DIBERI PAKAN KOMBINASI PELLET DAN USUS AYAM Syahrizal Syahrizal; Muhammad Sugihartono; Adri Jasa
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.385 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i2.56

Abstract

Pemberian pakan kombinasi pellet dan usus ayam terhadap ikan lele dumbo (Clarias gariepinus B) dalam wadah jaringan hapa dengan rancangan acak lengkap 4 perlakuan dan 3 ulangan untuk  perlakuan A : 100 % pellet, B : 75 % pellet dan 25 % usus ayam, C : 50 % pellet dan 50 % usus ayam dan D : 25 % pellet dan 75 % usus ayam. Berat dan panjang rata-rata ikan awal 24 gram dan 13,8 cm. Hasil penelitian  untuk pertumbuhan dan panjang ikan lele dumbo rata-rata  per ekor untuk perlakuan A 139,23 gram dan 14,47 cm. B :  168,33 gram dan 16,27 cm, C : 159,53 gram dan 15,90 cm dan D :  168,97 gram dan 16,60 cm. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo (Clarias gariepinus B) untuk semua perlakuan berkisar 95,33 – 97,33% dan Feed Convertion Ratio (FCR) dan Efisiensi Pakan (EP) berturut-turut yaitu 1,05 – 1,51 gram dan 66,58 – 94,98%. Keyword: Pakan Pelet dan Usus Ayam, Ikan Lele Dumbo AbstractGiving combination pellet and chicken intestine to African catfish (Clarias gariepinus B) in hapa  with a completely randomized design 4 treatments and 3 replications for treatment A  : 100% pellet, B: 75% pellet and 25% chicken intestine, C: 50% pellet and 50% chicken intestine and D: 25% pellets and 75% chicken intestines. The initial weight and length of the fish is 24 grams and 13.8 cm. The results of the study for the growth and length of individual fishes the African catfish were on average A treatment of 139.23 grams and 14.47 cm. B: 168.33 grams  and 16.27 cm, C: 159.53 grams and 15.90 cm and D: 168.97 grams and 16.60 cm. The survival rate of African catfish (Clarias gariepinus B) for all treatments ranged from 95.33 to 97.33% and Feed Convertion Ratio (FCR) and Feed Efficiency (EP) were 1.05 - 1.51 grams and 66,58 - 94,98%. Keyword: Feed Pellets and Chicken Intestines, African catfish
IDENTIFIKASI EKSTOPARASIT PADA IKAN PATIN (Pangasonodon hypopthalmus) Di Danau SIPIN KOTA JAMBI safratilofa safratilofa; Nur Rizki
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.534 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i2.58

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this study was to determine ectoparasites in “Patin” fish(Pangasionodonhypopthalmus) in Lake “Sipin”, Jambi City. Sampling of fish was done in the water out of the Lake “Sipin”, namely  “Buluran” area , Jambi city. Data was procedby descriptivelymethod. The analysis method was carried out by identification the fish samples conducted at the Fish Quarantine Station Parasite Laboratory, Quality Control and security and safety of Fishery ProductsJambi Class I. Patin organs examined were gills, fins and mucus. Based on microscopic observations found  thatonly one type of extoparasites, called Datylogyrussp found in its gills. ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ektoparasit pada ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) di danau Sipin Kota Jambi. Pengambilan sampel ikan pada tempat keluar air dari danau Sipin yaitu pada daerah Bluran kota Jambi. Metode pengolahan data dilakukan secara deskriptif.  Metode pengujian dilakukan dengan identifikasi sampel ikan yang dilakukan di Laboratorium Parasit Stasiun  Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Jambi.  Organ ikan patin yang diperiksa yaitu insang, sirip dan lendir (mucus).  Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis ditemukan hanya satu jenis ekstoparasit yaitu  Datylogyrus sp yang ditemukan pada organ insang.
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BETOK ( Anabas testudineus, Bloch) YANG DIPELIHARA DALAM WADAH MENGGUNAKAN SHELLTER DAN TANPA SHELLTER Randi Febriansyah; Muhammad Sugihartono; M Yusuf Arifin
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.708 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i2.54

Abstract

Climbing Perch (Testudineus Anabas, Bloch) are Indonesian native fish that live in freshwater and brackish habitats, these Climbing Perch (A. testudineus, Bloch) have a high economic value not only in the form of live fish as consumption purposes, these fish are in the form processed also has a high selling price on the market. The purpose of this study was to determine the growth and survival rates of Climbing Perch Seeds (A. testudineus, Bloch) which were maintained in containers using shellter and without shellter. This study uses 2 different treatments, namely using shellter and without shellter. The seeds of Climbing Perch are then spread into an aquarium with a volume of 54 liters with a density of 3 fish / liter Climbing Perch. The results showed that the maintenance of Climbing Perch using shellter gave the best growth rate and survival of Climbing Perch.Keywords: Climbing Perch, Shellter Technology, Survival, Water QualityAbstrakIkan betok (Anabas Testudineus, Bloch) merupakan ikan asli Indonesia yang hidup pada habitat perairan tawar dan payau, Ikan betok (A. testudineus, Bloch) ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi tidak hanya dalam bentuk ikan hidup sebagai tujuan konsumsi, ikan ini dalam bentuk olahan juga memiliki harga jual yang tinggi di pasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup Benih Ikan Betok (A. testudineus, Bloch) yang dipelihara dalam wadah menggunakan shellter dan tanpa shellter. Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan yang berbeda yaitu menggunakan shellter dan tanpa shellter. Benih ikan betok kemudian ditebarkan kedalam akuarium dengan volume sebanyak 54 liter dengan kepadatan benih ikan betok 3 ekor/liter. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemeliharaan benih ikan betok menggunakan shellter memberikan tingkat kelangsungan hidup benih ikan betok terbaik.Kata Kunci : Benih Betok, Teknologi Shellter, Kelangsungan Hidup, Kualitas Air
Mengenal ikan sepatung (Pristolepisgrootii), spesies asli Indonesia kandidatkomoditi akuakultur M Muslim; H.A Sahusilawane; B Heltonika; R Rifai; W.W Wardhani; Eko Harianto
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.688 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i2.52

Abstract

Indonesian leaf fish (Pristolepisgrootii), is Indonesia endogenous fish species. This species is native in open-freshwater on the islands of Sumatra and Kalimantan.The purpose of this paper is to determine the aspects of bioecology, processed fish products and disseminating information related to Indonesian leaf fish.Data collection methods through surveys, laboratory observations and literature studies.The data collected consists of primary data and secondary data.The results of observations and analysis showed that the Indonesian leaf fish are near families to climbing perch fish (Anabas testudineus), gouramy (Osphronemusgoramy), kissinggouramy fish (Helostomatemminckii).Local names are diverse, the national name of the sepatung fish and the international name are Indonesian leaf fish.Indonesian leaf fish habitat in fresh water. This fish is an omnivore, euryphagic.The morphological differences of male and female fish are not clear, sexual dimorphism is not apparent.Sex ratio in the wild in a balanced condition.Indonesian leaf fish spawn season at the rainy season. This fish can be processed into a variety of menu, and can be preserved by salted, fogged and fermented.Indonesian leaf fish has biological superiority and economic value, so it is worthy of being a candidate for aquaculture commodity.Keywords: bioecology, Indonesian leaf fish, sepatung fish, native Indonesian fish, Pristolepisgrootii AbstrakIkan sepatung (Pristolepisgrootii), merupakan salah satu jenis ikan endogenous Indonesia. Ikan ini native di perairan umum air tawar di pulau Sumatera dan Kalimantan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui aspek bioekologi, harga, produk olahan ikan sepatung dan menyebarluaskan informasi yang terkait dengan ikan sepatung. Metode pengumpulan data melalui survey, pengamatan laboratorium dan studi literatur. Data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder. Dari hasil pengamatan dan analisa, ikan sepatung berkerabat dengan ikan betok (Anabas testudineus), ikan gurami (Osphronemusgoramy), ikan tembakang (Helostoma temminckii). Nama lokalnya beragam, nama nasional ikan sepatung dan nama internasionalnyaIndonesian leaf fish. Habitat hidup ikan sepatung di air tawar. Ikan ini termasuk jenis ikan omnivore, bersifat euryphagic. Perbedaan morfologi ikan jantan dan betina tidak jelas, dimorfisme seksual tidak tampak. Sex ratio ikan sepatung di alam bebas dalam kondisi seimbang. Ikan sepatungmemijah pada awal musim penghujan. Ikan ini dapat diolah menjadi berbagai menu masakan, dan dapat diawetkan dengan penggaraman, pengasapan dan fermentasi. Ikan sepatung memiliki keunggulan biologi dan bernilai ekonomi, sehingga layak menjadi kandidat komoditi budidaya perikanan. Kata kunci:bioekologi, Indonesia leaf fish, ikan sepatung, ikan asli Indonesia, Pristolepisgrootii,
KOMBINASI HORMON OVAPRIM DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM SBROILER TERHADAP WAKTU LATENSI OVULASI (Hatching Rate) IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus var. sangkuriang) Aan Aryanti Sandra; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i1.60

Abstract

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang) Merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dikonsumsi dan dibudidayakan di Indonesia (Pratiwi, 2014). Untuk meningkatkan produksi ikan lele dapat dilakukan dengan cara menerapkan teknik Pemijahan buatan. Pemijahan buatan bisa dilakukan dengan perangsangan menggunakan hormon berupa Ovaprim. Ovaprim memiliki kandungan GnRH dan antidopamine. Namun, Hormon ovaprim ini memiliki harga yang mahal yaitu berkisar antara Rp 28.000- 30.000/ml, sehingga perlu dipelajari alternatif bahan dengan menggunakan hipofisa ayam broiler. Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan, masing-masing perlakuan tersebut adalah Perlakuan P1 Hormon Ovaprim 0,3 ml/Kg (100%), Perlakuan P2 Hormon Ovaprim 0,225 ml/Kg (75%) + Hipofisa ayam broiler 125 mg/Kg (25%), Perlakuan P3 Hormon Ovaprim 0,15 ml/Kg (50%) + Hipofisa ayam broiler 250 mg/Kg (50%), Perlakuan P4 Hormon Ovaprim 0,075 ml/Kg (25%) + Hipofisa ayam broiler 375 mg/Kg (75%), Perlakuan P5 Hipofisa ayam Broiler 500 mg/Kg (100%).Kata Kunci : Ovaprim, Antidopamin, GnRH, Hipofisa, Pemijahan
ANALISIS KORELASI KEPADATAN OPTIMUM IKAN DAN TANAMAN AIR PADA PEMELIHARAAN IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN SISTEM AKUAPONIK muarofah ghofur; Ulil Azmi
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i1.61

Abstract

The purpose of this research is to know correlation the optimum fish and plant density of water for the maintenance of fish catfish (P. hypophthalmus) on akuaponik system in order to produce a high fish survival. As for the benefits of this activity is to improve the production results mainly from the fishery commodity fish catfish (P. hypophthalmus). This research plan will be implemented in February and July of 2019 in the porch Area Fish Seed Telanaipura the Province of Jambi. Research conducted using Randomized Block Design (RAK) wiyh four (4) treatment and three replicates, each treatment are : A treatment : 5 bar/hole, B treatment : 10 bar/hole, C treatment : 15 bar/hole, D treatment : 20 bar/hole. The research of the parameters observed were : survival rates of fish and water quality. 
LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK LARVA IKAN BOTIA (Chromobotia macrachantus) PADA PEMELIHARAAN DENGAN SUHU YANG BERBEDA Husna Daya Aulia; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i1.62

Abstract

Suhu merupakan salah satu kualitas air yang sangat penting bagi kehidupan ikan, menentukan pertumbuhan, Suhu sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan melalui metabolisme yang terus berinteraksi dan diduga akan terus terjadi selama pemeliharaan, dan fase larva merupakan masa yang paling kritis selama masa kehidupan ikan. Dalam upaya pemeliharaan, tingkat pertumbuhan larva yang dihasilkan menjadi faktor penting, sebagai penunjang keberhasilan produksi  hingga mencapai fase selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat pertumbuhan secara spesifik (SGR) larva ikan botia (Chromobotia macrachantus) dilakukan penelitian mengenai suhu optimal dengan suhu perlakuan 240C, 260C, 280C dan 300C. Parameter kualitas air yaitu CO2, NH3 , DO, dan pH dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang dilakukan selama 28 hari. Hasil penelitian perlakuan B (suhu 26oC) sebesar 4.74%. Kualiltas air hasil penelitian meliputi CO2 sebesar 0.7338 mg/L, NH3 sebesar 0.0018 mg/L, DO sebesar 6.4 mg/L dan pH air sebesar 6.68.
PEMBERIAN PAKAN NABATI TUMBUHAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella) Robi Choirom; Syahrizal Syahrizal; Safratilofa Safratilofa
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i1.63

Abstract

Koan fish has a good taste with white flesh, very chewy and thick in all parts of its body. As an alternative to the koan fish test, the dosage of seed feeding is done in full with a frequency of 3 times a day at intervals of feeding every morning, afternoon, evening. Koan fish seeds that have been 60 days old since hatching are entered into the research aquarium according to their respective treatments. During the maintenance period, watering and changing are carried out every 3 days to maintain the maintenance of water quality is maintained properly. Penyiponan is done by suctioning the debris that settles in the bottom of the aquarium that comes from fish faeces but it is also carried out by changing the water by removing maintenance water as much as 75% of the initial water volume, then replaced with new water as much as the volume of water that has been discharged. For taking a fish sample that will be measured length and body weight gain is done once every ten days namely on days 0, 10, 20 and the last on the 60th day. Based on the results and research the effect of different plant-based aquatic plant feeding. gives no significant effect on the growth and survival of koan fish (C. idella), the best growth of absolute weight of koan fish (C. idella) is in treatment D, which is 1.38, followed by treatment A (1, 08 grams), then treatment B (0.71 gram) and treatment C (0.52 gram). the highest absolute length growth was found in treatment D that is equal to (9.41 mm) followed by treatment A (3.80 mm), then treatment B (0.66 mm) and treatment C (0.55 mm).AbstrakIkan koan memiliki rasa yang enak dengan dagingnya yang berwarna putih, sangat kenyal dan tebal di seluruh bagian tubuhnya. Sebagai alternatif budidaya ikan koan uji yang di lakukan adalah Dosis pemberian pakan benih dilakukan secara kenyang dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari dengan interval waktu pemberian pakan setiap pagi,siang, sore. Benih ikan koan yang telah berumur 60 hari sejak menetas dimasukan kedalam akuarium penelitian sesuai dengan perlakuan masin-masing Pada masa pemeliharaan dilakukan penyiponan dan pergantian air setiap 3 hari sekali untuk menjaga kualitas air pemeliharaan tetap terjaga dengan baik. Penyiponan dilakukan dengan menyedot kotoran-kotoran yang mengendap di dasar akuarium yang berasal dari feses ikan selain itu juga dilakukan pergantian air dengan cara membuang air pemeliharaan sebanyak 75% dari volume air awal, kemudian diganti dengan air yang baru sebanyak volume air yang telah dibuang. Untuk pengambilan sempel ikan yang akan diukur pertambahan panjang dan bobot tubuhnya dilakukan setiap sepuluh hari sekali yaitu pada hari 0, 10, 20 dan yang terakhir pada hari ke – 60. Berdasarkan hasil dan penelitian pengaruh pemberian pakan nabati Tumbuhan Air yang berbeda. memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan koan (C. idella), Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan koan (C. idella) yang terbaik terdapat pada perlakuan D yaitu sebesar 1,38 selanjutnya diikuti oleh perlakuan A (1,08 gram), kemudian perlakuan B (0,71 gram) dan perlakuan C (0,52 gram). pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu sebesar (9,41 mm)selanjutnya diikuti oleh perlakuan A (3,80 mm), kemudian perlakuan B (0,66 mm) dan perlakuan      C(0,55 mm).Kata Kunci : Ikan Koan, Pemberian Pakan Nabati Tumbuhan Air, Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.
REKAYASA KOMPOSISI PAKAN PELLET BENIH IKAN PATIN (Pangasianodon hypophtalmus) DENGAN FERMENTASI EM4 (Effective Microorganisms 4) Syahrizal Syahrizal; Zaenal Arifin; Paimung Paimung
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i1.59

Abstract

Abstract. The high level feed of consumption of catfish (Pangasianodon hypopthalmus) is due to its relatively fast growth. Efforts to overcome the need for large and high quality feeds are needed to improve feed engineering through the administration of Effective Microorganisms 4 (EM4) bacteria in the hope that the protein in the pellet can increase and the texture is improved so that fish digestibility increases. The study design used was a complete randomized design (CRD) 4 (four) treatments 3 (three) replications with ANOVA analysis. Catfish weighing 5 ± 0.3 grams / head with a length of 8 ± 0.5 cm are fed commercially fermented pellet 0.5 ml EM4 / 50 ml water. 1.0 ml and 1.5 ml per kilogram of feed with protein values P0 35.1282%, P1 32.8506%, P2 27.5527%, and P3 32.3208%. The experimental results showed that absolute growth were respectively P0 2.1 grams, P1 2.3 grams, P2 1.9 grams and P3 2.1 grams and absolute length P0 1.8 cm, P1 1.8 cm, P2 1.5 cm and P3 1.7 cm. Graduation of live fish until observation day 20 amounted to 100% then entered day 30 P0 93.33% cm, P1 93.33%, P2 83.33% and P3 90.00%. Conversion of feed P0 1.3, P1 1.0 P2 1.2 and P3 1.1%. Normal fish water quality Temperature 27.0 - 27.2o C, pH 6.0-6.7, DO2 5.0-5.3 mg / l, CO2 2.1-2.5 mg / l and Ammonia 0.010-0.014 mg / l,Keywords: catfish, feed and microorganisms. Abstrak. Tingkat kosumsi pakan ikan patin (Pangasianodon hypopthalmus) yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhannya yang relatif cepat. Upaya untuk mengatasi kebutuhan pakan yang besar dan bermutu diperlukan rekayasa perbaikan pakan melalui pemberian bakteri Effective Microorganisms 4 (EM4) dengan harapan protein pada pellet dapat menigkat dan teksturnya lebih membaik sehingga kecernaan ikan meningkat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) 4 (empat) perlakuan 3 (tiga) ulangan dengan anlisis Anova.  Ikan patin ukuran bobot 5±0.3 gram/ekor dengan ukuran  panjang  8±0.5 cm diberi pakan komersial pellet difermentasi 0.5 ml EM4 /50 ml air. 1.0 ml  dan 1.5 ml per kilogram pakan dengan nilai protein P0 35.1282%, P1 32.8506 %, P2 27.5527%, dan P3 32.3208%. Hasil percobaan menunjukan bahwa pertumbuhan  mutlak berturut-turut P0 2.1 gram, P1 2.3 gram, P2 1.9 gram dan P3 2.1 gram dan panjang mutlak P0 1.8 cm, P1 1.8 cm, P2 1.5 cm dan P3 1.7 cm. Kelulusan hidup ikan sampai pengamatan hari ke 20 berjumlah 100% kemudian memasuki hari 30 P0 93.33% cm, P1 93.33%, P2 83.33% dan P3 90.00%.  Konversi pakan P0 1.3 , P1 1.0  P2 1.2 dan P3 1.1%. Kualitas air ikan peliharaan normal Suhu 27,0 – 27,2o C, pH 6.0-6.7,  DO2  5,0-5,3 mg/l, CO2  2,1-2,5 mg/l dan Amoniak 0,010-0,014 mg/l,Kata Kunci :  Ikan Patin, Pakan dan Microorganisme.

Page 4 of 15 | Total Record : 143