cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina" : 15 Documents clear
Estimasi Total Simpanan Karbon Hutan Mangrove Teluk Gilimanuk, Bali Wulandari, Ni Komang Putri; Ernawati, Ni Made; Saraswati, Ni Luh Gede Rai Ayu
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.63104

Abstract

Hutan mangrove memiliki potensi yang sangat besar dalam carbon sequestration karena mampu menyerap emisi karbon 3-5 kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai simpanan karbon organik hutan mangrove Teluk Gilimanuk pada bulan September-November 2023. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode transek kuadrat berukuran 10 m x 10 m yang dibuat pada zona vegetasi yang ditemukan. Data simpanan karbon pohon dianalisis menggunakan metode alometrik, sedangkan sampel sedimen dianalisis di laboratrium menggunakan metode gravimetri. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 6 zona vegetasi utama yaitu Sonneratia, Ceriops, Bruguiera, Avicennia, Rhizophora dan Lumnitzera. Nilai simpanan karbon atas hutan mangrove Teluk Gilimanuk tertinggi terdapat pada zona vegetasi Ceriops yaitu sebesar 66,03±17,66 ton/ha, sedangkan simpanan karbon atas terendah berada pada zona vegetasi Bruguiera sebesar 18,60±11,88 ton/ha. Nilai simpanan karbon bawah hutan mangrove Teluk Gilimanuk tertinggi terdapat pada zona vegetasi Rhizophora yaitu sebesar 44,00±32,57 ton/ha, sedangkan simpanan karbon bawah terendah berada pada zona vegetasi Lumnitzera sebesar 13,73±2,41 ton/ha. Nilai simpanan karbon organik sedimen hutan mangrove Teluk Gilimanuk tertinggi terdapat pada zona vegetasi Sonneratia sebesar 237,51±46,31 ton/ha, sedangkan simpanan karbon terendah terdapat pada zona vegetasi Avicennia sebesar 55,3678,28± ton/ha. Total simpanan karbon pada hutan mangrove Teluk Gilimanuk didapatkan sebesar 193,91 ton/ha.   Mangrove forests have immense potential for carbon sequestration as they can absorb carbon emissions 3-5 times more effectively than terrestrial tropical forests. This study aimed to determine the organic carbon storage value of the mangrove forest in Teluk Gilimanuk during September-November 2023. The research utilized a transect quadrat method with dimensions of 10 m x 10 m established in identified vegetation zones. Data on tree carbon storage were analyzed using allometric methods, while sediment samples were analyzed in the laboratory using gravimetric methods. Based on the research findings, six main vegetation zones were identified: Sonneratia, Ceriops, Bruguiera, Avicennia, Rhizophora, and Lumnitzera. The highest carbon storage value for the Teluk Gilimanuk mangrove above ground as found in the Ceriops vegetation zone at 66.03±17.66 tons/ha, whereas the lowest above ground storage was observed in the Bruguiera zone at 18.60±11.88 tons/ha. Regarding below ground carbon storage, the highest value was recorded in the Rhizophora vegetation zone at 44.00±32.57 tons/ha, while the lowest was in the Lumnitzera zone at 13.73±2.41 tons/ha. The Sonneratia vegetation zone exhibited the highest organic sediment carbon storage at 237.51±46.31 tons/ha, whereas the lowest was found in the Avicennia zone at 55,3678.28± tons/ha. The total carbon storage in the Teluk Gilimanuk mangrove forest was calculated at 193.91 tons/ha.
Mikroplastik pada Kerang Darah (Tegillarca granosa) Berbagai Ukuran dari TPI Bungo, Demak dan TPI Tambaklorok, Semarang Khoerunnisa, Rizka Nabila; Hartati, Retno; Nuraini, Ria Azizah Tri
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.62376

Abstract

Mikroplastik di perairan dapat tertelan dan terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup dengan melalui proses rantai makanan. Kerang darah adalah organisme sesil yang hidupnya berada di substrat dasar perairan. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yakni mengidentifikasi mikroplastik di dalam kerang darah (Tegillarca granosa) dan korelasi ukuran cangkang kerang darah terhadap kelimpahan mikroplastik pada kerang darah dari TPI Bungo, Demak, dan TPI Tambaklorok, Semarang. Sampel kerang darah diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan TPI Bungo, Demak dan TPI Tambaklorok, Semarang pada bulan September 2023. Sampel dipisahkan antara daging kerang dan jaringan lunak. Sampel jaringan lunak didestruksi menggunakan 100 ml KOH 10% selama 24 jam, ditambahkan 10 ml ZnCl2 30% dan didiamkan selama 24 jam untuk memisahkan nathan dan supernathannya, kemudian disaring dengan kertas Whatman No. 42 dengan bantuan vacuum pump. Hasil penelitian ini menemukan mikroplastik dalam kerang darah dari TPI Bungo, Demak dan TPI Tambaklorok, Semarang, yang berbentuk fiber, film, fragment, serta pellet. Kelimpahan mikroplastik pada kerang darah dari TPI Bungo, Demak dan TPI Tambaklorok, Semarang berturut-turut pada ukuran kecil 9,63±0,98 partikel/gr dan 5,95±0,98 partikel/gr, ukuran sedang 5,66±1,16 partikel/gr dan 5,18±1,15 partikel/gr, serta ukuran besar 6,32±1,47 partikel/gr dan 5,08±1,41 partikel/gr. Sehingga disimpulkan kerang darah dari TPI Bungo, Demak dan TPI Tambaklorok, Semarang sudah terkontaminasi mikroplastik dan terdapat hubungan antara ukuran cangkang kerang darah yang berbeda terhadap kelimpahan mikroplastik pada kerang darah.  Microplastics in waters can be ingested and accumulated in the body of biota throughout the food chain cycle. Blood cockles (Tegillarca granosa) are sessile organisms that live in the bottom substrate of water. This study aims to determine the microplastics in blood cockles (Tegillarca granosa) from Fish Auction Place (FAP) of Bungo, Demak and Tambaklorok, Semarang and its relationship with the shell size. The samples were taken in September 2023. The soft tissue of samples was destructed using 100 ml of 10% KOH for 24 hours, was added with ten molliliters of 30% ZnCl2 and allow it to settle for 24 hours for separation of natant and supernatant. The samples were then filtered using Whatman paper no. 42 with a vacuum system. The microplastics were examined under microscope. The results showed the presence of microplastic in all blood cockles samples in form of fiber, film, fragment, and pellet. The density of microplastics in blood cookles from FAP of  Bungo, Demak and Tambaklorok, Semarang according to their size as follows: small 9.63±0.98 and 5.95±0.98 particles/gr, medium 5.66±1.16 and 5.18±1.15 particles/gr, and large 6.32±1.47 and 5.08±1.41 particles/gr, respectivelly. The blood cockles from FAP Bungo, Demak and Tambaklorok, Semarang have been contaminated with microplastics and there is relationship between the shell sizes and the abundance of microplastics.
Kajian Spasial dan Temporal Klorofil-a di Selat Makassar : Variasi Musiman dan Antar Tahunan Zulfa, Istna Nabila; Wirasatriya, Anindya; Ismanto, Aris
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.63067

Abstract

Selat Makassar merupakan perairan yang menghubungkan Laut Sulawesi di utara dengan Laut Jawa di selatan. Penelitian ini mengkaji variabilitas klorofil-a di Selat Makassar, khususnya di perairan Pulau Laut dan selatan Makassar dilihat dari variasi musiman dan antar tahunan dengan melihat pengaruh ENSO. Data penelitian menggunakan data berbasis citra satelit yang dianalisis melalui perataan klimatologi bulanan, pembuatan grafik time series dan analisis korelasi. Secara umum sebaran spasial dari klorofil-a di Selat Makassar menunjukkkan bahwa baerah pesisir memiliki kandungan klorifil-a lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lepas pantai yang berada di tengah Selat Makassar. Pesisir timur Kalimantan memiliki klorofil-a yang cenderung lebih tinggi dibandingkan pesisir barat Sulawesi. Secara musiman, klorofil-a tertinggi terjadi pada bulan Desember yang bernilai 0.57 mg/m3 untuk rata-rata di seluruh area penelitian, sedangkan yang memiliki klorofil-a rendah yaitu pada bulan September bernilai 0.47 mg/m3. Fluktuasi klorofil ini dipengaruhi angin dan curah hujan. Di perairan Pulau Laut, variasi klorofil-a secara signifikan dipengaruhi curah hujan yang akan meningkatkan run-off sungai yang membawa nutrient dari daratan ke laut, sedangkan di perairan selatan Makassar, angin mempengaruhi fluktuasi klorofil-a melalui mekanisme upwelling. Analisis korelasi menunjukkan bahwa di perairan selatan Makassar dan Pulau Laut, faktor ENSO lebih berpengaruh terjadap curah hujan dibandingkan dengan angin. Karena variabilitas klorofil-a di perairan Selatan Makassar dipengaruhi oleh angin, ENSO cenderung kurang berpengaruh terhadap variabilitas klorofil-a di perairan Selatan Makassar. Sebaliknya, variabilitas klorofil-a di perairan Pulau Laut dipengaruhi oleh curah hujan, saat terjadi El-Niño klorofil-a akan turun karena curah hujan juga turun, dan saat terjadinya La-Niña klorofil-a akan meningkat karena curah hujan juga meningkat.
Pengaruh Tekstur Sedimen Terhadap Family Biotic Index (FBI) Makrozoobentos Pada Vegetasi Berbeda di Laguna Segara Anakan Cilacap A'yun, Qurrota; Rahayu, Nur Laila; Zaenuri, Musyarif; Kresnasari, Dewi
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.62152

Abstract

Laguna Segara Anakan (LSA) Cilacap yang terletak di antara Jawa dan Nusakambangan, Jawa Tengah, merupakan habitat yang baik bagi biota makrozoobentos. Habitat tersebut dicirikan dengan sedimen pasir, debu dan liat. Identifikasi dan analisis keanekaragaman makrozoobentos penting untuk menentukan kondisi ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tekstur sedimen dan untuk mengetahui kualitas perairan dengan menerapkan bioindikator menggunakan makrozoobentos. Metode yang digunakan yaitu survei dan penggambilan sampel secara acak dilakukan pada saat mengambil sampel sedimen dan makrozoobentos pada 12 titik penenilitian menggunkaan hand packing dengan bantuan cetok. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September – November 2023. Untuk mengetahui pengaruh tekstur sedimen terhadap FBI makrozoobentos dianalisis secara regresi. Hasil penelitian tekstur sedimen fraksi pasir berkisar 1,09-1,7%; fraksi debu berkisar 31,43-48,31% dan fraksi liat berkisar 50,6-67,17%. FBI makrozoobentos berkisar antara 7,097-7,399 yang berarti kondisi perairan di LSA Cilacap dalam kategori buruk – sangat buruk. Tekstur sedimen fraksi pasir terhadap FBI makrozoobentos memiliki pengaruh yang sangat kuat dengan nilai regresi 0,916 sedangkan tekstur sedimen fraksi liat (R = 0,223) dan debu (R = 0,198) memiliki pengaruh yang lemah terhadap FBI makrozoobentos.    Segara Anakan Lagoon (LSA) Cilacap, which is located between Java and Nusakambangan, Central Java, is a good habitat for macrozoobenthic biota. This habitat is characterized by sand, dust and clay sediments. Identification and analysis of macrozoobenthos diversity is important for determining ecosystem conditions. The aim of this research is to determine the type of sediment texture and to determine water quality by applying bioindicators using macrozoobenthos. The method used was a survey and random sampling carried out when taking sediment and macrozoobenthos samples at 12 research points using hand packing with the help of a spat. Sampling was carried out in September – November 2023. To determine the effect of sediment texture on the macrozoobenthos FBI, it was analyzed using regression. The results of the sediment texture research, the sand fraction ranged from 1.09-1.7%; the dust fraction ranges from 31.43-48.31% and the clay fraction ranges from 50.6-67.17%. The FBI macrozoobenthos ranges from 7,097-7,399, which means that the water conditions in the Cilacap LSA are in the bad – very bad category. The sand fraction sediment texture on macrozoobenthos FBI had a very strong influence with a regression value of 0.916, while the clay fraction sediment texture (R = 0.223) and dust (R = 0.198) had a weak influence on macrozoobenthos FBI.
Distribution Pattern of Sand Dollar (Arachnoides placenta) in the Intertidal Ecosystem of Duta Coastal, Probolinggo Regency Setiawan, Rendy; Amalia, Rizqy; Fajariyah, Susantin; Kurniawan, Joko
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.63314

Abstract

Species Arachnoides placenta can be found in tropical waters, one of which is in the intertidal ecosystem in Duta Coastal. Substrate types at Duta Coastal are dominated by sand and silt substrates and a small portion of muddy sand substrate. The various types of substrates at Duta Coastal are thought to be causing the population A. placenta choose a suitable habitat for their life, so that it can affect the pattern of distribution and density of A. placenta. This research aims to determine the distribution pattern and density of A. placenta in the intertidal ecosystem in Duta Coastal. This study used the method of systematic transect plots. Plots measuring 1x1 m were placed on the transects with a distance between plots of 10 meters. The number of plots laid was 332 plots. The results show the number of individuals A. placenta in the Duta Coastal intertidal ecosystem 828 individuals. The population of the A. placenta species in the Duta Coastal intertidal ecosystem is quite large because the type of substrate is suitable for the life of A. placenta Morisita Index value for the distribution pattern A. placenta is 9.3. Distribution pattern A. placenta in the Duta Beach intertidal ecosystem classified as aggregated and density values A. placenta in the intertidal ecosystem in Duta Coastal is 2.5 ind/m2. 
Pengaruh Siklon Tropis Dahlia Terhadap Karakteristik Gelombang Laut di Pesisir Selatan Banten Menggunakan Pemodelan SWAN Widyani, Afidhah Puspita; Amalya, Afroh; Adiprabowo, Samuel Radityo; Suwignyo, Tyo; Ismanto, Aris; Maslukah, Lilik
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.58022

Abstract

Secara umum Indonesia tidak termasuk wilayah yang dilintasi oleh siklon tropis dikarenakan sifat fisik siklon  tropis yang selalu menjauh dari ekuator. Namun sejumlah siklon tropis yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia memberikan dampak secara tidak langsung di wilayah Indonesia. Samudera Hindia merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan siklon tropis paling subur. Salah satu siklon yang pernah terjadi di wilayah tersebut yaitu Siklon Tropis Dahlia. Dampak dari Siklon Tropis Dahlia pada wilayah Indonesia khususnya bagian pesisir selatan Banten yaitu timbulnya angin yang kencang disertai gelombang laut yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Siklon Tropis Dahlia terhadap karakteristik gelombang laut di pesisir selatan Banten. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pemodelan SWAN (Simulating Wave Near-Shore). Hasil dari pemodelan menunjukkan nilai kecepatan angin tertinggi mencapai 16 m/s dan ketinggian gelombang signifikan mencapai 3.5 m dengan arah propagasi dari barat Sumatera menuju tenggara hingga selatan Jawa. Secara umum, luaran model SWAN dapat menggambarkan tren variabilitas gelombang laut akibat dari adanya pengaruh Siklon Tropis Dahlia. Generally, Indonesia is not directly impacted by tropical cyclones due to the physical nature of these cyclones, which tend to move away from the equator. However, several tropical cyclones that occur near Indonesia have indirect effects on the region. The Indian Ocean is one of the most active areas for tropical cyclone development. One such cyclone that affected this area was Tropical Cyclone Dahlia. The impact of Tropical Cyclone Dahlia on Indonesia, particularly along the southern coast of Banten, includes strong winds and high sea waves. This study aims to understand the influence of Tropical Cyclone Dahlia on the characteristics of sea waves along the southern coast of Banten using SWAN (Simulating Wave Near-Shore) modeling. The results show that wind speeds reached up to 16 m/s, and significant wave heights reached 3.5 meters, with wave propagation from the west of Sumatra towards the southeast and south of Java. Overall, the SWAN model outputs effectively capture the trend of sea wave variability due to the influence of Tropical Cyclone Dahlia.
Pengaruh Sirkulasi Arus Geostropik dan Ageostropik Terhadap Upwelling di Perairan Selatan Jawa Radjawane, Ivonne Milichristi; Yusarita, Alvi; Kuswardani, Anastasia Rita Tisiana Dwi; Napitupulu, Gandhi
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.62368

Abstract

Perairan selatan Jawa merupakan lokasi dengan fenomena upwelling yang signifikan. Penelitian bertujuan untuk memahami kecepatan dan pola arus geostropik serta ageostropik orde dua musiman dari permukaan hingga kedalaman 600 m. Nilai Ekman pumping velocity (EPV) yang dibangkitkan oleh angin menunjukkan upwelling mulai bulan Juni, mencapai puncaknya dari Juli hingga September, dan menurun mulai Oktober, hampir menghilang pada November. Nilai EPV antara perairan Jawa Barat dan Timur menunjukkan tingkat upwelling yang lebih tinggi di sebelah barat. Data CTD menegaskan bahwa upwelling terjadi selama musim Timur (Juni-Agustus), ditandai dengan penurunan suhu air, dangkalnya termoklin, dan peningkatan salinitas terhadap kedalaman. Pada musim barat (Desember-Februari), arus geostropik cenderung ke timur di sepanjang pantai Jawa Barat karena arus selatan Jawa (ASJ), sementara di selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur, arah arus ke barat disebabkan oleh arus lintas Indonesia (Arlindo) dan arus ekuator selatan (AES). Pada musim timur, ASJ melemah, dan arah arus geostropik berubah ke barat, memperkuat ASJ dan Arlindo. Sirkulasi Sekunder Ageostropik, diperkirakan melalui metode C-Vektor, memainkan peran dalam pergerakan massa air vertikal, meningkatkan intensitas upwelling di perairan selatan Jawa. Wilayah sekitar Jawa Timur memiliki komponen C-Vektor positif yang berdampak pada peningkatan intensitas upwelling di daerah tersebut.   The southern waters of Java are a location with significant upwelling phenomena. The study aimed to understand the velocity and pattern of seasonal second-order geostropic and ageostropic currents from the surface to 600 m depth. Wind-generated Ekman pumping velocity (EPV) values show upwelling starting in June, peaking from July to September, and decreasing from October, almost disappearing in November.. The EPV values between western and eastern Java waters show higher levels of upwelling in the west. CTD data confirms that upwelling occurs during the East season (June-August), characterized by decreasing water temperature, shallow thermocline, and increasing salinity with depth. In the West season (December-February), geostropic currents tend to be eastward along the West Java coast due to the South Java Current (SJC), while south of Central Java and East Java, the current direction is westward due to the Indonesian Throughflow ( ITF ) and the South Equatorial Current (SEC). In the eastern season, the SJC weakens, and the direction of the geostropic current changes to the west, strengthening the SJC and ITF. The Ageostropic Secondary Circulation, estimated through the C-Vector method, plays a role in the vertical movement of water masses, increasing the intensity of upwelling in the waters south of Java. The region around East Java has a positive C-Vector component which has an impact on increasing the intensity of upwelling in that area.
Distribusi Klorofil-A Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 Di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan Isnaini, Isnaini; Diansyah, Gusti; Ulqodry, Tengku Zia; Surbakti, Heron; Arsyei, Laksamana Fachryzal; Aryawati, Riris
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.61216

Abstract

Perairan Muara Sungai Banyuasin merupakan daerah yang sangat dinamis dan biasa  dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakat sekitar, sehingga mempengaruhi perubahan kondisi perairan. Klorofil-a merupakan salah satu parameter produktivitas primer yang dapat mengetahui kualitas perairan. Teknologi penginderaan jauh dapat mempermudah dalam mendapatkan distribusi dan konsentrasi klorofil-a di perairan. Tujuan penelitian ini untuk menguji akurasi citra Landsat-8 yang sesuai dalam mengekstraksi konsentrasi klorofil-a di perairan Muara Sungai Banyuasin menggunakan algoritma Wibowo et al. (1994) dan Pentury (1997), mengetahui pola sebaran secara spasial klorofil-a pada data lapangan dan data citra di Muara Sungai Banyuasin, serta menganalisis distribusi klorofil-a pada tiap musim tahun 2022 di Muara Sungai Banyuasin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2022. Hasil penelitian ini menunjukkan uji validasi antara kedua algoritma didapatkan algortima Wibowo et al. (1994) dari persamaan regresi linear (y = 1,4691x - 1,2669) yang lebih sesuai dengan R2 0,918 dan RMSE terendah yaitu 0,0924. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di Muara Sungai Banyuasin antara data lapangan dengan data citra menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda, dengan nilai pada insitu berkisar 2,22–3,35 mg/m3 sedangkan data citra 1,68–3,79 mg/m3. Rata-rata konsentrasi pada musim barat, peralihan I, timur, dan peralihan II pada tahun 2022 sebesar 2,41–3,71 mg/m3.  The Banyuasin River Estuary are very dynamic area and usually used for the activities of the surrounding community, thereby affecting changes in water conditions. Chlorophyll-a is one of the primary productivity parameters that can determine water quality. Remote sensing technology can make it easier to get the distribution and concentration of chlorophyll-a in waters. The purpose of this study was to test the accuracy of Landsat-8 imagery that is suitable for extracting chlorophyll-a concentrations in the Banyuasin River Estuary waters using the Wibowo et al. algorithm. (1994) and Pentury (1997), determined the spatial distribution pattern of chlorophyll-a in field data and image data in the Banyuasin River Estuary, and analyzed the distribution of chlorophyll-a in each season in 2022 in the Banyuasin River Estuary. This research was held in October to November 2022. The results of this study showed that the validation test between the two algorithms was obtained by the Wibowo et al. (1994) from the linear regression equation (y = 1,4691x-1,2669) which is more suitable with the R2 of 0.918 and the lowest RMSE of 0,0924. The distribution pattern of chlorophyll-a concentrations in the Banyuasin River Estuary between field data and image data shows values that are not much different, with insitu values ranging from 2.22–3.35 mg/m3 while image data is 1,68–3,79 mg/m3 . The average concentration in the west season, transition I, east, and transition II in 2022 is 2,41–3,71 mg/m3.
Pemanfaatan Citra Satelit Dan Multichannel Analysis of Surface Waves (MASW) Untuk Mitigasi Bencana Abrasi Desa Urai, Bengkulu Rahmawati, Nur Shafira; Farid, Muchammad; Refrizon, Refizon; Al Ansory, Andre Rahmat
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.63278

Abstract

Desa Urai merupakan salah satu desa yang terkena dampak abrasi parah di Kabupaten Bengkulu Utara. Abrasi yang terjadi menyebabkan perubahan garis pantai sehingga mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana yang ada di pantai. Pada riset ini memperoleh data primer menggunakan metode MASW dan data sekunder berupa data garis pantai pesisir Desa Urai selama 16 tahun (2006-2022) dengan menggunakan citra satelit. Analisis perubahan garis pantai Desa Urai, Kabupaten Bengkulu Utara dari 2006 hingga 2022 menunjukkan adanya abrasi signifikan. Titik-titik utama mengalami abrasi sekitar ±8 meter/tahun, sedangkan titik dengan perlindungan pantai memiliki abrasi minimal, hanya sekitar 0,1-0,5 meter/tahun. Ini menunjukkan keberhasilan infrastruktur perlindungan pantai dalam mengurangi dampak abrasi. Penelitian menemukan perubahan garis pantai rata-rata ±8 meter/tahun. Analisis menggunakan MASW dan citra satelit menunjukkan abrasi terparah di titik 1, 2, 4, 6, dan 8 (±3,4-8 meter/tahun), sedangkan titik 3 dan 7 mengalami abrasi paling rendah (±0,1-0,5 meter/tahun). Struktur batuan pada kedalaman ±30 meter terdiri dari 3 lapisan. Penelitian bertujuan untuk mitigasi bencana abrasi demi pembangunan berkelanjutan dari pemerintah provinsi hingga desa di Desa Urai, Kabupaten Bengkulu Utara. Urai Village is one of the villages affected by severe abrasion in North Bengkulu Regency. The abrasion that occurs causes changes in the coastline, causing damage to the facilities and infrastructure on the beach. In this research, primary data was obtained using the MASW method and secondary data in the form of coastal coastal data of Urai Village for 16 years (2006-2022) using satellite imagery. Analysis of changes in the coastline of Urai Village, North Bengkulu Regency from 2006 to 2022 showed significant abrasion. The main points experience abrasion of about ±8 meters/year, while the points with coastal protection have minimal abrasion, only about 0.1-0.5 meters/year. This shows the success of coastal protection infrastructure in reducing the impact of abrasion. Research found an average change in the coastline of ±8 meters/year. Analysis using MASW and satellite imagery showed the worst abrasion at points 1, 2, 4, 6, and 8 (±3.4-8 meters/year), while points 3 and 7 experienced the lowest abrasion (±0.1-0.5 meters/year). The rock structure at a depth of ±30 meters consists of 3 layers. The research aims to mitigate abrasion disasters for sustainable development from the provincial government to the village in Urai Village, North Bengkulu Regency.
Konsentrasi Nitrat dan Fosfat dan Kandungan Klorofil Thalassia Hemprichii di Perairan Pulau Kemujan dan Perairan Teluk Awur Kirana, Nadia Astrid; Endrawati, Hadi; Nuraini, Ria Azizah Tri
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.48042

Abstract

Ekosistem lamun memiliki produktivitas primer yang tinggi sehingga dapat mendukung kelimpahan ikan dan invertebrata serta turut menjaga kelestariannya. Nutrien berupa nitrat dan fosfat merupakan makro nutrien yang sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan lamun. Pembentukan klorofil lamun dapat dipengaruhi oleh nutrien berupa nitrat dan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi nutrien nitrat dan fosfat pada air dan sedimen serta kandungan klorofil lamun Thalassia Hemprichii di perairan Teluk Awur dan Pulau Kemujan. Sampel daun lamun T. Hemprichii diambil dari perairan Teluk Awur dan perairan Pulau Kemujan bersamaan dengan sampel air dan sedimen perairan. Sampel daun lamun T. Hemprichii dalam keadaan basah digerus kemudian ditimbang sebanyak 100 mg. Sampel dilarutkan menggunakan 10 ml Aseton 90%. Dilakukan sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit lalu hasil supernatannya dipindahkan ke dalam botol vial. Analisis klorofil menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil yang telah didapatkan menunjukkan bahwa pada lokasi yang berbeda terdapat perbedaan kandungan klorofil. Kandungan klorofil di perairan Pulau Kemujan lebih tinggi apabila dibandingan dengan perairan Teluk Awur. Hasil konsentrasi nitrat dan fosfat perairan dan sedimen ditemukan cenderung memiliki nilai yang lebih baik di lokasi perairan Teluk Awur apabila dibandingkan dengan perairan Pulau Kemujan.  Seagrass ecosystems have very high primary productivity so that they can support the abundance and diversity of fish and invertebrates and contribute to their sustainability. Nutrients in the form of nitrate and phosphate are macronutrients that are very important for the growth and development of seagrass ecosystems. The formation of chlorophyll in seagrass leaves can be influenced by nutrients in the form of nitrate and phosphate. This study aims to determine the consentration of nitrate and phosphate nutrients in water and sediment and the chlorophyll content of seagrass T. Hemprichii in the waters of Teluk Awur and Kemujan Island. Seagrass leaf samples of T. Hemprichii were taken from the waters of Teluk Awur and the waters of Kemujan Island along with samples of water and water sediments. Samples of T. Hemprichii seagrass leaves were ground wet and then weighed as much as 100 mg. The sample was dissolved using 10 ml of 90% Acetone. Centrifuge at 1000 rpm for 5 minutes. Then the supernatant was transferred to a vial. Chlorophyll analysis using UV-Vis spectrophotometer. The results that have been obtained indicate that at different locations there are differences in chlorophyll content. The chlorophyll content in the waters of Kemujan Island is higher when compared to the waters of Teluk Awur. The results of nitrate and phosphate concentrations in waters and sediments were found to have a better value in the waters of Teluk Awur when compared to the waters of Kemujan Island.

Page 1 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2024 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue