cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 374 Documents
Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove di Desa Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Vita Fitriana Mayasari; Rudhi Pribadi; Nirwani Soenardjo
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.31359

Abstract

Ekosistem mangrove memiliki fungsi fisik, ekologi, dan ekonomi bagi manusia. Pemanfaatan mangrove yang tidak konservatif dapat menimbulkan kerusakan mangrove dan abrasi. Pemulihan ekosistem mangrove dengan rehabilitasi dan konservasi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat ini mendorong diperlukannya perhitungan valuasi ekonomi terhadap ekosistem mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui total use value dan non use value ekosistem mangrove di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk menghimpun data monografi terkait ekosistem mangrove dan metode eksploratif untuk penentuan use value dan non use value ekosistem mangrove. Responden penelitian adalah 30 orang terdiri dari 29 masyarakat dan 1 orang perangkat desa yang berkaitan dengan keberadaan ekosistem mangrove secara langsung dan tidak langsung. Penelitian dilakukan pada Bulan September – Desember 2017. Hasil penelitian menunjukan nilai total ekonomi ekosistem mangrove di Desa Timbulsloko adalah Rp 164.897.377,1/ha/tahun atau Rp 12.703.693.939/ tahun dengan luasan ekosistem mangrove 77,04 ha. Nilai tersebut terdiri dari total use value dan non use value dari sektor perikanan dan kelautan yang terkait dengan ekosistem mangrove. Use value sebesar Rp 11.095.403.189/tahun atau Rp 144.021.329/ha/tahun. Use value meliputi nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai pilihan. Sedangkan non use value sebesar Rp 1.608.290.750/tahun atau Rp 20.876.048,16/ha/tahun. Non use value meliputi nilai keberadaan dan nilai warisan.   Mangrove ecosystem has physical, ecological and economical functions for humans. Non conservative use of mangrove can cause mangrove damage and abrasion. Restoration of mangrove ecosystems with rehabilitation and conservation can increase community income. The increasing of community income can cause the need of economic valuation calculations for the mangrove ecosystem. The purpose of this study was to determine the total of use value and non-use value of the mangrove ecosystem in Timbulsloko Village, Sayung District, Demak Regency. The method used in this study was a descriptive method to collect monograph data related to mangrove ecosystems and an exploratory method for determining use value and non-use value of the mangrove ecosystem. The research respondents were 30 residents consisting of 29 communities and 1 village officer who were directly and indirectly related to the existence of the mangrove ecosystem. This researched was conducted in September – December 2017. The result showed that the total economic value of the mangrove ecosystem in Timbulsloko Village was Rp. 164,897,377.1 / ha / year or Rp. 12,703,693,939 / year in 77.04ha of mangrove ecosystem area range. This value consists of the total use value and non-use value from the fisheries and marine sector which associated with the mangrove ecosystem. The use value of IDR 11,095,403,189 / year or IDR 144,021,329 / ha / year. The use values include direct use value, indirect use value, and option value. Meanwhile, the non-use value is IDR 1,608,290,750 / year or IDR 20,876,048.16 / ha / year. The non-use values include existence value and bequest value.  
Keterkaitan antara Kelimpahan Zooplankton dan Parameter Lingkungan di Perairan Pantai Morosari, Kabupaten Demak Titik Mariyati; Hadi Endrawati; Endang Supriyantini
Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v9i2.27136

Abstract

Zooplankton berperan sebagai konsumen tingkat pertama, yaitu memindahkan energi dari produsen ke konsumen tingkat dua. Zooplankton dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui kualitas dan kesuburan suatu perairan yang sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Perairan Morosari mengalami degradasi akibat rob dan berkurangnya tanaman mangrove Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan parameter kualitas air dengan kelimpahan zooplankton di Perairan Pantai Morosari, Demak. Penelitian menggunakan metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, analisis data meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman, dominasi dan analisis hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi parameter kualitas air yaitu 0,799 (DO), 0,928 (suhu), 0,758 (salinitas), -0,019 (pH), -0,318 (arus). Berdasarkan hasil pengamatan parameter kualitas air terutama DO, suhu, dan salinitas mempunyai kaitan yang erat terhadap kelimpahan zooplankton di perairan Pantai Morosari. Zooplankton acts as the first level consumer, i.e. transferring energy from producers to second level consumers, zooplankton can be used as study material to find out the quality and fertility of water that is needed to support the use of coastal and marine resources. This study aims to determine the abundance of zooplankton, the types of zooplankton and the relation of water quality parameters with the abundance of zooplankton in Morosari Coastal Water, Demak. Research using methods of surveying and determining the location was chosen using the purposive sampling method, data analysis includes abundance, diversity index, uniformity, dominance, and relationship analysis. The results showed that correlation value between water parameters and abundance of zooplankton is 0,799 (DO), 0,928 (temperature), 0,758 (salinity), -0,019 (pH), -0,138 (current). Based on the results of the water quality parameters, especially DO, temperature, and salinity have a close relationship to the abundance of zooplankton in the waters of Morosari Beach.
Distribusi Vertikal Logam Pb, Zn, Cr dan Keterkaitannya Terhadap Karbon Organik Sedimen di Pantai Marunda, Jakarta Triyanti Nurhidayah; Lilik Maslukah; Sri Yulina Wulandari; Kurnia Kurnia
Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v9i2.27283

Abstract

Pantai Marunda terletak di Teluk Jakarta dan berdekatan dengan muara Sungai Tiram. Kegiatan antropogenik di sekitar Pantai Marunda sangat tinggi, sehingga dapat menyumbang limbah yang mengandung logam berat Pb, Zn dan Cr. Limbah logam berat yang terakumulasi dalam perairan, akan  mengendap dalam sedimen dan seiring berjalannya waktu akan mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui konsentrasi Pb, Zn, dan Cr berdasarkan kedalaman vertikal, hubungannya dengan karbon organik total (KOT) dan ukuran butir sedimen di Pantai Marunda. Sampel sedimen diambil menggunakan polietylen sediment core dan dipisahkan berdasarkan kedalamannya (1-3 cm, 4-6 cm, dan 7-9 cm). Logam berat dalam sedimen dianalisis menggunakan metode destruksi asam dan diukur nilai absorbansinya menggunakan AAS, karbon organik total menggunakan metode loss of ignition (LOI) dan analisa tekstur sedimen dengan metode pengayakan dilanjutkan pemipetan. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi rerata logam berat Pb, Zn, Cr secara berurutan pada lapisan atas sebesar 5,14; 107,19; dan 12,79 ppm, lapisan tengah sebesar 4,41; 100,20; 12,28  ppm serta lapisan bawah sebesar 4,8; 101,30; 14,10 ppm. Logam berat Zn dan Cr berkorelasi positif kuat terhadap KOT dan persentase lumpur, sedangkan terhadap Pb berkorelasi negatif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa distribusi logam berat Pb, Zn dan Cr secara vertikal menunjukkan konsentrasi tinggi pada lapisan permukaan yaitu pada kedalaman sedimen 1-3 cm dan keberadaanya ditentukan oleh konsesntrasi  KOT dan fraksi sedimen jenis lumpur. The Marunda Beach is located on the Jakarta Bay and adjacent to the mouth of the Tiram River. Anthropogenic activity around Marunda Beach is very high, so it can contribute the heavy metals such as Pb, Zn and Cr. The heavy metal will accumulate in the sediment and over time will be increase. The purpose of this study was to determine the vertical distribution of Pb, Zn, Cr, and their relationship to total organic carbon (TOC) and the grain size. Sediment samples were taken using polyethylene cores and this sample separated based on their depth (1-3 cm, 4-6 cm, and 7-9 cm). The heavy metals were analyzed using acid destruction and absorbance values were measured using AAS, TOC using the loss of ignition (LOI) and sediment texture with a sifting method, followed by pipetting. The results showed that the average concentration of Pb, Zn, Cr in the upper layer was 5.14; 107.19; 12.79 ppm, in the middle layer of 4.41; 100.20; 12.28 ppm and in the lower layer 4.8; 101.30; 14.10 ppm, respectively. Zn and Cr are strongly positively correlated to TOC and mud, and vice versa, the relationship to Pb is negative. The results of this study found that the vertical distribution of Pb, Zn and Cr was high in the surface layer (1-3 cm) and their presence was determined by TOC concentration and mud fraction.
Analisis Nitrat dan Fosfat Terhadap Sebaran Fitoplankton Sebagai Bioindikator Kesuburan Perairan Muara Sungai Bodri Imam Mishbach; Muhammad Zainuri; Widianingsih Widianingsih; Hermin Pancasakti Kusumaningrum; Denny Nugroho Sugianto; Rudhi Pribadi
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.34645

Abstract

Nitrat dan fosfat adalah unsur nutrien yang menjadi pembatas kelimpahan fitoplankton. Kandungan nitrat dan fosfat di perairan muara akan dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia perairan, yang menyebabkan timbulnya suatu persebaran. Hal tersebut menjadi permasalahan di Muara Sungai Bodri, Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kandungan nitrat dan fosfat beserta pola persebarannya, serta keterkaitannya dengan struktur populasi fitoplankton sebagai bioindikator kesuburan perairan di Perairan Muara Sungai Bodri, Kabupaten Kendal. Penelitian dilaksanakan berdasarkan metoda observasi dengan pendekatan spatio-temporal. Sejumlah 9 stasiun penelitian dan 3 kali waktu sampling yaitu 30 Juni, 1 September dan 27 Oktober 2018. Kandungan nitrat dan fosfat serta kelimpahan fitoplankton ditetapkan sebagai variabel terikat. Sedangkan parameter fisika dan kimia perairan seperti suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kecerahan dan arus ditetapkan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan nitrat berkisar 0,49-0,9 mg/l serta kandungan fosfat berkisar 0,01-0,29 mg/l yang menunjukkan bahwa perairan Muara Sungai Bodri, Kabupaten Kendal dalam kondisi subur/eutrofik. Kelimpahan fitoplankton menunjukkan nilai kisaran diantara 2.356 sampai dengan 162.626 sel/l, yang tersusun oleh 5 kelas dan 45 jenis/species dengan pola persebaran berbentuk konvergen yang bertumpu pada stasiun 3 dan 5. Perairan Muara Sungai Bodri, Kabupaten Kendal menunjukkan tingkat kesuburan yang tinggi atau eutrofik.   Nitrate and Phosphate are the nutrient element which influence as limiting factor to the phytoplankton population. Nitrate and Phosphate in the water were influence by physical and chemical factors, and will affect to the distribution. The distribution of nitrate and phosphate will affect the distribution of phytoplankton population. The purpose of the research is to analyze the distribution of phytoplankton population due to the influence of nitrate and phosphate contents at Bodri Estuary, Kendal. The research was apllied based on the spatio-temporel approach. There are 9 stations and triple sampling of 30 June, 1st Septembre and 27 Octobre, 2018. The nitrate and phosphate contents and phytoplankton abundance was set as dependent variables. The parameters temperature, salinity, pH, Dissolved Oxygen, transparency and current were used as variable control. The research result show the nitrate content range between 0,49-0,9 mgr./l and the phosphate content range between 0,01-0,29 mgr./l, which indicate that the Bodri Estuary, Kendal is eutrophic. The distribution of nitrate and phosphate contens show a model of convergen on west area of sampling and tend to along the coastline in the east part. The phytoplankton abundance show a range of 2.356 - 162.626 cell /l, which composed of 5 Class and 45 species.
Potensi Kualitatif Produksi Garam dari Perairan Pantai Lubuk dan Pantai Takari, Bangka Belitung Sudirman Adibrata; Fajar Indah Puspita Sari; Andriyadi Andriyadi; Budi Harto
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.31797

Abstract

Garam-garaman tersedia di air laut sebagai sumberdaya alam yang melimpah, garam ini diekstraksi untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi kualitatif produksi garam dari Pantai Lubuk dan Pantai Takari, Bangka Belitung. Dua metode sebagai perbandingan yaitu metode perebusan di Pantai Lubuk Desa Lubuk, dan metode penjemuran konvensional air laut yang dilanjutkan rekristalisasi di Pantai Takari Desa Rebo. Analisis potensi kualitatif garam krosok ini membandingkan dengan lokasi lain dan standar SNI. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi kualitastif produksi garam dari Pantai Lubuk dan Pantai Takari cukup menjanjikan karena mampu bersaing dengan produksi dari wilayah lain dan kualitasnya masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan metode perebusan tradisional diperoleh kadar NaCl bernilai 89,98%, sementara dengan cara dijemur konvensional dan direkristalisasi bernilai 90,94%, nilai ini menunjukan bahwa kadar NaCl masih di bawah standar SNI yang bernilai 94,0%. Namun demikian, hasil garam ini masih dapat dipergunakan untuk pengasinan ikan, campuran pakan, dan pupuk. Kualitas garam dari Pantai Lubuk dan Pantai Takari untuk Kadar KIO3 tidak terdeteksi, Kadar Bagian yang Tidak Larut dalam Air bernilai 8,98% dan (-); Kadar Air bernilai 2,23% dan 13,10%; Unsur zat pencemar Cd, Pb, Hg, As (dari Pantai Lubuk tidak terdeteksi dan dari Pantai Takari <0,0108, <0,0077, <0,0002, <0,0001). Dengan demikian, penelitian lanjutan diperlukan untuk meningkatkan kualitas garam menjadi lebih baik menuju kualitas standar. Kualitas garam yang baik secara ekonomi dapat menguntungkan sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir di Desa Rebo dan Desa Lubuk. Various salt minerals are available in sea water as an abundant natural resource. This salt can be extracted to meet everyday human needs. This study aims to determine the qualitative potential of salt production from Lubuk Beach and Takari Beach, Bangka Belitung. Two methods were compared: the boiling method (at Lubuk Beach, Lubuk Village) and the conventional seawater drying method followed by recrystallization (at Takari Beach, Rebo Village). the quality of krosok salt analysis was compared with the salt quality from other locations and SNI standards. The results showed that the qualitative potential of salt production from Lubuk Beach and Takari Beach is quite promising because it can compete with production from other regions and its quality can still be improved. Based on the traditional boiling method, the NaCl content in salt was 89.98%, while conventional and recrystallized drying method was 90.94%, this value indicates that the NaCl content was still below the SNI standard (94.0%). However, this salt can still be used for fish salting, feed mixtures and fertilizers. The salt from Lubuk Beach and Takari Beach did not show KIO3 levels, the water-insoluble portion content was 8.98% and (-); Water content was 2.23% and 13.10%; Pollutant elements Cd, Pb, Hg, As (undetectable from Lubuk Beach and from Takari Beach <0.0108, <0.0077, <0.0002, <0.0001). Further research is needed to improve the quality of salt to be better towards standard quality. Economically good quality salt can be beneficial as an alternative livelihood for coastal communities in Rebo and Lubuk villages.
Karakteristik Arus di Perairan Pulau Weh Pada Musim Peralihan 1 dan Kaitannya dengan Fluktuasi Suhu Permukaan Laut Ulung Jantama Wisha; Elma T. Situmeang
Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v9i2.29543

Abstract

Posisi Pulau Weh yang strategis membuat kawasan ini unik dalam hal karakteristik oseanografi fisik. Transfer massa air di Pulau Weh sangat signifikan yang akan berdampak pada sebaran suhu perairan di sekitar kawasan pesisir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan perpindahan massa air secara vertikal dan hubungannya terhadap perubahan suhu perairan. Tiga area penting diobservasi yang mewakili utara, timur, dan selatan pulau weh yakni kawasan Iboih, Ie Meulee, dan Keunekai. Tiga ADCP diinstal pada ketiga titik observasi tersebut. Secara vertikal, komponen kecepatan arus zonal dan meridional menunjukkan kecepatan yang lebih acak saat menuju ke permukaan dengan kecepatan kurang dari 0,5 m/detik. Identifikasi pasang surut elips pada seluruh stasiun membuktikan bahwa di perairan Pulau Weh, arus pasang surut dangat dominan yang mana faktor lain juga memiliki pengaruh dalam memicu perpindahan massa air di permukaan. Arah arus dominan berputar sesuai dengan kaidah Spiral Ekman dan pengaruh gaya Coriolis. Fluktuasi suhu mengikuti perubahan elevasi pemukaan dan kecepatan arus yang berkisar antara 25-35 oC. Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa pada bagian utara (Iboih) dan selatan (Keunekai) Pulau Weh, fluktuasi suhu berlangsung secara berlawanan menyerupai “jungkat-jungkit” yang mengindikasikan peran besar dari transfer massa air dari Laut Andaman dan Samudera Hindia yang membawa massa air hangat selama musim perlaihan I. The strategic position of Weh Island makes this region is unique in terms of physical oceanography characteristics. Water mass transport in Weh Island is tremendously significant, whereby it will affect the distribution of temperature in the surrounding coastal area. This study aimed to determine the changes in vertical water mass movement and its relation to water temperature alteration. We observed three vital areas representing north, east, and south parts of Weh Island waters, namely Iboih, Ie Meulee, and Keunekai, respectively. Three ADCPs were installed at those three observation points. Vertically, the zonal and meridional current components showed a more randomly speed surface-ward with less than 0.5 m/s magnitude. Tidal ellipses identification at all stations proved that in the Weh Island, tidal current is predominant. Other factors also trigger water mass movement on the surface. Sea current dominant direction rotated as the Ekman Spiral and Coriolis force influence. Temperature fluctuation followed the surface elevation and current speed changes ranging from 25-35 oC. In this study, it shows that between northern (Iboih) and southern (Keunekai) part of Weh Island, the temperature fluctuation oppositely takes place like a “see saw” indicating the significant role of water mass transfer from the Andaman Sea and the Indian Ocean which brings warm water during the first transitional season.
Sebaran Mangrove di Desa Bumiharjo Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Suryono Suryono; Nur Taufiq-SPJ; Ibnu Pratikto; Raden Ario
Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v9i2.29067

Abstract

Kabupaten Jepara memiliki potensi wilayah pesisir dengan panjang garis pantai 81,6 km. Mangrove sebagai sabuk pantai hijau memiliki sebaran di setiap kecamatan pesisir. Salah satu lokasi sebaran mangrove di pesisir Jepara berada di desa Bumiharjo Kecamatan Keling. Identifikasi potensi luasan lahan serta sebaran mangrove adalah salah upaya mengetahui potensi sumberdaya pesisir. Metode penelitian yang digunakan adalah overlay peta RBI dan peta satelit landsat 8 guna mengetahui lokasi serta luasan sebaran mangrove di lokasi penelitian.Selanjutnya dilakukan investigasi ekologi mangrove dengan Survei Lapang guna mengetahui distribusi dan kelimpahan mangrove. Hasil penelitian menunjukan bahwa hutan mangrove dilokasi penelitian adalah seluas 4,75 Ha. Hasil identifikasi komposisi jenis mangrove ditemukan sebanyak 6 spesies mangrove yaitu: Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Soneratia alba, serta Soneratia muconata. Kerapatan rata-rata vegetasi mangrove berkisar antara 4000 – 10.000 individu/ha. Tegakan mangrove memiliki tinggi batang 5-6 meter, diameter batang berkisara antara 4,3- 5,0 cm. Kerapatan mangrove didominasi oleh Rhizophora mucronata. dengan kerapatan paling dominan adalah semai (Sapling). Hal ini menunjukan bahwa mangrove yang ada di desa Bumiharjo Kecamatan Keling kabupaten Jepara adalah dominan mangrove hasil replant. Jepara Regency has a potential coastal area with a coastline length of 81.6 km. Mangroves as coastal green belts have distribution in each coastal district. One of the mangrove distribution locations on the coast of Jepara is in the village of Bumiharjo, Keling district. Identification of the potential land area and the distribution of mangroves is an effort to determine the potential of coastal resources. The research method used is an overlay RBI map and satellite map Landsat 8 to determine the location and extent of the distribution of mangroves in research locations. Subsequently carried out an investigation of mangrove ecology with a Field Survey (Ground Truth) to determine the distribution and abundance of mangroves. The results showed that the mangrove forest in the study area was 4.75 Ha. The results of the identification of the composition of mangrove species were found as many as 6 species of mangroves, namely: Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Soneratia alba, and Soneratia muconata. the average density of mangrove vegetation ranges between 4000 - 10,000 individuals/ha. Mangrove stand has a stem height of 5-6 meters. the diameter of the stem is between 4.3 - 5.0 cm. Mangrove density is dominated by Rizophora mucronata. with the most dominant density is the seedling (Sapling). This shows that the mangroves on the coast of the Jepara district are replanted mangrove species. (rehabilitation).
Identifikasi Kondisi Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Sepa, Kepulauan Seribu Ankiq Taofiqurohman; Ibnu Faizal; Kholid Agil Rizkia
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.32169

Abstract

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau di perairan utara Jakarta yang memiliki daya tarik wisata terutama untuk snorkeling dan diving dengan adanya terumbu karang, salah satunya adalah Pulau Sepa. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan mengalami degradasi oleh berbagai faktor. Kegiatan snorkeling menjadi salah satu  ancaman yang terjadi pada terumbu karang, oleh karena itu diperlukan pengukuran mengenai kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang, khususnya Pulau Sepa kepulauan Seribu, sebagai bentuk integrasi konservasi ekosistem dan pengelolaan wisata. Riset ini dilakukan di Pulau Sepa, Taman Nasional Kepulauan Seribu pada Bulan Maret-Agustus 2020. Wilayah yang diamati merupakan spot snorkeling pada kedalaman 1-5 m pada 10 stasiun penelitian  , dengan mengklasifikasikan warna kesehatan dan juga tipe karang menggunakan klasifikasi dari Coral Watch.  Skor warna kesehatan terumbu karang pada zona snorkeling Pulau Sepa, didominasi dengan kondisi kurang sehat pada skor warna 4, dengan dominasi tipe karang branching dan boulder dan sedikit tipe pertumbuhan plate dan soft. Kriteria kesehatan terumbu karang mayoritas berada pada kurang sehat, sedikit sehat dan tidak ditemukan yang tidak sehat. Rincian kriteria kesehatan terumbu karang kurang sehat di temui pada stasiun 1-10 dengan masing masing persentase 92%, 72%, 100%, 94%, 78%, 94%, 100%, 100%, 67%, dan 89%, untuk rincian kriteria kesehatan terumbu karang sehat pada stasiun 1-10 dengan masing-masing persentase 8%, 28%, 0%, 6%, 22%, 6%, 0%, 0%, 33%, 11%. Faktor lingkungan seperti kecerahan yang dipengaruhi oleh sedimentasi serta tekanan antropogenik dari aktivitas manusia mempengaruhi kondisi tutupan karang di pulau ini. The Thousand Islands are a group of islands in the northern waters of Jakarta which have tourist attractions, especially for snorkeling and diving with the presence of coral reefs, one of which is Sepa Island. Coral reef ecosystem is an ecosystem that is prone to degradation by various factors. Snorkeling activities are one of the threats that occur on coral reefs, therefore it is necessary to measure the health condition of coral reef ecosystems, especially Sepa Island, the Thousand Islands, as a form of integration of ecosystem conservation and tourism management. This research was conducted on Sepa Island, Thousand Islands National Park on March - August 2020. The area observed is a snorkeling spot at a depth of 1-5 m at 10 research stations, by classifying the color of health and also the type of coral using the classification from Coral Watch. The coral reef health color score in the Sepa Island snorkeling zone, was dominated by unhealthy conditions at a color score of 4, with a dominance of branching and boulder coral types and few plate and soft growth types. The majority of coral reef health criteria are unhealthy, slightly healthy and not found unhealthy. Details of the health criteria for unhealthy coral reefs were found at stations 1-10 with each percentage of 92%, 72%, 100%, 94%, 78%, 94%, 100%, 100%, 67%, and 89%, respectively. details of health criteria for healthy coral reefs at stations 1-10 with each percentage of 8%, 28%, 0%, 6%, 22%, 6%, 0%, 0%, 33%, 11%. Environmental factors such as clarity which influenced by sedimentation and anthropogenic factors from human activities affect the condition of coral cover on this island.
Kondisi Makrozoobentos (Gastropoda dan Bivalvia) Pada Ekosistem Mangrove, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Meutia Shibaa Nadaa; Nur Taufiq-Spj; Sri Redjeki
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.26095

Abstract

Makrozoobentos merupakan indikator biologi perairan, disamping sebagai organisme sesil mereka juga mempunyai daur hidup yang relatif lama. Klass Gastropoda dan Bivalvia secara umum mempunyai kelimpahan dan keanekaragaman yang tinggi, dan senantiasa merespon kondisi kualitas air di tempat hidupnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur komunitas makrozoobenthos dan hubungannya dengan ekosistem mangrove di Pulau Pari. Purposive random sampling digunakan pada pengambilan sample dengan melihat kerapatan dan jenis vegetasi mangrove. Square plot 10 x 10 and 5 x 5 m digunakan untuk menghitung kelimpahan mangrove dan makrozoobentos (gastropoda dan bivalvia), sementara identifikasi moluska dilakukan di Lab LIPI Cibinong. Hasil menunjukkan kelimpahan mangrove dari keempat stasiun berkisar 1,200–2,700 pohon/Ha, sementara kelimpahan molusca antara 5.500-55.600 ind/Ha, dengan komposisi makrozoobentos terdapat 10 spesies gastropoda dan 1 spesies bivalvia. Keanekaragaman kedua klass termasuk pada kategori sedang (1,20-2,67), dengan keseragaman sedang (0,59-0,84) dan indeks dominansi antara 0,20-0,47. Analisis regresi hubungan kelimpahan mangrove dan makrozoobentos menunjukkan nilai 0,6498. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada kawasan mangrove P. Pari tidak ada jenis gastropoda ataupun bivalvia yang mendominasi, namun hubungan keduanya mengikuti kerapatan mangrove yang ada dengan nilai korelasi keduanya sebesar 0,8061.Jenis yang lebih beragam dan kelimpahan jenisnya lebih dipengaruhi oleh kerapatan mangrove sebagai tempat hidupnya. Macrozoobethos as a biological indicators aside as a sessile organisms, its also have relatively long life cycle. Gastropod and bivalvia class, are commonly have a high abundance and diversity, its always responds to the water quality conditions in their habitat. The aim of study is to analized macrozoobenthic community structure and their relationship to mangrove ecosystem at Pari Island. Purposive random sampling was used for sampling the organisms by comparing to the density and species of mangrove vegetation. Square plots of 10 x 10 and 5 x 5 m were used to calculate macrozoobenthos abundance (gastropods and bivalvia) meanwhile the identification of Gastropods and Bivalvia is in LIPI laboratory at Cibinong. The results shows that mangrove density is in between 1,200 to 2,700 inds/Ha, while composition of macrozoobenthos at Pari Island have 10 species of gastropods and one species of bivalvia. The diversity of the two classes is included into the medium category (1.20-2.67), with moderate uniformity (0.59-0.84) and the dominance index is between 0.20-0.47. The regression analysis of the relationship between mangrove and macrozoobenthic abundance is about 0.6498. It can be concluded that in the Pari Island’s mangrove area, there are no gastropods or bivalves that much dominate, but the relationship between of Gastropoda and Bivalvia is following the mangrove density with a correlation about 0.8061. More diverse types and abundance of species are affected by the density of mangroves as a place for its live.
Studi Persistensi Suhu Permukaan Laut Tinggi (>30°C) di Perairan Selat Malaka Metrio Swandiko; Anindya Wirasatriya; Jarot Marwoto; Muslim Muslim; Elis Indrayanti; Petrus Subardjo; Dwi Haryo Ismunarti
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i2.31554

Abstract

Hot Event merupakan fenomena suhu permukaan laut (SPL) tinggi lebih dari 30°C dan memiliki mekanisme khusus dalam pembentukannya, yaitu kecepatan angin lemah dan radiasi matahari tinggi. Hot Event memiliki peran penting dalam menyumbang bahang pada pacific warm pool di Samudra Pasifik bagian barat dan berperan mengatur variasi iklim global. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi besar melemahkan sirkulasi angin dan potensi kejadian Hot Event. Selat Malaka merupakan selat terpanjang di Indonesia dan berpotensi untuk menjadi area kajian Hot Event. Fenomena SPLtinggi (>30°C) dan konstan selama 13 tahun (2003 – 2015) di Selat Malaka merupakan hal unik untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui mekanisme terjadinya SPL tinggi (>30°C) dan konstan selama 13 tahun (2013 - 2015) di Selat Malaka. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data harian SPL, angin, arus permukaan, radiasi matahari selama 13 tahun serta batimetri. Pengolahan data menggunakan bahasa pemograman untuk memvisualisasi SPL tinggi >30°C, angin lemah <2 m/det, arus, radiasi matahari tinggi 200 W/m² serta data batimetri. Variasi SPL paling tinggi dan konstan terjadi pada musim timur (Agustus) dan paling rendah pada musim barat (Februari). Fenomena SPL tinggi dan konstan di wilayah kajian B terhadap kajian A dan C disebabkan lemahnya kecepatan angin <2 m/det di wilayah B dibandingkan wilayah A dan C, serta didukung dengan tingginya radiasi matahari dan batimetri wilayah kajian B yang relatif dangkal, sehingga proses pemanasan massa air lebih cepat dibandingkan wilayah kajian lainnya.  Hot Event is a phenomenon of high sea surface temperature (SST) over 30 °C and it has a unique mechanism in its formation by the lower wind speed and high solar radiation. Hot Event has an important role in contributing heat to the pacific warm pool in the western Pacific Ocean and play a role in regulating global climate variations. Indonesia as an archipelagic country has the potential to weaken wind circulation and potential Hot Event. The Malacca Strait is the longest strait in Indonesia and it is potential for Hot Events. The phenomenon of high SST (>30 °C) and constant for 13 years (2003 - 2015) in the Malacca Strait is unique to be studied. The present research aims to identify and determine the mechanism of the occurrence of high SST (>30 °C) and constant for 13 years (2013 - 2015). The method used in this study is quantitative method. The data used are daily data of SST, wind, surface currents, solar radiation for 13 years, and bathymetry. Programming was used to visualize high SST >30 °C, lower speed winds <2 m/s, currents, high solar radiation 200 W/m² also bathymetry data. The highest and constant variation of SST occurs in the east season (August) and the lowest in the west season (February). The phenomenon of high and stable SST in area B on A and C is due to the low wind speed <2 m/s in region B compared to A and C and it is supported by high solar radiation and shallow bathymetry in area B, so that the heating process of water mass is faster than other areas.

Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue