cover
Contact Name
Darmadi Hariyanto
Contact Email
Darmadi Hariyanto
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalpori@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Radioterapi & Onkologi Indonesia
ISSN : 20869223     EISSN : -     DOI : -
Majalah Radioterapi & Onkologi Radiasi Indonesia (Journal of the Indonesian Radiation Oncology Society) dengan ISSN 2086-9223, satu-satunya majalah dalam bidang Onkologi Radiasi di Indonesia, merupakan majalah di bawah penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI). Majalah ini rutin diterbitkan sejak tahun 2010 dengan frekuensi terbitan 2 kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 108 Documents
Reradiasi pada Kanker Serviks Rekuren: Respon Terapi dan Efek Samping Muhammad Fauzi Siregar; Nana Fauzi Supriana; Laila Nuranna; Joedo Prihartono
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 2 (2014): Volume 5 No.2 Juli 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.863 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i2.26

Abstract

Latar Belakang: Penatalaksanaan dengan reradiasi pada pasien kanker serviks rekuren masih dianggap kontroversial. Penelitian ini bertujuan untuk menilai respon terapi dan efek samping yang terjadi pada reradiasi, pengaruh interval waktu radiasi terhadap respon terapi dan efek samping, serta pengaruh ukuran tumor terhadap respon terapi.  Metode dan Material: Studi retrospektif kohort, pada pasien kanker serviks rekuren yang menjalani reradiasi pada Januari 2007 - Desember 2012 di Departemen Radioterapi RSCM.  Hasil: Sebanyak 22 pasien masuk dalam penelitian ini, sebagian besar  mengalami respon komplet (40,9%)  dan parsial(45,5%). Kebanyakan pasien (68,2%) tidak mengalami atau hanya mengalami efek samping ringan (RTOG Grade 0-2).  Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada respon terapi dan efek samping antara pasien dengan interval waktu re-kurensi < 12 bulan vs ≥ 12 bulan (p=0,544, dan p=1.000). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada respon terapi antara pasien dengan ukuran ≤4 cm vs >4 cm (p=1.000).  Kesimpulan: Reradiasi dapat dipertimbangkan sebagai modalitas terapi dalam penatalaksa-naan kanker serviks rekuren, dengan respon terapi yang baik dan mayoritas pasien tidak mengalami atau hanya mengalami efek samping ringan. Tidak ditemukan hubungan antara perbedaan interval waktu penyinaran terhadap respon terapi dan efek samping, serta perbedaan ukuran tumor terhadap respon tumor.
Radioterapi Konformal Tiga Dimensi dengan Pesawat Cobalt-60 Henry Kodrat; R Susworo; Tuti Amalia; Rd Riyani Sabariani
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 7, No 1 (2016): Volume 7 No.1 Januari 2016
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.325 KB) | DOI: 10.32532/jori.v7i1.43

Abstract

Teknik radiasi konformal tiga dimensi menjadi standar radioterapi minimal di negara maju dan negara berkembang dalam penatalaksanaan kanker untuk tujuan kuratif. Tujuan teknik radiasi eksterna konformal tiga dimensi (3D) adalah agar volume target mendapat cakupan dosis yang sesuai, sebaran dosis yang homogen dan mengurangi dosis terhadap jaringan normal sekelilingnya. Alur perencanaan dan pelaksanaan radiasi konformal tiga dimensi melalui beberapa tahapan prosedur, yang menyerupai rantai; ini dikenal sebagai “Chain of Radiotherapy”. Pesawat Cobalt-60 merupakan tulang punggung untuk banyak departemen radioterapi di negara-negara berkembang. Ini disebabkan karena biaya perawatan rendah, desain yang sederhana dan tidak memerlukan daya catu listrik yang tinggi.
Kompresi Medula Spinalis akibat Metastasis Aurika Sinambela; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 1 (2018): Volume 9 No.1 Januari 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.027 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i1.65

Abstract

Sebanyak 5 – 10% pasien kanker akan mengalami kompresi medulla spinalis akibat metastasis (KMSM). Penyakit ini terjadi saat tumor atau fragmen tulang menggeser dan menekan kedudukan medulla dalam kanalis spinalis. Gejala utama adalah nyeri punggung (83-95% pasien), dengan atau tanpa deficit motorik (82% pasien) dan sensorik (50-80% pasien).  Saat ini pencitraan terpilih untuk diagnosis kompresi medulla spinalis adalah MRI dengan kontras. Kondisi ini merupakan salah satu kegawatdaruratan onkologi, yang harus ditatalaksana segera setelah diagnosisnya ditentukan. Modalitas terapi yang tersedia saat ini adalah operasi, radioterapi, dan kortikosteroid. Sepertiga pasien dengan KMSM memiliki kesempatan hidup lebih dari 1 tahun setelah terapi, sehingga tatalaksana yang dipilih harus mempertimbangkan toksisitas dan morbiditas pasca terapi agar tercapai kualitas hidup yang optimal.
Aplikasi Teknik Field Junction pada Radioterapi Rhandyka Rafli; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2288.861 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.21

Abstract

Dalam praktek radioterapi, sering dipakai dua atau lebih lapangan yang terhubung  dengan field junction. Berkas sinar (beam) bersifat divergen dan dapat menimbulkan dosis yang heterogen pada field junction. Hal ini menimbulkan daerah dengan dosis kurang (underdose) atau lebih (overdose) yang tidak diinginkan. Berbagai teknik dikembangkan untuk mengatasi persoalan ini, baik dengan menghilangkan divergensi berkas sinar, menyebarkan titik perbatasan (junction) atau dengan memperlebar penumbra. Setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pertimbangan yang tepat diperlukan dalam pemilihan teknik field junction yang sesuai dengan keadaan pada masing-masing pusat radioterapi.
Pengaruh Kadar Malondialdehyde dan Aktivitas Antioksidan Enzimatik Catalase terhadap Toksisitas Akut Radiasi pada Kanker Serviks Stadium Lanjut Lokal Rima Novirianthy; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 2 (2015): Volume 6 No.2 Juli 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.311 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i2.37

Abstract

Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakan sel normal. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif. Catalase (CAT) adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal. Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di    Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke-15 dengan menggunakan spektrofotometer. Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG. Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 – 1,36) U/mL. Pasca 15 kali radiasi eksterna didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9,5 +/- 1,9 nmol/mL (p<0,001) dan penurunan aktivitas CAT menjadi 0,82 (0,71 – 0,96) (p<0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar MDA dan aktivitas CAT awal serta perubahannya terhadap kejadian toksisitas akut radiasi (p>0,05). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa radiasi maupun kemoradiasi terbukti menyebabkan peningkatan kadar MDA dan penurunan aktivitas CAT pada kanker serviks stadium lanjut lokal, akan tetapi kadar MDA dan aktivitas CAT tidak dapat menjadi prediktor terhadap toksisitas akut radiasi.
Effect of Delayed Adjuvant Radiotherapy in Early Breast Cancer on Local Control, Distant Metastasis and Overall Survival: an Evidence Based Case Report David Andi Wijaya; Agung Tri Cahyono; Aslim Taslim; Eka Indah Pratiwi; Fahmi Radityamurti; Fauzan Herdian; Ida Ayu Trisna Kumaladewi; Narissa Dewi Maulany; Tisa Prima Putri; Gregorius Ben Prajogi
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 2 (2017): Volume 8 No.2 Juli 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (913.961 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i2.69

Abstract

Breast cancer is the second most common cancer in the world and, by far, the most frequent cancer among women with an estimated 1,67 million new cancer diagnosed in 2012 (25% of all cancers). In principle, radiation therapy is indicated in early breast cancer after breast conserving surgery or after radical mastectomy-with-positive-or-near-margin. Unfortunately, not all aforementioned indicated patients could receive immediate treatment, often due to limited radiation therapy facility. We constructed this report to investigate comprehensively, whether delayed radiation therapy for indicated-post-surgical-early breast cancer case has a significant effect to survival (either locoregional or distant metastasis-free survival). Searching was conducted on PubMed®, Cochrane®, and Scopus®. After screening for titles and abstracts, we found 25 articles, 15 of which we finally included for performing full reading. From this systematic searching, we found that time to radiation is inconsistently related to locoregional survival, overall survival, and distant metastasis-free survival.
Hipofraksinasi pada Kanker Payudara Stadium Dini Elia Aditya B K; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 2 (2013): Volume 4 No. 2 Juli 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1021.246 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i2.16

Abstract

Disiplin ilmu Onkologi Radiasi dan teknik radiasi mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Seiring dengan hal ini, radioterapi dengan menggunakan hipofraksinasi kembali menarik perhatian dan disebut sebagai suatu “re-emerging interest”. Studi-studi yang dilakukan secara luas dan dalam follow-up jangka menengah menghasilkan suatu kesimpulan yang menunjukkan bahwa hipofraksinasi dan fraksinasi konvensional pada kanker payudara memberikan hasil yang setara dalam hal kontrol tumor maupun efek samping. Hal ini memungkinkan untuk dapat diadopsinya pemberian hipofraksinasi di dalam guideline suatu institusi dan diterapkan di dalam aplikasi klinis sehari-hari.
Tatalaksana Radioterapi Kanker Endometrium dengan Fokus pada Stadium Dini Kartika Erida Brohet; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 1 (2015): Volume 6 No.1 Januari 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1547.976 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i1.32

Abstract

Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi terbanyak pada wanita di dunia, dan kedua terbanyak di Indonesia. Oleh karena sebagian besar kanker endometrium ditemukan pada stadium dini (I-II), maka terapi utamanya adalah dengan pembedahan. Pemilihan terapi ajuvan yang tepat akan memperbaiki kontrol lokal,  sedapat mungkin harus meminimalisasi toksisitas akibat efek samping yang mungkin terjadi, dan harus dilakukan kasus per kasus berdasarkan stadium dan faktor risiko pasien. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai dasar pemilihan terapi dan tekniknya akan dibahas dalam makalah ini, dengan fokus utama pada radioterapi.
Sarkoma Ewing Fenny Gozal; H.M Djakaria
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 1 (2017): Volume 8 No.1 Januari 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1214.526 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i1.58

Abstract

Sarkoma Ewing/ Ewing Sarcoma (ES) merupakan keganasan tulang tersering nomor dua pada anak setelah osteosarkoma. Sebagai tumor dengan derajat keganasan tinggi, seringkali ES terdiagnosis dengan kondisi lesi yang ekstensif serta tidak jarang sudah mengalami metastasis sehingga prognosis pasien menjadi buruk. Tata laksana yang tepat untuk ES menjadi tantangan bagi klinisi dalam menangani pasien. Terapi multimodalitas berupa kombinasi antara kemoterapi, pembedahan dan radioterapi menjadi pilihan terbaik dalam tatalaksana ES yang dapat meningkatkan angka 5 year survival dari pasien ES. Radioterapi dalam hal ini memiliki peranan sebagai terapi definitif, pre operatif maupun sebagai terapi adjuvan post operatif.
Radioterapi pada Retinoblastoma Henry Kodrat; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 1 (2013): Volume 4 No. 1 Januari 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.609 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i1.11

Abstract

Tumor okuli primer yang paling sering pada anak adalah retinoblastoma. Ini dapat melibatkan satu atau kedua mata dan dapat bersifat herediter (diturunkan). Gejala pada umumnya adalah leukoria dan strabismus. Diagnosis dan pengobatan dilakukan secara multidisiplin antara lain oftalmologi, pediatrik onkologi, onkologi radiasi dan genetika. Enukleasi, kemoterapi, radioterapi dan terapi fokal merupakan modalitas dalam penatalaksanaan retinoblastoma. Angka kesembuhan tinggi pada anak dengan retinoblastoma melibatkan satu bola mata dan belum menyebar secara sistemik atau ke rongga orbita atau otak. Anak-anak dengan retinoblastoma herediter beresiko tinggi untuk mengalami keganasan yang lain, pada umumnya sarkoma.

Page 3 of 11 | Total Record : 108